Unik! Air Terjun di Antartika Punya Air Semerah Darah

12 Mei 2020 16:57 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Air terjun darah di Antartika Foto: AFP/MARK RALSTON
zoom-in-whitePerbesar
Air terjun darah di Antartika Foto: AFP/MARK RALSTON
ADVERTISEMENT
Mendengar Antartika pasti yang terlintas di benakmu adalah saljunya yang menghampar luas atau lautnya yang amat dingin. Lebih dari itu, tempat paling sunyi di Bumi itu juga punya sebuah air terjun yang akan membuatmu terperangah.
ADVERTISEMENT
Dijuluki Blood Falls atau Air Terjun Darah, tak seperti air terjun pada umumnya. Air terjun ini memiliki air yang berwarna kemerahan layaknya darah. Unik! Sekaligus menyeramkan, ya?
Air terjun yang terletak di sekitar Lembah Kering McMurdo, Antartika, ini sempat menjadi misteri karena aliran airnya yang tidak biasa. Bahkan, para peneliti dibuat bingung dengan aliran berwarna merah yang mengalir di atas Taylor Glacier.
Air terjun darah di Antartika. Foto: AFP/MARK RALSTON
Dilansir National Graphic, air terjun itu perama kali ditemukan oleh seorang ahli geologi Australia, Griffith Taylor pada 1911. Awalnya, warna aneh pada air terjun tersebut diyakini karena adanya alga merah.
Namun hampir 100 tahun setelah Taylor menemukan air terjun tersebut, para peneliti menemukan teori menarik lainnya. Para peneliti berteori bahwa warna merah di air terjun setinggi 30 meter tersebut terjadi akibat proses oksidasi besi dan air yang kemungkinan berasal dari danau air asin bawah tanah.
ADVERTISEMENT
Para peneliti dari University of Alaska Fairbanks dan Colorado College akhirnya mengkonfirmasi oksidasi tersebut dalam sebuah studi yang berjudul Journal of Glaciologi.
Dikutip dari Sfgate, dengan menggunakan ekolokasi (echolocation) untuk melacak ailiran air. Para peneliti menemukan danau berusia 5 juta tahun di bawah Taylor Glacier. Menurut para ilmuwan, ketika air danau keluar ke permukaan, air asin teroksidasi saat bersentuhan dengan udara.
Mengejutkannya lagi, air tersebut masih berbentuk cairan besi berada di dalam gletser yang membeku.
"Taylor Glacier saat ini merupakan gletser terdingin yang airnya mengalir secara terus menerus," ujar salah seorang peneliti sekaligus penulis, Christina Carr.
Danau di bawah gletser tersebut memiliki konsistensi ayang sangat asin. Karena air asin memiliki titik beku lebih rendah dari air murni dan melepaskan panas saaat membeku, air tersebut melelehkan es dan memungkinkan adanya sungai mengalir.
ADVERTISEMENT
Apalagi, Taylor Glacier merupakan gletser terdingin di Bumi dengan air yang selalu mengalir. Hal tersebut membuat gletser selalu dialiri air yang kemudian tampak seperti air terjun.
Dengan ditemukannya sumber mata air Blood Falls, para ilmuwan akhirnya bisa melakukan penelitian lebih lanjut tentang ekosistem di Antartika.
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona)
***
kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu pencegahan penyebaran corona virus. Yuk, bantu donasi sekarang!