Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.87.1
Suku Formosa, Penduduk Asli Taiwan yang Mirip Suku Dayak di Indonesia
23 Juli 2018 13:01 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Hampir mirip Australia yang lebih dikenal dengan penduduk Kaukasusnya, orang-orang saat ini lebih mengenal Taiwan sebagai negara yang memiliki penduduk mirip seperti penduduk China, Korea, atau Jepang yang berperawakan putih bersih dan bermata sipit.
Namun, tahukah kamu bahwa sebenarnya suku Formosa yang merupakan penduduk asli Taiwan justru mirip dengan suku Dayak di Kalimantan?
Dalam buku Tonio Andrade yang berjudul How Taiwan Became Chinese, ia menjelaskan bahwa pada tahun 1582, bangsa Portugis menamai Taiwan dengan nama Ilha Formosa atau dalam bahasa Inggris disebut Beautiful Island.
Nama ini diberikan karena Taiwan punya keragaman alam yang indah. Sejak saat itu juga penduduk asli Taiwan dikenal sebagai suku Formosa.
Suku Formosa merupakan kelompok orang berbahasa Austronesia yang terbagi menjadi belasan suku. Suku-suku pecahan dari suku Formosa memiliki perawakan yang sama dengan suku Dayak di Kalimantan, Indonesia dan tinggal di berbagai tempat di Taiwan.
Kemiripan dengan suku Dayak di Indonesia ini terjadi karena ribuan tahun yang lalu bangsa Austronesia juga melakukan migrasi ke Nusantara dan beberapa negara lainnya, seperti Madagaskar, Malaysia, Filipina, dan Oseania.
ADVERTISEMENT
Suku Formosa mulai tergeser semenjak migrasi suku Han yang berasal dari China dilakukan secara besar-besaran di abad 17.
Terjadi perubahan kebudayaan yang besar akibat migrasi suku Han dan datangnya bangsa Eropa, seperti pernikahan silang, penggunaan nama Han untuk mendapat pengakuan sebagai warga negara secara utuh, dan urbanisasi untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak.
Selain itu, munculnya bahasa nasional di Taiwan mengikis bahasa asli yang digunakan oleh suku Formosa, begitu pula budayanya. Hal ini karena ada kebiasaan lama milik suku Formosa yang dianggap barbar dan tidak diperbolehkan untuk dilakukan.
Untungnya pada Agustus 2016 lalu, Presiden Taiwan Tsai Ing-wen meminta maaf secara langsung di depan kepala suku dan memberikan otonomi yang lebih besar kepada suku Formosa. Ia meminta maaf secara resmi atas ketidakadilan yang diterima suku Formosa selama 400 tahun.
Presiden perempuan pertama Taiwan itu mengatakan, bahwa negara harus menerima kebenaran sebagai bentuk bersatu dengan rakyat. Ia akan memberikan pendidikan dan kesempatan bagi penduduk asli di Taiwan tersebut untuk melestarikan bahasa asli, serta kesempatan mendapat kepemilikan tanah.
Pemerintah Taiwan juga akan mendirikan Taiwan Indigenous People Cultural Foundation, yaitu sebuah taman budaya seluas 82 hektare di Pingtung, Taiwan bagian selatan. Taman ini berfungsi untuk memberikan informasi terkait penduduk Formosa, sekaligus melestarikan kebudayaannya.
Di Taiwan Indigenous People Cultural, kamu bisa menemukan miniatur suku asli Formosa, mulai dari rumah tradisional, tarian, lagu, dan berbagai kerajinan.
Saat ini terdapat kurang lebih 550 ribu orang penduduk asli Taiwan atau 2,3 persen dari jumlah keseluruhan penduduk Taiwan. Dari belasan suku Formosa, terdapat 16 suku asli yang diakui Pemertintah Taiwan , yaitu Atayal, Seediq, Truku, Saisiyat, Bunun, Thao, Tsou, Kanakanavu, Hla'alua, Rukai, Paiwan, Amis, Sakizaya, Kavalan, Puyuma, dan Yami.
ADVERTISEMENT