Sumpeknya Pulau Terpadat di Dunia, Seluas Lapangan Bola tapi Dihuni 1.200 Orang

18 Juli 2022 7:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Panorama pulau terpadat di dunia, Santa Cruz Del Islote. Foto: lemaret pierrick/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Panorama pulau terpadat di dunia, Santa Cruz Del Islote. Foto: lemaret pierrick/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Traveler selama ini beranggapan bahwa Pulau Jawa menjadi salah satu pulau paling padat penduduknya. Padahal kenyatannya, ada banyak pulau lainnya di dunia yang jumlah penduduknya lebih banyak dibandingkan luas tanahnya.
ADVERTISEMENT
Ya, tak seberuntung Pulau Jawa, pulau ini malah hanya memiliki luas tak lebih dari sebuah lapangan sepak bola, tapi dihuni ribuan orang. Sumpek!
Sumpeknya Pulau Santa Cruz Del Islote di Kolombia. Foto: lemaret pierrick/Shutterstock
Dilansir Amusing Planet, ialah Santa Cruz del Isote, pulau seluas 2,4 hektare ini menjadi rumah bagi 1.200 orang. Bahkan, saking padatnya, luas pulau ini jika dihitung-hitung lebih padat empat kali lipat dari Pulau Manhattan di New York.
Tak heran jika Santa Cruz del Islote disebut-sebut sebagai pulau terpadat di dunia. Pulau ini sendiri berada di Kepulauan San Bernando, lepas pantai Kolombia. Santa Cruz del Islote adalah pulau koral kecil yang membentuk kepulauan tersebut.
Lantas, bagaimana pulau ini bisa disebut sebagai pulau terpadat di dunia. Serta, bagaimana kehidupan para penduduknya?
ADVERTISEMENT

Asal-usul Pulau Terpadat di Dunia

Menurut legenda, sekitar 150 tahun lalu sekelompok nelayan dari kota pesisir baru yang berjarak sekitar 50 kilometer (km) jauhnya, sedang mencari perairan baru untuk menangkap ikan. Karena hari sudah terlambat untuk pulang, mereka memutuskan mencari pulau terdekat untuk bermalam.
Saat menemukan pulau (sekarang Santa Cruz del Islote), betapa terkejutnya mereka bahwa pulau ini tidak dihinggapi nyamuk, seperti pulau tempat mereka tinggal. Karena hal inilah akhirnya para nelayan itu memutuskan untuk selalu bermalam di sana.
Panorama pulau terpadat di dunia, Santa Cruz Del Islote. Foto: Dronoptera/Shutterstock
Seiring berjalannya waktu, mereka pun kerasan (nyaman) dan akhirnya memilih untuk tinggal dan menetap di pulau yang ditemukannya itu.
Kini, Pulau Santa Cruz del Islote dihuni oleh ribuan penduduk yang terdiri dari 90 rumah. Meski sempit, pulau ini juga memiliki fasilitas, mulai dari dua toko, satu restoran, sekolahan, dan juga tempat hiburan.
ADVERTISEMENT

Kehidupan di Pulau Santa Cruz del Islote

Para penduduk di pulau ini menggantungkan hidupnya sebagai nelayan, serta pegawai hotel dan resorts yang ada di pulau-pulau terdekat. Tak sedikit para penduduk yang bekerja di bidang pariwisata. Selain menjadi nelayan, mereka juga membuat suvenir yang dijual pada wisatawan di pulau-pulau terdekat.
Selain itu, kehidupan di Pulau Santa Cruz del Islote bisa dibilang jauh dari kata layak. Hal itu dikarenakan luas pulau yang tak lebih dari lapangan sepak bola, membuat para penduduknya harus memutar otak.
Para penduduk yang sedang beraktivitas di Pulau Santa Cruz Del Islote. Foto: Federico Villamil/Shutterstock
Tak sedikit para penduduknya yang membangun rumah atau bangunannya menjulang tinggi ke atas atau bertingkat.
Selain itu, untuk akses listrik dan air bersih juga terbilang kurang. Satu-satunya sumber listrik di pulau ini adalah dengan generator yang dihidupkan pada pukul 19.00-23.00 waktu setempat.
ADVERTISEMENT
Waktu tersebut merupakan waktu para penduduk untuk menonton televisi. Jika ingin menonton pertandingan sepak bola, para penduduk akan patungan untuk membeli bensin dan menyalakan generator.
Meski hidup serba sederhana, para penduduk mengatakan bahwa mereka sangat senang tinggal di sana, karena sangat tenang dan damai. Tingkat kriminalitas dan kekerasan di pulau tersebut dibilang sangat rendah, bahkan para penduduk tak segan membuka pintu rumah mereka lebar-lebar.
Juvenal Julio, seorang instruktur selam berusia 66 tahun, dan cicit dari salah satu pendiri asli pulau itu, menyebut Santa Cruz del Islote sebagai surga.
“Saya akan menjalani sisa hari saya di sini. Ini adalah kehidupan yang mulia," katanya.
Seperti 1.200 penduduk pulau lainnya, Julio hanya akan pergi ketika dia sudah meninggal, karena pulau itu tidak memiliki ruang untuk kuburan.
ADVERTISEMENT