Viral di TikTok, Ada Desa Tanpa Pria di Kenya

12 Januari 2021 7:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Desa tanpa pria di Kenya yang viral di TikTok Foto: TikTok @themelomoon
zoom-in-whitePerbesar
Desa tanpa pria di Kenya yang viral di TikTok Foto: TikTok @themelomoon
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sebuah desa di Kenya viral di media sosial TikTok karena punya pemandangan tidak biasa. Bernama Desa Umoja, desa ini viral karena cuma dihuni perempuan saja.
ADVERTISEMENT
Keunikan desa tersebut pertama kali diunggah oleh pengguna TikTok yang bernama @themelomoon. Dalam videonya tersebut, sang kreator memperlihatkan sebuah desa unik di mana tidak ada pria sama sekali.
Suku Samburu di Desa Umoja Foto: Dok. Wikimedia Commons
Lalu, seperti apa Desa Umoja dan bagaimana ceritanya desa itu hanya dihuni oleh para perempuan saja. Berikut ulasannya.
Dilansir dari Unilad, Desa Umoja dibangun oleh seorang wanita yang bernama Rebecca Lolosoli dari Suku Samburu pada tahun 1990 silam. Dia mendirikan kampung tersebut untuk menjadi tempat suaka bagi para perempuan yang menjadi korban pelecehan dan kekerasan seksual.
Di desa tersebut pun juga menjadi tempat tinggal anak-anak telantar yang dibuang oleh keluarga, juga anak-anak perempuan korban perang, hingga penderita HIV.
ADVERTISEMENT
Desa Umoja pun benar-benar melarang para pria untuk tinggal bahkan menginap di sana. Kendati demikian, desa tersebut pun tidak serta merta tertutup bagi para laki-laki.
Suku Samburu di Desa Umoja Foto: Dok. Wikimedia Commons
Para pria diizinkan untuk mengunjungi desa tersebut baik sebagai pasangan atau menjadi pekerja bayaran, namun mereka tak boleh tinggal di desa. Menariknya lagi, Umoja pun punya sekolah dasar dan perawat sendiri. Mereka punya sistem finansial desa yang bisa menghidupi sekolah tersebut.
Untuk memenuhi kebutuhan hidup, perempuan di Umoja membuat dan menjual perhiasan lewat Pusat Kebudayaan Perempuan Umoja Umaso. Sebanyak 10 persen keuntungan mereka disumbangkan untuk pajak pengelolaan kebutuhan pokok desa, khususnya sekolah.
"Saya telah belajar melakukan hal-hal di sini yang biasanya dilarang dilakukan oleh wanita. Saya diizinkan menghasilkan uang sendiri, dan ketika seorang turis membeli beberapa manik-manik saya, saya sangat bangga," kata seorang warga bernama Nagusi.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan sensus pada 2015 lalu, desa ini dihuni sekitar 47 perempuan dan 200 anak-anak. Sebagaimana dilaporkan Guardian, karena keunikan desa tersebut setiap tahunnya desa ini juga banyak dikunjungi wisatawan.
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona)