Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Simak Perbedaan Antara Hotel Syariah dan Konvensional
30 November 2018 16:27 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:04 WIB

ADVERTISEMENT
Mengingat berbagai negara, termasuk Indonesia, tengah menerapkan halal tourism, hotel syariah pun secara tak langsung mulai berkembang. Hotel syariah sendiri merupakan hotel yang menerapkan prinsip ajaran agama Islam. Antara hotel syariah dengan hotel konvensional tentu ada sedikit perbedaan.
ADVERTISEMENT
Salah satu contoh hotel syariah yang ada di Jakarta adalah Sofyan Hotel Cut Meutia. Hotel yang berlokasi di jalan Cut Mutia, Jakarta Pusat, ini banting setir dari hotel konvensional ke hotel syariah sejak 1992 silam.
Alyssa Ramadhany selaku Marketing Communication Manager Sofyan Hotel mengungkapkan ada beberapa peraturan yang membedakan hotel tempatnya bekerja dengan hotel pada umumnya. Seperti, tamu yang datang harus pasangan suami istri atau masih satu keluarga.

Nantinya, pihak hotel akan menjelaskan bila Sofyan Hotel merupakan hotel halal yang bisa menolak tamu bila bukan muhrim. Maka dari itu, bila pengunjung yang datang bukan pasangan, hotel akan menyarankan untuk tidur di kamar yang berbeda. Namun, jika tidak berkenan dan ingin memilih hotel lain, staff-nya pun akan membantu untuk mencarikan hotel pengganti.
ADVERTISEMENT
Kemudian, pegawai hotel juga akan mengecek status dari tamu melalui KTP. Bila tamu memang benar pasangan suami istri, alamat dalam kartu identitas pasti sama.
“Kita bukan periksa pakai buku nikah tapi menggunakan KTP, kan kurang enak minta buku nikah dan tidak banyak yang bawa pas traveling,” jelasnya.

Lebih lanjut, Lysa, sapaan akrabnya, mengatakan jika Dewan Pengawas Syariah (DPS) justru tidak menyarankan pengunaan buku nikah untuk mem-filter tamu. Tapi lebih diarahkan untuk melakukan training agar pegawai bisa observasi dari gerak-gerik tamu.
Bila pihak hotel masih kebobolan, biasanya uang tidak akan dimasukan ke dalam keuntungan. Namun, akan dialihkan untuk dana fasilitas sosial atau fasilitas umum.
“Ada istilah rejeki kita bukan haknya untuk diambil, anjuran DPS tidak boleh kita ambil. (Maka dari itu) pertama tamu tidak boleh sekamar, kemudian uang (yang mereka bayar) tidak bisa masuk ke keuntungan tapi ke fasos dan fasum. Misalnya bikin jalan, perbaikan jalan trotoar, tapi tidak boleh untuk masjid,” tambah Ricky Iskandar, selaku PR Sofyan Corp, beberapa waktu lalu.

Untuk makanan dan minuman yang disajikan tentu sudah dipastikan kehalalannya. Hotel juga sudah menutup bar dan diskotik yang dahulu selalu ramai pada zamannya.
ADVERTISEMENT
Sedangkan seragam pegawai hotel yang biasanya identik dengan pakaian agak ketat, tidak berlaku di Hotel Sofyan. Untuk pegawai perempuan harus berdasarkan prinsip syariah Islam, yaitu tertutup.
“Alhamdulillah karyawan semua berhijab tapi kita tidak menutup kemungkinan non muslim untuk bekerja di sini. Kita sempat punya manajer front office yang non muslim,” papar Lysa.
Lysa menambahkan salah satu standar operasional prosedur (SOP) adalah para karyawannya harus mengucapkan salam ke tamu. Kemudian setiap dua minggu digelar kajian untuk pegawai hotel.
Sementara untuk fasilitas, Sofyan Hotel, menyediakan musala serta tempat wudhu yang berbeda untuk laki-laki dan perempuan. Setiap waktu salat tiba pun azan juga akan berkumandang untuk mengingatkan tamu menunaikan ibadah.

Di setiap kamar disediakan Al-Quran, peralatan salat, penunjuk kiblat hingga informasi mengenai jadwal salat. Selain itu, setiap toilet di kamar juga dilengkapi pancuran yang bisa digunakan untuk mengambil wudhu.
ADVERTISEMENT
Tak hanya itu, masalah tontonan pun juga diperhatikan oleh Sofyan Hotel. Ya, stasiun TV yang disediakan terbatas, kebanyakan didominasi tv lokal atau channel dari Timur Tengah.