Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.95.1
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Selama 44 tahun, tempat ini mengizinkan wisatawan untuk mengendarai gajah-gajah di sana. Untuk pertama kalinya kamp tersebut akan mengubah peraturan mereka. Gajah-gajah yang biasanya diperuntukkan untuk wisatawan yang ingin berkeliling kamp, kini akan diizinkan untuk berkeliaran dengan bebas di sekitar kamp.
Wisatawan yang berkunjung ke Kamp Gajah Maesa juga sudah tidak diizinkan lagi untuk mengendarai gajah, dan hanya dapat menonton binatang tersebut berkeliaran. Kursi yang biasanya ditaruh di punggung gajah juga dilepaskan dan tidak akan dipasang lagi.
Direktur Kamp Gajah Maesa, Anchalee Kalampichit, mengatakan bahwa untuk pertama kalinya dalam 44 tahun, gajah-gajah yang ada di kamp ini tidak akan memakai tempat duduk untuk menyambut wisatawan.
"Sejak kami memasuki bisnis pada tahun 1976, menunggang gajah selalu menjadi kegiatan favorit wisatawan. Tetapi, karena virus corona telah menyebar, jumlah wisatawan semakin sedikit dan akhirnya pemerintah memerintahkan kami untuk menutup (kamp gajah ini), sehingga kami menurunkan kursi untuk membebaskan gajah," terang Kalampichit, seperti dikutip dari The Sun.
ADVERTISEMENT
Nantinya, kamp ini hanya akan menerima wisatawan yang ingin belajar tentang cara hidup gajah. Tidak akan ada lagi atraksi menunggang gajah yang selama ini terkenal di Thailand.
"Kami akan menyambut wisatawan untuk menikmati belajar tentang cara hidup gajah secara alami, alih-alih menggunakannya untuk menghibur para wisatawan," kata Kalampichit.
Selain kamp gajah, Pemerintah Thailand juga memberlakukan penutupan 28 jenis bisnis lainnya. Dengan ditutupnya kamp gajah ini, maka pemilik harus merawat hewan-hewan tersebut tanpa pendapatan yang masuk dari wisatawan. Hal inilah yang kini menimbulkan permasalahan baru di Thailand.
"Biaya untuk merawat 78 gajah dan 300 staf adalah 5 juta Bath atau sekitar Rp 2,5 miliar per bulan. Jadi untuk sekarang, kita harus menanggung biaya itu tanpa pendapatan dari wisatawan," ujar Kalampichit.
ADVERTISEMENT
"Tapi, kami akan berusaha merawat gajah-gajah tersebut selama mungkin. Sekarang, kami menanam sayuran untuk dikonsumsi staf, sebagai salah satu cara mengurangi pengeluaran," lanjutnya.
Sementara itu, saat ini di Chiang Mai terdapat 93 kamp gajah dengan ukuran yang berbeda-beda. Namun, 85 di antaranya kini menghadapi ancaman penutupan akibat virus corona.