Tatung hingga Jappa Jokka, Ini 5 Tradisi Unik Cap Go Meh di Indonesia

4 Februari 2023 8:01 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Atraksi tatung di Perayaan Cap Go Meh bertema Little Singkawang di Trade Mall Seasons City, Jakarta Barat. Foto: Andesta Herli Wijaya/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Atraksi tatung di Perayaan Cap Go Meh bertema Little Singkawang di Trade Mall Seasons City, Jakarta Barat. Foto: Andesta Herli Wijaya/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Cap Go Meh menjadi perayaan yang tak kalah pentingnya bagi masyarakat Tionghoa di berbagai tempat. Sesuai namanya, Cap Go Meh berasal dari dua kata, yakni “Cap Go” yang artinya lima belas, dan “Meh” yang artinya malam.
ADVERTISEMENT
Perayaan ini menjadi rangkaian terakhir Imlek yang diselenggarakan pada malam ke-15 penanggalan China.
Di Indonesia, perayaan Cap Go Meh tak hanya dilakukan dengan penuh suka cita, tetapi juga diwarnai dengan beragam tradisi.
Atraksi tatung di Perayaan Cap Go Meh bertema Little Singkawang di Trade Mall Seasons City, Jakarta Barat. Foto: Andesta Herli Wijaya/kumparan
Tradisi-tradisi tersebut dilakukan oleh masyarakat keturunan Tionghoa yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia.
Selain pertunjukan barongsai, ada tradisi lain yang kerap diselenggarakan untuk menyambut perayaan Cap Go Meh. Apa saja, ya?
Berikut kumparan rangkum tradisi unik yang warnai perayaan Cap Go Meh di Indonesia.

1. Jappa Jokka, Makassar

Pemain liong beraksi saat festival "Jappa Jokka Cap Go Meh di Makassar, Sulawesi Selatan, Sabtu (8/2). Foto: ANTARA FOTO/Arnas Padda
Diambil dari bahasa Makassar (Jappa) dan bahasa Bugis (Jokka) yang berarti jalan-jalan. Dulu, tradisi ini lebih dikenal dengan nama Pasar Malam Cap Go Meh.
Istilah Pasar Malam Cap Go Meh kemudian dirilis Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Komunitas Pemerhati Budaya Tionghoa Indonesia (KPBTI).
ADVERTISEMENT
Menurut sejarah, tradisi Jappa Jokka pertama kali dilakukan pada masa kepemimpinan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Ini menjadi agenda rutin Pemerintah Kota Makassar, untuk mempromosikan budaya kepada wisatawan lokal dan mancanegara.
Berbagai macam kegiatan di gelar dalam festival ini, seperti lomba nyanyi, kuliner, lomba barongsai, dan pameran.

2. Arak-arakan Sipasan, Padang

Sejumlah warga keturunan Tionghoa berada diatas arak-arakan "Sipasan" saat penutupan perayaan festival Capgomeh 2751 di Padang, Sumatera Barat, Sabtu (8/2). Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Arif Pribadi
Selain Makassar, Kota Padang juga memiliki tradisi unik yang mewarnai perayaan Cap Go Meh. Masyarakat Tionghoa di Padang akan menggelar sebuah pawai kesenian, yaitu arak-arakan Sipasan.
Sipasan sendiri merupakan tandu berbentuk kelabang yang dipikul oleh orang dewasa, dengan anak-anak duduk di atasnya yang mengenakan kostum-kostum pakaian dari berbagai daerah di Indonesia.
Tradisi ini menjadi daya tarik utama dari perayaan Cap Go Meh di Padang.
ADVERTISEMENT

3. Kirab Budaya Ruwat Bumi, Salatiga

Ilustrasi kirab budaya saat Cap Go Meh. Foto: Pramata/Shutterstock
Sama seperti daerah lainnya di Indonesia, Kota Salatiga juga memiliki tradisi perayaan Cap Go Meh.
Setiap tahunnya, pada perayaan Cap Go Meh masyarakat di Salatiga melakukan ritual Kirab Budaya Ruwat Bumi dengan membawa arak-arakan tandu yang berisi patung Dewa.
Menariknya, Kirab Budaya Ruwat Bumi di Salatiga ini tak hanya diramaikan masyarakat Tionghoa, melainkan seluruh masyarakat dari berbagai lapisan dan latar belakang.
Hal ini bisa dibuktikan dengan beragam seni yang mengiringi arak-arakan kirab budaya tersebut, mulai dari Barongsai, Liong, hingga Reog Ponorogo.
Tak hanya itu, tradisi ini juga bisa kamu temukan di beberapa daerah lainnya di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa.

4. Ziarah ke Pulau Kemaro, Palembang

Pulau Kemaro, Palembang. Foto: Damar Aji/Shutterstock
Memasuki hari ke-15 setelah Tahun Baru Imlek, masyarakat Tionghoa di Palembang punya tradisi unik merayakan Cap Go Meh. Mereka akan berbondong-bondong menyeberang ke Pulau Kemaro untuk memanjatkan doa di Klenteng Hok Tjing Rio.
ADVERTISEMENT
Selain sembahyang, perayaan Cap Go Meh di Pulau Kemaro juga semakin meriah dengan berbagai pertunjukan seni khas Tionghoa, mulai dari Barongsai hingga pertunjukan wayang orang.
Keunikan dari pulau yang merupakan delta dari Sungai Musi ini tak cuma terdapat pada perayaan Cap Go Meh-nya saja. Pulau ini juga menyimpan cerita yang menarik.
Menurut sejarah, pulau ini pernah menjadi salah satu pos penjagaan Panglima Cheng Ho. Selain itu, ada juga legenda rakyat yang menceritakan kisah cinta putri Palembang dan pangeran dari Negeri China yang berakhir tragedi. Makam dari sang putri Palembang dan pangeran dari Negeri China ini masih bisa kamu temukan di Pulau Kemaro.

5. Tatung, Singkawang

Atraksi tatung saat Festival Cap Go Meh. Foto: Jessica Helena WUYSANG / AFP
Dari sekian banyak tradisi Cap Go Meh yang ada, pawai Tatung di Singkawang jadi yang terpopuler. Tatung dalam perayaan festival Cap Go Meh Singkawang merupakan atraksi utama yang paling dinanti-nantikan. Tak heran jika Tatung menjadikan nama Singkawang Mendunia.
ADVERTISEMENT
Secara harfiah, Tatung berasal dari dua kata yaitu ‘Ta’ yang berasal dari dialek Hakka, berarti tepuk atau pukul, dan ‘Tung’ yang berasal dari kata Thungkie atau orangnya.
Sementara itu, pengertian Tatung yang digunakan di Singkawang mengacu dari bahasa Mandarin, Tiao Tong.
‘Tiao’ berarti lompat dan ‘Tong’ berasal dari kata Tong Ji yang diartikan sebagai anak-anak ilahi. Inilah yang menjadi dasar mengapa Tatung dikenal sebagai manusia yang dimasuki roh dewa atau leluhur.
Tatung sendiri dipercaya sebagai para manusia pilihan dewa. Warga Singkawang meyakini mereka membantu manusia mencapai kedamaian, menjaga agar tidak diganggu makhluk lain, juga memberi pengobatan. Agar bisa membantu orang lain, mereka membiarkan badannya dirasuki roh.
Untuk menunjukkan kekebalan tubuhnya ketika dimasuki roh dewa atau leluhur, mereka menyayat diri dengan benda-benda tajam, seperti pisau atau mandau, senjata tajam khas Kalimantan.
ADVERTISEMENT
Beberapa dari mereka ada pula yang mencoba mengiris lidah, sedangkan yang lainnya menusuk-nusukkan kawat dan jarum berukuran besar ke mulut dan pipi.
Pernah melihat salah satu Festival Cap Go Meh di atas?