Waspada Virus Mpox, Bandara Ngurah Rai Pindai Penumpang dengan Thermal Scanner

22 Agustus 2024 13:55 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Bandara I Gusti Ngurah Rai di Bali Foto: Dok. AP I
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Bandara I Gusti Ngurah Rai di Bali Foto: Dok. AP I
ADVERTISEMENT
Bandara Internasional Ngurah Rai di Bali memperketat pengawasan terhadap penumpang internasional, buntut merebaknya virus Mpox di beberapa negara. Balai Besar Kekarantinaan Kesehatan (BBKK) Denpasar, Bali, menerapkan pemeriksaan thermal scanner atau pemindaian otomatis di terminal kedatangan internasional Bandara Ngurah Rai, Bali.
ADVERTISEMENT
Kepala Balai Besar Kekarantinaan Kesehatan Denpasar, Anak Agung Ngurah Kusumajaya, mengatakan jika ada penumpang yang terindikasi memiliki gejala Mpox, maka yang bersangkutan akan menjalani pemeriksaan lanjutan.
"Jika terdeteksi suhu di atas 37,5 derajat celsius akan dilakukan pemeriksaan lanjutan," kata Anak Agung Ngurah Kusumajaya, seperti dilansir Antara, Kamis (22/8).
Wisatawan mancanegara menjalani pemeriksaan keimigrasian di autogate yang dioperasikan di Terminal Kedatangan Internasional Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Badung, Bali, Rabu (6/3/2024). Foto: Fikri Yusuf/ANTARA FOTO
Lebih lanjut, Anak Agung juga meminta maskapai dan komunitas bandara agar melapor kepada petugas, apabila ditemukan penumpang atau kru pesawat yang sakit atau demam, serta memiliki tanda atau gejala menyerupai penyakit Mpox.
"Kepada seluruh komunitas bandara, agar menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat selama beraktivitas," imbuhimbuhnya.
Pemeriksaan suhu tubuh ini dilakukan, menindaklanjuti penetapan status Mpox sebagai Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 14 Agustus 2024.
ADVERTISEMENT
"Provinsi Bali sebagai salah satu tujuan pariwisata dunia, sehingga memiliki risiko penularan penyakit Mpox," ujar Anak Agung.

Kasus Mpox di Indonesia

Ilustrasi Positif Cacar Monyet. Foto: Dado Ruvic / REUTERS
Penyakit Mpox yang dahulu disebut Monkeypox, merupakan penyakit yang disebabkan virus Monkeypox (MPVX).
Penyakit ini dapat bersifat ringan dengan gejala yang berlangsung dua hingga empat minggu, namun bisa menjadi berat dan bahkan berujung kematian dengan tingkat kematian tiga hingga enam persen.
Mpox pernah ditetapkan sebagai Public Health Emergency of International Concern (PHEIC) oleh WHO pada 23 Juli 2022, dan status PHEIC telah dicabut pada 11 Mei 2023.
Namun, kasus masih terus dilaporkan dan terjadi peningkatan kasus di 16 negara, termasuk di Republik Demokratik Kongo pada Juni 2024.
Untuk itu, mempertimbangkan peningkatan kasus dan perluasan penularan Mpox di regional Afrika pada 14 Agustus 2024, Direktur Jenderal WHO menetapkan kembali status PHEIC untuk Mpox. Adapun wabah Mpox dipengaruhi oleh beberapa clade, yaitu clade Ia, clade lb, dan clade Ilb.
ADVERTISEMENT
Clade Ia berkaitan dengan kasus yang terjadi pada anak-anak dan juga dewasa, dengan manifestasi klinis yang lebih berat. Sedangkan pada ibu hamil dapat menyebabkan keguguran atau lahir mati.
Kemudian, untuk clade lb dan Ilb, penularan antar-manusia sebagian besar terjadi melalui kontak seksual.
Pemerintah Indonesia pernah melaporkan kasus Mpox pertama pada 20 Agustus 2022, dan Indonesia kembali melaporkan satu kasus Mpox tanpa ada riwayat perjalanan dari negara terjangkit atau transmisi lokal pada 13 Oktober 2023.
Jumlah kumulatif kasus Mpox sejak 20 Agustus 2022 sampai 15 Agustus 2024 sebanyak 88 kasus, yang tersebar di Provinsi DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, DI Yogyakarta, Jawa Timur, dan Kepulauan Riau.
Berdasarkan hasil pemeriksaan genomic sequencing yang dilakukan pada 54 kasus konfirmasi di Indonesia, semua kasus atau 100 persen disebabkan oleh clade lIb.
ADVERTISEMENT

Gejala Mpox

Ilustrasi cacar monyet pada anak. Foto: pavodam/Shutterstock
BBKK Denpasar menjelaskan gejala Mpox biasanya demam, sakit kepala hebat, nyeri otot, sakit punggung, lemas, pembengkakan kelenjar getah bening (di leher, ketiak atau selangkangan), dan ruam atau lesi kulit.
Ruam biasanya dimulai dalam satu sampai tiga hari sejak demam, dan ukurannya sama (berbeda dengan cacar air yang bervariasi).
Kemudian, ruam atau lesi pada kulit berkembang mulai dari bintik merah, seperti cacar, lepuh berisi cairan bening, lepuh berisi nanah, kemudian mengeras atau keropeng lalu rontok. Jumlah lesi pada satu orang dapat berkisar dari beberapa saja hingga ribuan.
Ruam cenderung terkonsentrasi pada wajah, telapak tangan dan telapak kaki serta ruam juga dapat ditemukan di mulut, alat kelamin, dan mata. Ruam Mpox terkadang disalahartikan sebagai sifilis atau herpes.
ADVERTISEMENT

Cara Penularan

Ilustrasi cacar monyet pada anak. Foto: Yunus Malik/Shutterstock
Mpox dapat menular dari hewan ke manusia melalui kontak fisik dengan hewan terinfeksi, yang biasanya adalah hewan pengerat dan primata.
Kemudian, Mpox menyebar dari orang ke orang melalui kontak erat dengan seseorang yang memiliki ruam Mpox, termasuk melalui kulit ke kulit, mulut ke mulut atau mulut ke kulit, termasuk kontak seksual.

Pencegahan Mpox

Untuk mencegah Mpox, batasi kontak dengan suspek atau orang terkonfirmasi Mpox, serta batasi kontak dengan hewan yang berisiko menularkan. Selanjutnya, bersihkan dan disinfeksi lingkungan yang bisa saja terkontaminasi secara teratur.
Kemudian, memeriksakan diri jika mengalami gejala Mpox, serta melakukan isolasi sampai seluruh ruam-ruam kulit kering mengelupas, dan terbentuk lapisan kulit baru.