Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
ADVERTISEMENT
Kawasan red light district ternama Amsterdam , De Wallen, mulai tahun 2020 akan tinggal jadi kenangan. Dilansir Telegraph, De Wallen akan ditutup menyusul overtourism yang terjadi di Amsterdam. Kebijakan ini dikeluarkan oleh wali kota perempuan pertama Amsterdam, Femke Halsema.
ADVERTISEMENT
Halsema mengungkapkan bahwa terjadi pergeseran arti dari De Wallen seiring dengan melonjaknya jumlah turis yang datang berkunjung ke Amsterdam. Hasilnya, banyak pengunjung yang datang ke Amsterdam hanya untuk sekadar melihat kawasan Red Light District ini.
Bahkan ada turis yang sengaja melakukan tindakan-tindakan yang dianggap mengganggu dan tidak sopan pada para pekerja di red light district De Wallen. Padahal Belanda, khususnya Amsterdam, telah menjadikan profesi PSK sebagai salah satu pekerjaan formal dan harus dilindungi.
Hal ini dilakukan sebagai respons pemerintah setempat untuk mengatasi keluhan penduduk, pemilik bisnis, dan para wanita yang bekerja. Sebab, sering kali pengunjung yang mengunjungi red light district menghabiskan waktu mereka hanya untuk menyaksikan para wanita dari bilik jendela tanpa berniat membayar.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya itu saja, meningkatnya jumlah turis juga menimbulkan masalah baru bagi Ibu Kota Belanda ini. Yaitu hadirnya para pekerja seks komersial ilegal tanpa izin yang tidak dapat dideteksi oleh pemerintah kota.
“Bagi banyak pengunjung, pekerja seks telah menjadi daya tarik untuk dilihat. Dalam beberapa kasus, beberapa pengunjung menunjukkan perilaku yang mengganggu dan sikap yang tidak sopan. Pada saat yang sama, ada juga peningkatan besar dalam pelacuran yang tidak berlisensi dan tidak terlihat," ujar Halsema, seperti diberitakan Telegraph.
Untuk mengganti kerugian terhadap penutupan 330 bilik jendela yang digunakan PSK di red light district saat bekerja, Halsema berencana mengajukan proposal pada dewan kota, pengacara, para pekerja seks komersial, dan tim keuangan pada September mendatang. Proposal tersebut berisi empat opsi solusi bagi para pekerja agar tetap tidak kehilangan mata pencaharian.
Opsi pertama adalah dengan tetap membiarkan red light district De Wallen beroperasi, tetapi dengan menutup tirainya agar para pekerja tak lagi terlihat dari jalanan. Opsi kedua yaitu merelokasi rumah bordil ke tempat lain dan menutup jendela yang mengarah ke pusat kota.
ADVERTISEMENT
Opsi ketiga yaitu menutup seluruh jendela di kawasan De Wallen dan di sekitar kanal Singel, kemudian memindahkan mereka ke lokasi yang dianggap potensial untuk dijadikan hotel khusus bagi pekerja seks. Sedangkan yang terakhir, adalah untuk membuat kawasan prostitusi lebih banyak di daerah yang berbeda, sehingga tak hanya terpusat di De Wallen saja.
Lyle Muns, juru bicara My Red Light, sebuah rumah bordil yang didirikan berdasarkan inisiatif mendiang wali kota Eberhard van der Laan, menekankan bahwa pekerja seks perlu memiliki peran sentral dalam diskusi.
“Menutup tempat kerja tanpa alternatif yang baik akan sangat buruk bagi pekerja seks. Tapi saya senang mereka melihat tempat kerja baru di luar De Wallen, yang disebut hotel pelacuran,'' katanya.
Sebelum akhirnya pemerintah setempat memutuskan untuk menutup kawasan red light district De Wallen, tadinya pemerintah Amsterdam hanya berniat untuk membatasi waktu kunjungan turis, yang sebelumnya berlangsung hingga pukul 23.00 waktu setempat, menjadi pukul 19.00.
ADVERTISEMENT
Selain itu, pemerintah Amsterdam juga melarang tur wisata yang dilakukan secara rombongan. Alasannya pun sama, yaitu untuk memperbaiki lingkungan kerja pekerja seks komersial yang dinilai memburuk, karena kerap mendapatkan perilaku tak sopan dan kurang menyenangkan dari para turis.
Setuju dengan hal ini, Bert Nap, seorang penduduk di kawasan red light district mengatakan bahwa meskipun nantinya red light district ditutup, pemerintah harus memastikan tidak ada aktivitas malam yang dapat menarik minat wisatawan.
"Orang-orang datang ke Amsterdam karena berpikir bahwa apapun bisa terjadi di sini, dan itu sebabnya mereka harus dihentikan. Akar dari segala masalahnya adalah overtourism, bukan pelacuran," pungkas Bert.