Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Tradisi Bakar Uang Arwah, Cara Etnis Tionghoa Menghormati Leluhur di Alam Baka
25 Februari 2020 7:04 WIB
ADVERTISEMENT
Barongsai, merayakan Imlek dan Cap Go Meh, atau memberi angpao, pastinya sudah menjadi tradisi yang awam di kalangan masyarakat Indonesia, non-Tionghoa. Tapi bagaimana dengan membakar uang? Ya, belum tentu.
ADVERTISEMENT
Meski tak terdengar familiar, tradisi membakar uang bukanlah hal yang janggal bagi masyarakat keturunan Tionghoa, baik di Indonesia maupun di negara-negara lainnya. Tradisi membakar uang sudah menjadi ritual yang dilakukan secara turun-temurun selama ribuan tahun.
Tradisi membakar uang diadakan hampir di setiap hari besar dan juga acara pemakaman. Uang yang digunakan juga bukan uang asli yang biasa kamu gunakan untuk bertransaksi di kehidupan sehari-hari.
Ritual membakar uang menggunakan uang palsu atau yang dikenal sebagai uang arwah atau uang hantu. Dilansir Culture Trip, ritual membakar uang hantu diyakini berasal dari tradisi yang tercipta sekitar 2.500 tahun lalu.
Menurut catatan sejarah, ritual membakar uang arwah pertama kali dilakukan pada zaman Dinasti Jin (265-420). Sejak saat itu, ritual membakar uang menjadi tradisi umum di zaman kekaisaran selanjutnya, seperti Dinasti Tang dan Dinasti Song.
ADVERTISEMENT
Tradisi ini merupakan campuran dari Taoisme, Buddha, dan cerita rakyat daerah. Konon, membakar uang kertas dapat memenuhi kebutuhan anggota keluarga yang telah meninggal di akhirat.
Ritual membakar uang paling sering ditemukan pada awal April yang dikenal sebagai Festival Qingming. Dalam merayakan Festival Qingming, orang-orang keturunan Tionghoa akan mengunjungi makam leluhur mereka, membersihkannya, dan membakar uang kertas sebagai persembahan.
Menurut kepercayaan masyarakat Tionghoa , uang bisa membelikanmu kebahagiaan bahkan di akhirat. Sehingga dengan membakar uang palsu saat pemakaman, mereka bisa memastikan bahwa leluhurnya memiliki banyak uang di dunia setelah kematian.
Jadi, anggota keluarga yang masih hidup tak perlu cemas memikirkan kehidupan anggota keluarganya yang telah meninggal. Karena jiwa-jiwa yang telah meninggal itu punya uang untuk membeli barang dan kebutuhan mereka, agar dapat merasa nyaman di alam baka.
Membakar uang arwah juga merupakan bentuk pemujaan terhadap para leluhur, yang mana leluhur memiliki kekuatan untuk mempengaruhi kekayaan atau nasib anggota keluarganya yang masih hidup.
ADVERTISEMENT
Apa cuma sampai situ saja? Enggak juga, lho. Lebih dalam lagi, tradisi membakar uang arwah mewujudkan keikhlasan anggota keluarga untuk menghormati leluhur dengan memaafkan kesalahan yang pernah dibuat semasa hidup.
Memberikan kehangatan bagi setiap keluarga untuk mengenang leluhur maupun anggota keluarga yang telah tiada. Dan barang yang dibakar menjadi representasi pembersihan bagi segala hal duniawi.
Dihimpun dari berbagai sumber, dulunya, uang arwah terbuat dari kertas bambu yang kasar atau kertas merang. Kertas itu dipotong persegi panjang dan didekorasi menggunakan cap atau motif lainnya, tergantung daerah penghasilnya.
Ada tiga jenis uang arwah yang biasa digunakan dalam ritual pembakaran. Pertama adalah uang tunai biasa atau yang dikenal pula sebagai uang tembaga. Uang ini dibakar sebagai persembahan bagi orang-orang yang baru meninggal atau roh-roh yang tak diketahui asalnya.
ADVERTISEMENT
Lalu jenis kedua adalah uang perak, yakni uang yang dipersembahkan untuk arwah leluhur dan dewa lokal. Jenis terakhir adalah uang emas yang dipersembahkan bagi dewa-dewi yang berada di langit, salah satunya adalah Kaisar Giok.
Ritual membakar uang tidak boleh dilakukan secara sembarangan. Jika kamu melakukannya dengan cara yang salah, maka kabarnya, arwah yang ada di sekitarmu akan kebingungan.
Untuk membedakan uang arwah dengan yang sungguhan, biasanya pelayat akan melipat uang tersebut. Di beberapa kasus tertentu, anggota keluarga biasanya tak cuma membakar uang palsu saja. Tetapi juga rumah, mobil, cek bank dengan nominal tertentu, dan berbagai benda elektronik lainnya, yang berbentuk replika dari kertas.
Lantas, mengapa mesti dibakar? Dalam perspektif agama Buddha, kosmos Buddha terbagi dalam tiga alam yang masing-masing terdiri dari sejumlah alam kecil yang bila ditotal mencapi 31 alam.
ADVERTISEMENT
Ketiga alam tersebut, yaitu alam indria, alam bermateri halus, dan alam tanpa materi. Keberadaan dewa api lah yang dianggap menjadi penghubung antara ketiga alam itu.
Tradisi bakar uang masih dilaksanakan hingga kini, di berbagai negara, di berbagai daerah. Kamu bisa menemukannya di acara-acara besar etnis Tionghoa.
Namun, di beberapa negara seperti Singapura, Taiwan, dan Hong Kong yang memiliki banyak masyarakat keturunan Tionghoa khususnya yang memeluk Buddha, tradisi ini biasanya dipusatkan di tempat peribadatan seperti klenteng. Menarik, ya. Kamu sendiri pernah mengikuti tradisi ini?