Virus Corona Bikin Jumlah Penumpang ke Jepang Turun 200 Ribu Orang Per Minggu

5 Maret 2020 13:35 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sebuah kapal tongkang membawa simbol Olimpiade berukuran raksasa di  perairan Taman Laut Odaiba, Tokyo, Jepang, Jumat (17/1). Foto: Kazuhiro NOGI / AFP
zoom-in-whitePerbesar
Sebuah kapal tongkang membawa simbol Olimpiade berukuran raksasa di perairan Taman Laut Odaiba, Tokyo, Jepang, Jumat (17/1). Foto: Kazuhiro NOGI / AFP
ADVERTISEMENT
OAG (Official Airline Guide) baru-baru ini mengumumkan bahwa virus corona berhasil membuat maskapai yang terbang ke Jepang mengalami penurunan jumlah penumpang sekitar 200 ribu orang per minggu.
ADVERTISEMENT
OAG melaporkan bahwa penerbangan dari China ke Jepang saja mengalami penurunan jumlah penumpang sekitar 118 ribu kursi setiap minggunya. Dalam kurun waktu empat minggu, rata-rata penurunan penumpang mencapai 60 persen.
OAG adalah perusahaan intelijen perjalanan udara yang berbasis di Inggris. Perusahaan ini memberikan informasi dan aplikasi digital pada maskapai penerbangan, bandara, agensi pemerintah, dan perusahaan jasa yang bergelut dalam bidang perjalanan.
Pesawat All Nippon Airways yang digunakan Pemerintah Jepang untuk evakuasi warganya dari kota Wuhan terlihat di Bandara Haneda, Tokyo, Jepang, Rabu (29/1). Foto: AFP/CHARLY TRIBALLEAU
Penurunan ini dianggap OAG mampu merusak harapan Jepang untuk dapat mencapai 40 juta pengunjung pada tahun 2021. Selain karena jatuhnya jumlah penerbangan, virus corona juga menimbulkan kekhawatiran bagi orang-orang yang berencana terbang ke Jepang.
Alhasil, sempat ada isu bahwa Olimpiade Musim Panas 2020 di Tokyo itu akan dibatalkan. Isu itu mencuat karena Wakil Presiden Komite Olimpiade Internasional (IOC), Richard William Duncan ‘Dick’ Pound, sempat melontarkan kemungkinan pembatalan tersebut dalam wawancara bersama Associated Press beberapa waktu lalu.
Wisatawan yang mengenakan kimono dan masker mengunjungi Kuil Sensoji di distrik Asakusa di Tokyo, Jepang. Foto: REUTERS/Athit Perawongmetha
Dalam wawancara itu, ia memang mengatakan belum memutuskan akan membatalkan Olimpiade Tokyo 2020. Namun, sembari menimbang, ia akan menunggu hingga Mei sambil berharap wabah virus corona akan mereda dan terkendali.
ADVERTISEMENT
Sebab, ada dampak lain yang mesti dipikirkan apabila multiajang terbesar dunia yang akan digelar pada 24 Juli itu dibatalkan. Pound juga tak ingin mengecewakan tuan rumah yang sudah berbenah dan mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik.
“Banyak persiapan sudah dimulai. Kami harus memikirkan meningkatkan keamanan, makanan, desa Olimpiade, hotel, dan media yang akan ada di sana,” tutur Pound di Fox Sports.
Cincin Olimpiade di dekat Stadion Olimpiade, Tokyo. Foto: AFP/Charly Triballeau
Untungnya, Menteri Olahraga Jepang, Seiko Hashimoto, mengatakan bahwa mereka diizinkan menunda Olimpiade Tokyo hingga akhir 2020. Hal tersebut sesuai dengan kontrak Jepang dengan Komite Olimpiade Internasional (IOC).
"Kontrak itu menyebutkan bahwa Olimpiade bisa digelar selama tahun 2020. Itu bisa ditafsirkan memungkinkan untuk penundaan," kata Hashimoto, menjawab pertanyaan parlemen pada Selasa (3/3/2020), seperti dilansir Antara.
Ilustrasi kabin pesawat tanpa penumpang Foto: Shutter Stock
Virus COVID-19 bukan hanya 'memukul' penerbangan menuju China saja, tapi juga negara-negara yang banyak bergantung pada wisatawan China. Misalnya seperti Thailand yang mengalami penurunan 200 ribu kursi menuju ke Negeri Tirai Bambu dibandingkan dengan empat minggu lalu.
ADVERTISEMENT
Penurunan kapasitas penerbangan juga terjadi di luar Asia. Beberapa maskapai penerbangan menunda dan membatalkan jadwal terbang mereka menuju Italia yang menjadi negara dengan jumlah pasien terjangkit virus corona terbanyak di luar Asia.
Kamu sendiri, sudah ada membatalkan rencana perjalanan ke luar negeri karena virus corona belum?