Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Walaupun hal tersebut penting bagi keselamatan, masih banyak penumpang yang mengabaikan sabuk pengaman mereka agar tetap kencang saat pesawat telah mendarat.
Meski demikian, tanda kenakan sabuk pengaman biasanya juga tetap menyala saat pesawat sudah mendarat di bandara, yang artinya penumpang pesawat tak boleh buru-buru berdiri dari bangkunya.
Padahal menurut pakar penerbangan, tetap mengenakan sabuk pengaman merupakan salah satu anjuran keselamatan yang wajib dipatuhi. Pakar lalu lintas udara Hachi Ko, menjelaskan bahwa saat pesawat mendarat di bandara yang sibuk, pilot mungkin harus menginjak rem secara mendadak.
Dilansir Express, kondisi ini memungkinkan penumpang tanpa sabuk pengaman bisa saja terlontar dari bangkunya. "Kasus seperti ini jarang, namun bisa saja terjadi," kata Hachi Ko, seperti yang dikutip dari Express.
ADVERTISEMENT
Ko menambahkan bahwa momen paling berbahaya dalam penerbangan ialah saat pesawat lepas landas dan mendarat, keduanya bisa berlangsung dalam rentang waktu 11 menit. Dalam momen ini, biasanya para pilot menerapkan aturan 'Delapan Menit Plus Tiga (Plus Three Minute Eight)'.
Sebab, tiga menit pertama dan delapan menit terakhir adalah saat penerbangan paling berisiko mengalami kecelakaan. Menurut Ben Sherwood, seorang penulis 'The Survivors Club-The Secret and Science That Could Save Your Life', alangkah lebih baik jika penumpang tidak melakukan apa pun selama waktu tersebut.
Hal itu lantaran aktivitas yang tidak dianjurkan selama penerbangan, seperti tidur, mendengarkan musik, dan melepas sepatu, dapat mengganggu penerbangan. Fokuslah pada saat 11 menit ini dan jangan lupa mengencangkan sabuk pengaman. Meski demikian, orang-orang yang punya ketakutan untuk naik pesawat harus yakin bahwa kecelakaan jarang terjadi di dunia penerbangan.
ADVERTISEMENT
Pada 2016, Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA) menemukan bahwa peluang kematian dalam kecelakaan pesawat hanya 1 banding 11 juta, dibandingkan mobil yang memiliki perbandingan 1 dari 5.000.
Di sisi lain, alasan lain penggunaan seat belt adalah turbulensi. Turbulensi yang terjadi pada pesawat akan membuat kabin terasa bergoyang dan bergetar akibat adanya pergeseran aliran udara.
Turbulensi merupakan hal yang wajar terjadi dalam dunia penerbangan. Meski begitu, menurut Heather Poole, author of Cruising Attitude: Tales of Crashpads, Crew Drama and Crazy Passengers, penumpang harus tetap mengenakan seat belt walau tanda pengaman dimatikan atas komando pilot.
Apabila guncangan yang terjadi terlalu keras, cedera yang dialami penumpang pesawat tak hanya sekadar luka-luka saja. Tetapi juga bisa menyebabkan gegar otak, patah tulang, dan cedera serius lainnya.
ADVERTISEMENT
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona).