Tradisi Aneh Menyambut Kedewasaan di Dunia, Minum Air Mani Hingga Sayat Tubuh

30 Maret 2021 7:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi menyayat perut di Afrika Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi menyayat perut di Afrika Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Menjadi dewasa merupakan momen yang ditunggu-tunggu oleh semua orang. Saat memasuki fase dewasa, seseorang akan dianggap telah memiliki tanggung jawab yang lebih besar dibanding saat ia masih kanak-kanak.
ADVERTISEMENT
Karena dianggap spesial, tak heran jika banyak suku di dunia yang melakukan ritual dan tradisi secara khusus untuk menyambut fase kedewasaan seseorang. Bahkan, beberapa tradisi dan ritual tersebut tergolong unik dan ekstrem.
Berikut kumparan rangkum 5 tradisi dan ritual mengerikan suku di dunia dalam menyambut kedewasaan.

1. Menyayat Perut Suku Tiv, Nigeria

Ilustrasi menyayat perut perempuan di Afrika. Foto: Shutter Stock
Suku Tiv di Nigeria punya cara untuk menunjukkan proses kedewasaan seorang perempuan yang membuatmu bergidik ngeri. Untuk menandai kedewasaan, para gadis Suku Tiv harus menjalani ritual penyayatan perut.
Ritual ini dilakukan ketika seorang gadis mendapatkan haid pertamanya. Perut para gadis tersebut disayat dengan menggunakan benda tajam yang menyebabkan beberapa torehan luka berbentuk garis memanjang.
Rasanya sudah pasti menyakitkan. Karena ketika menjalani ritual tersebut, mereka tidak disertai dengan obat bius ataupun tindakan medis guna pencegahan infeksi. Gadis tersebut baru bisa disebut sebagai wanita dewasa ketika sudah memiliki kurang lebih empat bekas sayatan di perutnya.
Ilustrasi menyayat tubuh di Afrika. Foto: Shutter Stock
Selain menandakan kedewasaan, sayatan-sayatan ini dipercaya dapat meningkatkan kesuburan si gadis. Konon, luka sayatan ini membantu mereka menjadi lebih menarik di mata para pria.
ADVERTISEMENT
Orang-orang Suku Tiv mengeklaim bagian tubuh yang terdapat bekas luka sayatan itu akan meningkatkan sensitivitas wanita saat disentuh, bahkan hingga bertahun-tahun kemudian. Jadi luka tersebut dipercaya bisa memberikan sensasi erotis. Karena itulah, luka sayatan perut ini dianggap menarik secara seksual oleh para pria Suku Tiv.

2. Tato Wajah ala Suku Atayal, Taiwan

Wanita Atayal yang Punya Tato Wajah Foto: Wikimedia Commons
Atayal mungkin menjadi satu dari sekian banyak suku yang memiliki tato sebagai ciri khas. Atayal atau Tayal merupakan kelompok pribumi di Taiwan. Suku yang tersebar di Taiwan Tengah dan Taiwan Utara itu memiliki tradisi menato sejak 1.400 tahun yang lalu.
Atayal menato wajah sebagai bukti mereka telah memasuki fase usia dewasa. Anak laki-laki di Tayal akan memulai menato wajah ketika mereka memasuki usia 15 tahun. Sebelum mendapatkannya, anak laki-laki harus memburu dan mengayau sebagai tanda mereka mampu.
ADVERTISEMENT
Proses pembuatan tato sendiri sangat menyakitkan. Beberapa generasi tua menggambarkannya sebagai pengalaman yang lebih buruk daripada membayangkan kematian. Meski begitu, rasa sakit saat proses pembuatan tato diibaratkan sebagai bukti seorang pria atau wanita sudah cukup kuat untuk menanggung apa pun yang akan terjadi.

3. Minum Sperma Suku Sambia, Papua Nugini

Ilustrasi laki-laki suku Sambia di Papua Nugini. Foto: Shutterstock
Sebagai tanda telah tumbuh dewasa, Suku Sambia mewajibkan para penduduk laki-lakinya untuk meminum cairan sperma dari anggota suku yang berjenis kelamin lelaki dan sudah dewasa. Ritual ini merupakan hal yang wajib dilakukan bagi anak laki-laki di suku tersebut.
Ritual yang dilakukan oleh anak laki-laki usia 7 tahun ini bertujuan untuk melancarkan pertumbuhan dan menambah kekuatan anak tersebut. Begitu memasuki usia sakral, para anak laki-laki itu akan mulai hidup terpisah dari ibunya dan tinggal di sebuah gubuk yang semua penghuninya adalah laki-laki.
ADVERTISEMENT
Untuk melakukan ritual kejantanan ini, anak laki-laki di Suku Sambia harus menjalani penyedotan darah dari hidung dengan menusukkan kayu atau rumput yang runcing, hingga darah dari hidung mereka mengalir deras. Darah yang mengalir deras dari hidung sang pria itu dianggap sebagai tingu yang menempel di jiwa laki-laki.
Ilustrasi Suku Sambia, Papua Nugini Foto: Wikimedia Commons
Setelah melakukan ritual pertama, mereka harus menelan air mani dari pria dewasa. Dengan melakukan hal tersebut, Suku Sambia meyakini tingu yang layu itu akan kembali kuat ketika mereka meminum air mani.
Bagi anak laki-laki yang menentang dan menolak ritual tersebut, mereka akan mendapat sanksi oleh ketua suku berupa hukuman mati. Setelah mereka tumbuh dewasa sekitar berusia 20 tahun, ayah dan saudara laki-laki akan menikahkan anak tersebut.
ADVERTISEMENT
Laki-laki muda ini akan dinikahkan setelah sang pengantin wanita melewati menstruasi pertama. Ritual kedewasaan ini baru akan berakhir ketika seorang laki-laki menjadi ayah. Keberhasilan seorang pria Suku Sambia dapat dilihat setelah sang istri melahirkan.
Saat mereka berstatus sebagai seorang ayah, mereka akan dihormati serta dianggap sebagai pejuang dan pria dewasa.

4. Bertahan dari Sengatan Semut, Suku Pedalaman Amazon

Suku pedalaman di Hutan Amazon yang dikenal sebagai suku Satere-Mawe di Brasil punya cara yang tidak terduga agar seorang laki-laki dianggap sebagai pria dewasa. Jika selama ini pertanda kedewasaan adalah dari segi usia atau ciri biologis yang muncul dalam diri seorang anak, Suku Satere-Mawe menjadikan sarung tangan penuh semut sebagai 'buktinya'.
Ritual kedewasaan Suku Satere-Mawe ini disebut dengan Ritual Da Tucandeira. Ritual ini mengharuskan anak laki-laki bertahan tanpa menangis saat tangannya dikerubungi dan disengat oleh puluhan semut peluru yang berada dalam sarung tangan.
ADVERTISEMENT
Untuk melaksanakan ritual ini, tetua adat akan pergi ke hutan untuk mengumpulkan semut peluru. Mereka akan memberikan ramuan herbal pada semut-semut peluru yang mereka tangkap agar tidak sadarkan diri. Hal ini akan memudahkan tetua adat untuk memasukkan semut tersebut ke dalam sepasang sarung tangan khusus untuk ritual ini.
Tradisi disengat semut suku Satere-Mawe Foto: Wikimedia Commons
Sarung tangan itu dibuat dari dedaunan yang disiapkan khusus untuk inisiasi ini. Jumlah semut bisa mencapai 30 ekor per sarung tangan.
Anak-anak yang mengikuti ritual ini adalah anak laki-laki yang berusia 12-16 tahun. Secara bergantian anak laki-laki dari suku ini akan memasukkan tangannya ke dalam sarung tangan dengan lapisan arang sebagai perlindungan tangan mereka.
Anak laki-laki ini dianggap berhasil melewati ritual kedewasaan apabila mampu melalui 10 menit tersebut tanpa menangis. Pada saat inilah anak laki-laki ini dianggap sudah mencapai tahap kedewasaan dan diakui sebagai bagian dari Suku Satere-Mawe. Terkadang dibutuhkan hingga 20 kali percobaan agar sang anak lulus dari inisiasi ini.
ADVERTISEMENT

5. Kerik Gigi, Kepulauan Mentawai, Pulau Siberut, Sumatera Barat

Ilustrasi tato suku Mentawai, Suamtera Barat. Foto: Shutterstock
Suku yang mendiami Kepulauan Mentawai, Pulau Siberut, Sumatera Barat, ini memiliki standar kecantikan dan pendewasaan tersendiri. Wanita Suku Mentawai menganggap kecantikan mereka dilihat dari gigi yang runcing.
Tradisi meruncingkan gigi ini bernama kerik gigi yang sudah dilakukan sejak lama. Tujuan kerik gigi ialah untuk terlihat cantik dan menarik di mata pria di sekelilingnya. Selain itu, sebagai penanda kedewasaan wanita dan dipercaya juga akan memberikan kebahagiaan dan kedamaian.
Penduduk Mentawai juga percaya, wanita yang memiliki gigi runcing akan memiliki kebahagiaan dan kedamaian jiwa. Wanita Mentawai juga percaya jika yang memiliki gigi runcing lebih memiliki nilai.
Proses kerik gigi dilakukan oleh ketua adat. Gigi yang akan diruncingkan tidak diberikan obat bius. Alat yang digunakan pun terbuat dari besi atau kayu yang sudah diasah hingga tajam.
ADVERTISEMENT
Tentunya proses ritual ini menyakitkan. Maka dari itu, sebelum proses tersebut biasanya wanita Suku Mentawai mengigit pisang hijau.
Dalam prosesnya pun tak sebentar, karena gigi yang diruncing tak hanya 1 atau 2 saja. Gigi yang diruncing akan dibuat seperti segitiga. Kini, tradisi ini pun semakin ditinggalkan karena pengaruh dunia luar.
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona).