Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Uniknya Bandara 'Green' Blimbingsari di Banyuwangi
12 Juli 2017 18:38 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:17 WIB
ADVERTISEMENT
Siapa yang tidak tahu Kabupaten Banyuwangi, kabupaten paling timur di Jawa. Pesona alam dan budayanya menarik wisatawan, baik lokal maupun asing. Hal tersebut dibuktikan dengan tren wisatawan yang berkunjung ke Banyuwangi lebih dari 2000% dibandingkan dari tahun 2010.
ADVERTISEMENT
Bahkan, berbagai maskapai penerbangan melirik untuk membuka direct flight dari Jakarta-Banyuwangi, salah satunya yaitu NAM Air yang merupakan anak perusaahan Sriwijaya Air. Maskapai tersebut mengangkasa dari Ibu Kota ke Banyuwangi pada 17 Juni 2017.
Tingginya wisatawan ini membuat pemerintah sadar untuk memperbaiki infrasruktur, salah satunya yaitu Bandar Udara Blimbingsari. Bandara yang terletak di Desa Blimbingsari, Rogojampi ini mengusung architecture green building. Bandara ini memiliki landas pacu 2.250 meter ini telah dibuka pada 29 Desember 2010.
Berbeda dengan bandara lain di Indonesia, karya Andra Matin ini tidak menggunakan air conditioner (AC). Terlebih, bandara ini dapat menampung 250.000 orang dengan fasilitas seperti anjungan untuk keluarga yang ingin mengantar, ruang tunggu, kafe dan mushala. Pembangungan bandara ini menghabiskan dana sekitar Rp 100 miliar yang berasal dari APBD.
ADVERTISEMENT
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, ke depannya bandara ini tidak high cost. Selain hemat dari sisi pemakaian listrik, Bupati Anas ingin membiasakan masyarakat untuk tidak menggunakan AC. Dengan demikian, masyarakat bisa lebih menyatukan alam dengan sekitarnya.
Karakteristik lain dari bandara ini yaitu menerapkan konsep rumah Osing. Suku Osing merupakan suku asli masyarakat Banyuwangi, bagian dari sub suku Jawa. Selain konsep hijau, Bandar Udara Blimbingsari mengakomodasi karakter budaya Osing. Penerapan budaya suku Osing diaplikasikan melalui atap terminal bandara yang berbentuk rumah khas suku Osing.
Di lantai satu Bandara Blimbingsari, para pengunjung dapat merasakan angin semilir melewati kisi-kisi terbuat dari kayu ulin bekas. Selain itu, terlihat kolam ikan yang membuat suasana lebih nyaman bagaikan di rumah sendiri.
ADVERTISEMENT
Sedangkan di lantai dua, lantai ini akan digunakan sebagai ruang tunggu bagi pengantar. Warga dapat menggelar tikar sendiri sembari menunggu kerabat atau sanak saudara.
Setelah bangunan baru bandara selesai, bangunan lama akan dibuat apron atau pelataran pesawat, bagian dari bandar udara yang digunakan sebagai tempat parkir pesawat terbang.
Kemajuan Bandara Udara Blimbingsari terbilang sangat pesat. Bandara ini menjadi tempat tiga sekolah pilot skala international yang telah aktif beroperasi.
Dengan adanya Bandar Udara Blimbingsari, Bupati Anas berharap, kedepannya, penerbangan dapat menampung kapasitas masyarakat yang datang ke sini.
“Bandara ini juga ada kekhasan, jadi kalau orang turun dan tahu ini di Banyuwangi. Ini kan kemarin-kemarin hampir ada penyeragaman semua pakai kaca, sehingga jika listrik mati di daerah itu atau kapasitas listriknya turun agak bingung. Makanya kita buat kekhasan kalau misalkan selfie tau kalau lagi di Banyuwangi,” kata pria berumur 44 tahun ini.
ADVERTISEMENT
Kamu penasaran ingin melihat bandara ini? Silakan ikut program kumparan bertajuk kumparan Getaway "Explore Banyuwangi & Ijen Green Run 2017”.
Caranya mudah!
1. Unggah foto terbaikmu di Instagram yang tentunya mendukung cerita dan pengalamanmu kenapa kamu menjadi high quality single yang layak dipilih dari single-single lainnya.
2. Follow dan tag @kumparancom dengan hashtag #kumparanGetaway & #Ijengreenrun
Tunggu apa lagi?
Taklukkan rintangan yang menghadang dan nikmati pesona alam Banyuwangi !
Info selengkapnya silakan diakses di sini.