Studi: Perempuan yang Sudah Menikah Lebih Senang Solo Traveling
6 Juni 2025 11:07 WIB
·
waktu baca 4 menitStudi: Perempuan yang Sudah Menikah Lebih Senang Solo Traveling
Traveling sendirian atau solo traveling saat ini enggak hanya dilakukan oleh para pria saja, tetapi juga para perempuan. Saat ini tak sedikit perempuan yang memilih solo traveling.kumparanTRAVEL



ADVERTISEMENT
Traveling sendirian atau solo traveling saat ini enggak hanya dilakukan oleh para pria saja, tetapi juga para perempuan. Saat ini tak sedikit perempuan yang memilih solo traveling ketimbang dengan teman atau pasangannya.
ADVERTISEMENT
Bahkan menariknya lagi, sebuah studi mengungkapkan saat ini semakin banyak perempuan yang sudah menikah justru lebih suka traveling sendirian.
Bukan karena mereka sedang menghadapi masalah rumah tangga, melainkan keinginan untuk menjelajah dunia atas nama kemandirian, pertumbuhan pribadi, dan kebebasan.
Dilansir Travel and Leisure, studi Booking.com pada tahun 2024 menyebutkan lebih dari 54 persen perempuan menyatakan keinginan untuk melakukan perjalanan solo. Sementara itu, menurut data Road Scholar pada 2023 juga menunjukkan bahwa 60 persen solo traveler adalah perempuan yang sudah menikah. Tren serupa juga diamati oleh agen perjalanan asal Australia, Flight Centre, yang menyebutkan bahwa solo traveler perempuan menjadi segmen terbanyak dari pelanggan mereka.
Dari Liburan Santai ke Petualangan Imersif
Jika dulu perempuan yang bepergian sendirian identik dengan liburan santai di pantai atau tur mencicipi anggur, kini semakin banyak yang memilih destinasi berani dan imersif seperti Maroko, Kolombia, Mesir, hingga Kuba. Mereka tidak hanya mencari liburan, tetapi pengalaman yang bisa mengubah perspektif hidup.
ADVERTISEMENT
Stacey Ray, pendiri perusahaan travel Sisterhood Travels, mengatakan, "Banyak perempuan yang lelah terus-menerus didefinisikan sebagai ibu, istri, nenek, atau pekerja. Mereka kini menghadapi pertanyaan ‘kalau bukan sekarang, kapan?’ secara langsung."
Bukan Karena Masalah Rumah Tangga
Keputusan untuk solo traveling juga bukan berarti ada keretakan dalam rumah tangga. Justru sebaliknya, ini seringkali lahir dari perbedaan minat atau jadwal. Kelly Lewis, pendiri agen perjalanan Damesly, menyebut sebagian besar kliennya adalah perempuan menikah yang pasangannya tidak bisa atau tidak ingin ikut bepergian.
“Banyak dari mereka punya pasangan, tetapi tetap memilih bepergian sendiri karena pasangan mereka sibuk bekerja atau tidak tertarik dengan perjalanan,” ujarnya.
Megan Padilla, seorang penulis dan blogger perjalanan, mengungkapkan bahwa ia dan suaminya memiliki gaya traveling yang berbeda.
ADVERTISEMENT
“Saya senang duduk santai di kafe kecil di Roma sambil minum spritz. Suami saya tidak minum alkohol dan tidak tertarik pada makanan, jadi saya akan kehilangan momen-momen kecil itu jika bepergian bersamanya," kata dia.
Solo Traveling sebagai Penyembuhan dan Penguatan Hubungan
Carrie Bell, penulis asal Los Angeles, mulai bepergian sendiri sebagai bentuk penyembuhan pasca kehilangan ayahnya.
“Saya pergi ke gurun tinggi Joshua Tree dan Palm Springs. Itu jadi momen sangat pribadi yang membuat saya merasa terhubung kembali dengan ayah saya," ujar Bell.
Baginya, bepergian sendiri bukan hanya pelarian, tetapi juga cara menjaga keseimbangan dalam pernikahan. “Waktu sendiri memperkuat waktu bersama,” katanya.
Senada dengan hal tersebut, Nancy Arehart, seorang fotografer pensiunan dari North Carolina, menyebut perjalanan solonya justru memperkuat hubungan dengan suaminya.
ADVERTISEMENT
“Kami tetap menjadwalkan liburan bersama setiap tahun, tapi juga memberikan ruang untuk solo travel masing-masing," ujar Arehart.
Arehart telah menjelajahi lebih dari 15 negara sendirian, termasuk Antartika, Galapagos, Botswana, India, Brasil, dan Peru. Awalnya, kebutuhan untuk menjaga orang tua memaksa mereka bergantian berlibur. Namun kini, itu telah menjadi gaya hidup.
“Kami tidak harus selalu berada di sisi satu sama lain untuk menjaga pernikahan tetap kuat dan sehat,” ungkapnya.
Gen Z Ikut Terinspirasi
Meski perempuan usia 50-an dan 60-an menjadi pionir tren ini, generasi yang lebih muda juga mulai mengikuti. Menurut laporan Travel Trends 2025 dari ASA Luxury, 58 persen perempuan Gen Z tertarik bepergian ke luar negeri sendirian, dan 83 persen menyebut media sosial dan selebriti sebagai inspirasi utama.
ADVERTISEMENT
Namun kadang inspirasi datang dari keluarga sendiri. Carrie Bell menutup kisahnya dengan refleksi mendalam tentang nenek dari suaminya.
“Ia melakukan semua hal ‘benar’ menurut generasinya: membesarkan keluarga, mengurus rumah, tapi tak pernah bepergian karena suaminya tak mau. Setelah suaminya meninggal, ia menyadari belum pernah keluar dari kota asalnya. Itu membuat saya sadar: lebih baik makan malam sendirian dan dikira kasihan oleh pelayan daripada melewatkan pengalaman hidup karena pasangan saya tak bisa ikut," tutup Bell.