Wanita Pekerja Seks Ini Dijadikan Nama Jalan di Kota Brussel Belgia, Kok Bisa?

13 Oktober 2021 9:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Karpet bunga seluas 1800 Meter persegi terlihat di Grand Place Brussel, Belgia (16/8/2018). Foto: REUTERS/Yves Herman
zoom-in-whitePerbesar
Karpet bunga seluas 1800 Meter persegi terlihat di Grand Place Brussel, Belgia (16/8/2018). Foto: REUTERS/Yves Herman
ADVERTISEMENT
Pemerintah kota Brussel akan menamai jalan baru di wilayah tersebut dengan nama seorang pekerja seks di Nigeria yang terbunuh pada 2018 silam. Keputusan ini merupakan bagian dari memperluas kampanye mengakui keberadaan perempuan.
ADVERTISEMENT
Dewan kota mengatakan jalanan ini akan diukir dengan nama Eunice Osayande, yang ditikam sampai meninggal oleh salah seorang pelanggannya pada Juni 2018.
Dilansir BBC, Eunice Osayande awalnya tertarik dengan iming-iming akan pekerjaan dan masa depan yang cerah di Eropa. Kemudian, ia memutuskan untuk merantau dari Nigeria ke Ibu Kota Belgia, Brussels, pada 2016.
Saat itu, dia percaya para lelaki yang mengajaknya bekerja di Belgia merupakan agen pekerja yang bisa menjadikannya seorang bintang film. Namun, Osayande justru bernasib malang. Ternyata mereka adalah sindikat perdagangan manusia.
Ilustrasi Belgia Foto: Shutter stock
Begitu tiba di Brussels, dia langsung dijerumuskan ke dunia prostitusi. Osayande diberi tahu geng penyelundup bahwa dirinya memiliki utang sebesar 52 ribu dolar Amerika atau sekitar Rp 770 juta. Utang ini akumulasi biaya transit, mucikari, dan sewa tempat.
ADVERTISEMENT
Beberapa pekan sebelum meninggal, dia menghubungi lembaga pemerhati pekerja seks, dan menceritakan kalau dirinya mengalami kekerasan dan intimidasi selama bekerja. Saat itu, ia takut untuk pergi ke kantor polisi, karena statusnya adalah buruh migran tak berdokumen.
Pada Juni 2018, saat usianya memasuki 23 tahun, Osayande ditikam sebanyak 17 kali oleh seorang pelanggan di distrik Gare du Nord. Peristiwa ini mendorong unjuk rasa yang dilakukan komunitas pekerja seks migran di Brussel.
Setelah kejadian ini, pengunjuk rasa meminta kondisi kerja yang baik, dan menyerukan pihak berwenang untuk membuat pedoman hukum yang jelas terhadap sektor sumber daya manusia. Prostitusi bukanlah pekerjaan ilegal di Belgia, namun sektor pekerjaan bidang ini tak diatur dalam peraturan nasional.
Ilustrasi kota Brussels, Belgia Foto: Wikimedia Commons
Direktur serikat pekerja seks UTSOPI di Brussel, Maxime Maes, adalah pihak yang mengorganisir unjuk rasa ini. Kematian Osayande menjadi kejadian yang memilukan bagi pekerja buruh migran ilegal di lingkungan tersebut.
ADVERTISEMENT
"Di lingkungan ini, kekerasan meningkat, dan sebagian besar perempuan yang paling terpinggirkan menjadi incaran," kata Maxime.
Pria berusia 17 tahun telah ditahan terkait dengan pembunuhan Osayande, dan saat ini masih menunggu proses pengadilan. Empat anggota dari jaringan perdagangan orang juga telah ditangkap, dan pada Januari lalu mereka mendapat hukuman penjara lebih dari empat tahun.

Nama Jalan Baru

Dengan menamai jalan baru "Osayande", pihak berwenang kota Brussels ingin menunjukkan kepada semua lapisan masyarakat tentang persoalan "perempuan yang terlupakan, yang menjadi korban perdagangan manusia, kekerasan seksual dan pembunuhan".
Penamaan jalan baru dari seorang nama pekerja seks ini merupakan pertama kalinya ada di negara ini, menurut lembaga penyiaran RTBF di Belgia. Jalan baru yang ada di utara kota Brussel ini, menjadi satu bagian dari inisiatif dewan kota untuk menamai jalan-jalan dengan nama perempuan.
ADVERTISEMENT
Dewan sebelumnya telah memberikan nama jalan dengan nama-nama perempuan terkenal termasuk pejuang perempuan di masa Perang Dunia II Yvonne Nèvejean dan Andrée De Jongh. Juga penamaan jembatan Suzan Daniel, seorang aktivis LGBT Belgia.
Tapi anggota dewan kota Brussel, Ans Persoons, mengatakan bahwa feminisme bukanlah melulu tentang perempuan yang unggul, tapi seluruh perempuan di setiap lapisan sosial. Kekerasan perempuan di Belgia memang sudah menjadi masalah umum yang jarang diperhatikan.
Persoons mengatakan, 42 persen perempuan di Belgia yang berusia 16 hingga 69 tahun punya pengalaman kekerasan fisik. Persentase tersebut lebih tinggi dibanding jumlah pekerja seks.
"Persentase ini jauh lebih tinggi di kalangan pekerja seks. Dan, oleh sebab itu kenapa Eunice Osayande layak dijadikan nama jalan."
ADVERTISEMENT
Jalan yang masih dalam pembangunan, secara resmi akan dibuka beberapa bulan ke depan. Dewan kota mengatakan pekerja seks dan komunitas buruh migran akan diundang untuk berpidato pada peresmian tersebut.
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona).