Siapin Bujet Lebih, Masuk Hagia Sophia di Turki Kini Harus bayar Rp 550 Ribu

17 Januari 2024 15:04 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Hagia Sophia, Turki  Foto: Shutter stock
zoom-in-whitePerbesar
Hagia Sophia, Turki Foto: Shutter stock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Bagi wisatawan yang berniat berlibur ke Turki dan mengunjungi salah satu bangunan ikoniknya, yaitu Hagia Sophia, sepertinya harus bersiap-siap menyiapkan bujet lebih. Sebab, wisatawan asing yang akan mengunjungi monumen terkenal abad keenam di Istanbul ini harus membayar biaya masuk sebesar 36,5 dolar Amerika atau sekitar Rp 550 ribu.
ADVERTISEMENT
Dilansir Strait Times, wisatawan asing yang mengunjungi Hagia Sophia juga harus masuk dari arah pintu samping. Sedangkan pintu utama kini hanya diperuntukkan bagi warga Turki.
Nantinya, dengan biaya masuk tersebut, pengunjung bisa memasuki Hagia Sophia melalui akses terowongan terbuka, sehingga tidak mengganggu salat umat Islam.
Museum Hagia Sophia di Turki. Foto: Umit Bektas/Reuters
Tiket masuk ini juga akan memberikan akses ke galeri lantai atas dan museum yang menjadi situs Warisan Dunia Unesco tersebut. Selama ini, galeri lantai atas dan museum menjadi magnet bagi wisatawan yang berkunjung ke Hagia Sophia.
Kebijakan ini langsung mendapatkan reaksi dari para wisatawan. Kebijakan yang sudah berlaku sejak Senin (15/1) itu, membuat pengunjung yang datang merasa terkejut.
"Kemarin (14/1) gratis... (Wisatawan) kaget," ujar seorang petugas yang mengatur alur pengunjung yang datang.
Ornamen di Masjid Hagia Sophia di Istanbul, Turki, Jumat (25/11/2022). Foto: Muhammad Iqbal/Antara Foto
Tak hanya itu, pengunjung Muslim non-Turki juga akan dikenakan biaya saat mengunjungi Hagia Sophia, sekalipun mereka hanya ingin salat.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Hagia Sophia dibangun sebagai katedral Bizantium - yang pernah menjadi katedral terbesar di dunia - pada abad keenam. Namun, Hagia Sophia kemudian diubah menjadi masjid, setelah penaklukan Ottoman atas Konstantinopel pada tahun 1453.
Bangunan ini kemudian diubah menjadi museum sebagai bagian dari upaya Republik Turki modern, untuk bergerak menuju sekularisme.
Namun akhirnya, Presiden Recep Tayyip Erdogan kembali mengubahnya menjadi masjid pada 2020 lalu. Hal ini juga membuat para pendukungnya bergembira, dan membuat kecewa kaum sekularis.