Tambrauw: Kabupaten Konservasi dan Masyarakat Adat di Tanah Papua

13 Desember 2023 9:09 WIB
·
waktu baca 3 menit
clock
Diperbarui 16 Juli 2024 10:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pelabuhan Laut Sausapor, Kabupaten Tambrauw, Papua Barat Daya. Foto: Zahra Rizaldy/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Pelabuhan Laut Sausapor, Kabupaten Tambrauw, Papua Barat Daya. Foto: Zahra Rizaldy/kumparan
ADVERTISEMENT
Tambrauw merupakan salah satu kabupaten yang terletak di ujung barat Papua yang memiliki etnis beragam dengan lima suku, yakni Suku Abun, Meyah, Mpur, Ireres, Moi, dan Biak. Nama Tambrauw berasal dari bahasa asli orang Abun. Tam yang berarti burung dan Brauw artinya emas. Burung emas dalam hal ini merujuk pada Burung Cenderawasih yang menjadi hewan etnik di bumi Papua.
ADVERTISEMENT
Untuk menuju ke Kabupaten Tambrauw atau tepatnya ke Distrik Sausapor, perjalanan dimulai dari Bandara Domine Eduard Osok (DEO) Sorong. Selanjutnya, menyusuri jalan darat Trans Sorong-Tambrauw yang ditempuh selama 4,5 jam.
Perjalanan dari Sorong menuju ke Distrik Sausapor sudah hampir terhubung seluruhnya dengan aspal. Meskipun ada beberapa jalan yang masih berbatu, namun sepanjang perjalanan menyusuri pantura Papua, mata dimanjakan dengan pemandangan laut pasifik dan pegunungan yang mengelilinginya.
Sejak menginjakkan kaki di Distrik Sausapor, langkah kumparan selalu dirayakan oleh penduduk setempat. Sambutan oleh pemilik hak wilayah, upacara adat, tarian, hingga nyanyian mengiringi kedatangan kami di setiap tempat di sana.
Resmi menjadi kabupaten mandiri sejak tahun 2008, fokus Kabupaten Tambrauw ingin menjadikan daerahnya sebagai wilayah konservasi dan desa wisata masyarakat adat. Di balik wilayah konservasi tersebut, terdapat juga potensi wisata yang menarik untuk dikunjungi wisatawan.
ADVERTISEMENT

Konservasi Burung Cenderawasi di Tambrauw, Papua

Konservasi Burung Cenderawasih di Tambrauw, Papua. Foto: Kemenparekraf RI
Wilayah konservasi di Kabupaten Tambrauw merupakan habitat bagi berbagai spesies burung yang langka dan eksotis. Salah satu lokasi konservasi tersebut adalah Kalibili, yang merupakan destinasi unggulan untuk aktivitas bird watching, atau pengamatan burung langsung di habitat aslinya.
Menara Pandang Konservasi Burung Cenderawasih. Foto: Kemenparekraf RI
Mereka membantu mencari lokasi burung, mengidentifikasi spesies burung, dan menginformasikan perilaku burung-burung. Bird watching di Kalibili sudah difasilitasi tangga dan jembatan kayu, yang di beberapa titik juga telah dilengkapi tempat duduk untuk wisatawan menyaksikan langsung cenderawasih bermain.
Kegiatan bird watching Kalibili telah difasilitasi jembatan kayu dan menara pandang yang sejajar dengan pucuk pohon.

Desa Wisata: Menggali Kehidupan Lokal dan Keunikan Budaya

Masyarakat Desa Wisata Nanggouw. Foto: Zahra Rizaldy/kumparan
Termasuk ke dalam wilayah konservasi, desa-desa di Tambrauw membuka pintu untuk menyuguhkan pengalaman bagi wisatawan yang berkunjung. Desa wisata yang baru saja diresmikan di Kabupaten Tambrauw antara lain Desa Nangrouw dan Salemkai.
ADVERTISEMENT
Pengembangan desa wisata di sekitar kawasan konservasi berperan untuk menyambut wisatawan. Mereka melibatkan wisatawan dalam melestarikan warisan budaya setempat.
Ketika tiba di Desa Wisata Nanggouw, kumparan disambut dengan upacara adat dan diberikan berbagai cinderamata khas sana. Perempuan dan laki-laki diberika tas dari kulit kayu seperti koba-koba, dan penutup kepala yang terbuat dari daun kelapa yang dikeringkan.
Kami juga diajak terlibat dalam kegiatan sehari-hari masyarakat seperti upacara adat, membuat kerajinan tangan, hingga proses masak sampai menikmati kuliner khas.

Penginapan dengan Pemandangan Samudra Pasifik

Resort Sansapore Pacific Park. Foto: Zahra Rizaldy/kumparan
Wisatawan yang ingin menginap pun tak perlu khawatir, karena Sausapor telah dilengkapi dengan fasilitas homestay. Wisatawan juga bisa memilih menginap di resor pertama yang ada di sana, yaitu Sansapore Pacific Park. Kamar dengan konsep rumah panggung yang sejuk ini dikelilingi pohon kelapa.
ADVERTISEMENT
Berbagai aktivitas dapat dilakukan di resor ini, mulai dari memancing, menikmati lautan Pasifik, hingga mengenal kebudayaan asli dari Papua Barat Daya.
Untuk menuju ke Kabupaten Tambrauw atau tepatnya ke Distrik Sausapor, perjalanan dimulai dari Bandara Domine Eduard Osok (DEO) Sorong. Selanjutnya, menyusuri jalan darat Trans Sorong-Tambrauw yang ditempuh selama minimal 4,5 jam.
Perjalanan darat itu belum sepenuhnya terhubung dengan aspal. Masih banyak jalan berbatu yang sulit dilewati mobil biasa. Sepanjang perjalanan menyusuri pantura Papua, mata dimanjakan dengan pemandangan laut pasifik dan pegunungan yang mengelilinginya.
Nah, bagi yang berminat merasakan secara langsung keindahan wilayah konservasi Tambrauw, kamu bisa mencari akomodasi dapat diakses melalui aplikasi buatan putra-putri Tambrauw di bawah binaan Kemenparekraf, Pacific Bliss. Aplikasi dapat di-install di ios dan app store, atau melalui website pacificbliss.id.
ADVERTISEMENT
Reporter: Zahra Rizaldy