Studi: Traveling Bisa Bikin Lebih Bahagia, daripada Beli Barang Baru

10 Mei 2019 17:25 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi traveling sendirian Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi traveling sendirian Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Siapa yang tak ingin membeli mobil mewah keluaran terbaru, berlian, ponsel canggih, atau tas branded? Tentu, semuanya ingin.
ADVERTISEMENT
Senada dengan hal itu, nampaknya tak akan ada yang menolak untuk traveling. Pergi ke tempat baru dengan nuansa berbeda sambil mencicipi kuliner dan bermalam di hotel unik.
Ilustrasi traveling ke negara impian Foto: Shutter Stock
Namun, sebenarnya lebih baik mana, traveling atau membeli barang baru?
Meski keduanya tak ada yang salah, tapi sebuah penelitian mengungkapkan bahwa pelesiran lebih baik daripada membeli materi.
Dilansir Lonely Planet, Thomas Gilovich, seorang profesor psikologi dari Cornell University di New York, selama lebih dari dua dekade mempelajari masalah antara uang dan kebahagiaan. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa rasa bahagia dari pengalaman liburan akan bertahan lebih lebih lama, daripada rasa senang karena membeli sebuah materi.
Menikmati sunset bersama pasangan saat traveling Foto: Unsplash
“Kami membeli barang-barang untuk membuat kami bahagia dan berhasil. Tapi hanya untuk sementara. Awalnya (memang) hal baru itu menarik, tetapi kemudian jenuh, ” katanya seperti dikutip dari Fast Company.
ADVERTISEMENT
Jika seiring berjalannya waktu tingkat kebahagiaan yang didapatkan dari pembelian barang menurun, maka berbading terbalik dengan pengalaman. Ingatan pengalaman selama traveling akan terus memberi hormon kebahagiaan lebih lama.
Ilustrasi Generasi Milenial Traveling Foto: Unsplash
Penelitian Gilovich juga menyimpulkan bahwa setiap ingatan menjadi sumber kegembiraan yang selalu terkenang sepanjang hidup. Dengan melakukan perjalanan wisata, mempelajari keterampilan baru, ikut rombong tur sehari penuh, bahkan ikut serta dalam olahraga ekstrem bisa menjadi sumber kebahagiaan ideal.
Alasan lainnya bahwa pengalaman traveling mampu memberikan kesempatan untuk berhubungan, bertemu, dan terkoneksi dengan orang lain. Para pelancong kemungkinan besar akan merasa ‘terhubung’ dengan seseorang yang ditemuinya saat liburan, daripada dengan mereka yang kebetulan membeli mobil, TV, bahkan jam yang sama.
com-Ilustrasi Solo Traveling di Singapura Foto: Novianti Rahmi Putri/kumparan
Maka dari itu, daripada membeli hp, mobil, dan barang lainnya, Gilovich menyarankan lebih baik menghabiskan uang untuk mencari pengalaman, seperti pergi ke pameran seni, melakukan kegiatan di luar ruangan, mempelajari keterampilan baru, atau bepergian ke daerah yang belum pernah dikunjungi.
ADVERTISEMENT
Adapun, riset dari Gilovich ini dilakukan oleh dirinya dan orang lain yang dikaitkan dengan ‘paradoks Easterlin’. Dalam penelitiannya, dirinya mengukur melalui laporan dari orang-orang terkait pengalamannya saat membeli sebuah barang dan pengalaman melancongnya.
Apa kamu setuju dengan penelitian ini?