Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Viral Orang Tua Bawa Anak 2 Tahun Naik Gunung, Ini Kata Asosiasi Pemandu Gunung
22 September 2023 8:56 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Beberapa waktu lalu viral di media sosial yang memperlihatkan sepasang suami-istri yang membawa anaknya berusia 2 tahun mendaki Gunung Kerinci. Dalam video tersebut, keduanya diketahui sedang melakukan pendakian menuju puncak Kerinci.
ADVERTISEMENT
Video itu pun langsung menuai pro dan kontra, ada yang salut dengan pasangan itu, karena berhasil membawa anaknya mendaki. Namun, tak sedikit pula yang kontra, karena hal itu dianggap membahayakan sang anak.
Menanggapi video yang viral tersebut, Ketua Asosiasi Pemandu Gunung Indonesia, Rahman Mukhlis, mengatakan bahwa hal itu sangat tidak direkomendasikan. Sebab, selain membahayakan, ada batas usia untuk melakukan pendakian gunung
"Untuk anak-anak itu ada batasnya. Sebagian besar kalau wisata gunung itu rata-rata aturannya minimal 10 tahun. Dan yang dilakukan di Kerinci itu kurang tepat, ya, menurut saya pribadi dan teman-teman. Kenapa? Dia itu, kan, usianya masih 2 tahun, kemudian dibawanya ke Gunung Kerinci yang bisa dibilang ekstrem, tingginya 3.800 mdpl, itu kurang tepat," ujar Rahman, saat ditemui kumparan di sela-sela acara Weekly Brief with Sandi Uno, yang digelar di Gedung Sapta Pesona Kemenparekraf, beberapa waktu lalu.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut, Rahman mengimbau para orang tua untuk tidak mengorbankan keselamatan anak mereka, hanya demi memaksakan ego semata.
"Jangan paksakan ego. Itu kan ego bapak ibunya, ya, 'saya bisa bawa ke sini'. Kasihan dianya dipaksain, bahaya nanti kalau orang-orang pada ikutan, kan risiko," imbuhnya.
Bahaya yang Mengintai Anak-anak
Tak hanya itu, ada bahaya yang mengintai bagi para orang tua yang mengajak anak mereka mendaki gunung. Salah satu bahaya yang mengintai, seperti mountain sickness atau penyakit ketinggian hingga hipotermia.
"Bahayanya itu mountain sickness, ya, penyakit ketinggian yang memang biasanya terjadi di ketinggian 2.500 mdpl ke atas. Itu gejalanya pusing-pusing, mual, muntah, gitu. Susah makan, susah tidur, itu sangat bahaya sekali. Ketika kita mountain sickness itu, kan, tinggi, ya kita harus turun kembali ke tempat yang rendah," kata Rahman.
ADVERTISEMENT
Selain mountain sickness, anak-anak juga bisa terkena hiportermia atau gejala ketika kehilangan suhu tubuh.
"Itu sangat bahaya sekali, bisa sesak napas, juga kedingingan. Hipotermia itu macam-macam bahaya yang bisa terjadi, ya, memang ada batasnya," pungkasnya.