3 Dampak Cuti Melahirkan 6 Bulan bagi Karier Perempuan

8 Juli 2022 18:48 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Iustrasi cuti melahirkan. Foto: New Africa/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Iustrasi cuti melahirkan. Foto: New Africa/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Belum lama ini, Ketua DPR RI, Puan Maharani mengusulkan perpanjangan masa cuti melahirkan bagi ibu bekerja. Masa cuti melahirkan yang sebelumnya sudah ditetapkan dalam Undangan-undang no 13 Tahun 2003 tentang Tenaga Kerja hanya berlangsung selama tiga bulan, diusulkan untuk diperpanjang menjadi 6 bulan.
ADVERTISEMENT
Terkait wacana masa cuti melahirkan 6 bulan, kumparan juga telah membuat polling yang diedarkan pada 27 Juni – 3 Juli 2022. Hasilnya, sebanyak 59,58 persen pembaca kumparan setuju apabila masa cuti melahirkan menjadi 6 bulan. Dalam polling ini, ada 1.059 responden yang terlibat.
Berkaca dari data tersebut, wacana masa cuti melahirkan 6 bulan cukup menuai polemik di dunia pekerja. Rastrianez, Career Coach, yang juga Senior HRBP Manager di perusahaan F&B Retail pun menyampaikan manfaat dan dampak perpanjangan cuti melahirkan menjadi 6 bulan terhadap karier perempuan.
Ilustrasi Cuti Melahirkan Foto: Thinkstock
"Kalau kita lihat dari makro perspektif, efek long term-nya itu akan bagus karena kalau ibunya sehat dan sejahtera, anaknya juga sehat dan sejahtera. Berarti generasi mendatang kita juga sehat," ujar Rastrianez dalam wawancara via panggilan video, Senin (4/7).
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, perpanjangan cuti melahirkan menjadi 6 bulan juga dipandang memiliki dampak tersendiri. Seto, HR Manager di sebuah perusahaan swasta di Jakarta, mengungkapkan bahwa perusahaan akan melihat, apakah kebijakan ini akan memengaruhi produktivitas karyawan perempuan atau tidak.
Meski demikian, ia berpendapat bahwa hal ini sebenarnya masih bisa dicarikan solusi antara karyawan yang cuti melahirkan dan perusahaan.
“Contohnya, akan ada posisi yang ditinggalkan selama 6 bulan, nanti tinggal dicarikan backup selama 6 bulan karyawan perempuan tersebut cuti,” ujar Seto.

Dampak Cuti Hamil Enam Bulan bagi Karier Perempuan

Bicara lebih jauh soal dampaknya, Rastrianez mengungkapkan ada beberapa hal dari perpanjangan cuti hamil menjadi 6 bulan yang akan berpengaruh terhadap karier perempuan. Berikut ini selengkapnya seperti disampaikan Rastrianez dalam wawancara khusus dengan kumparanWOMAN.
ADVERTISEMENT

1. Membuat bisnis menjadi lebih pilih-pilih dalam merekrut perempuan

Ilustrasi perempuan karier. Foto: Shutter Stock
Menurut Rastrianez, rencana regulasi tersebut bisa jadi membuat bisnis menjadi lebih pilih-pilih dalam merekrut perempuan. Meski demikian, ia memandang hal ini justru sebagai sinyal bagus bagi karyawan untuk menilai perusahaan.
“Apakah perusahaan itu memikirkan kesejahteraan karyawan atau tidak? Kalau kita menemukan perusahaan yang memikirkan kesejahteraan karyawan, ya, tentu kita akan jadi lebih happy. Akhirnya, kita jadi lebih produktif dan kinerja lebih bagus,” tutur Rastrianez.
Bila perusahaan yang tidak menaruh perhatian pada hal itu, karyawan memiliki hak untuk tetap bekerja di situ atau mencari perusahaan yang sesuai dengan kebutuhan karyawan. Ada pula solusi lain, yakni karyawan bisa mencoba berbicara dengan Human Resources (HR) untuk menyampaikan aspirasi.
“Kita punya hak sebagai karyawan untuk menyuarakan keinginan kita, dan kita lihat respons mereka. Kalau memang responsnya masih enaknya, kita bisa cari win-win solution. Kalau misalnya responsnya kurang baik dan kurang berkenan, kita punya hak untuk stay atau enggak di perusahaan itu,” ungkap Rastrianez.
ADVERTISEMENT

2. Berpengaruh terhadap karier perempuan

Ilustrasi perempuan karier. Foto: Shutterstock
Menurut Rastrianez, perpanjangan cuti hamil menjadi enam bulan juga akan memengaruhi karier perempuan. Namun, ia menyarankan perempuan untuk bisa memiliki daya jual lebih sebagai karyawan.
“Kita sebagai perempuan seharusnya memikirkan daya jual yang bisa ditonjolkan agar pihak perusahaan tetap mau merekrut kita. Pikirkan apa yang bisa kita lakukan untuk bertambah baik, hebat, dan menambah value hingga akhirnya bisa tetap survive. Karena kalau kita bicara regulasi pasti akan terus berkembang,” ujar Rastrianez.
Ia mengimbau perempuan untuk tetap fokus dengan strategi yang bisa diambil dan sesuai dengan diri sendiri untuk mengembangkan diri. Dengan demikian, perempuan dapat tetap relevan terhadap perkembangan zaman.
“Nilai jual itu tahunya dari kelebihan dan kekurangan kita. Setelah itu pikirkan karier yang diinginkan dan cari tahu tentang karier kita, apakah sesuai dengan kelebihan dan kekurangan kita. Yang lebih penting, kita harusnya paham apa yang mau kita kembangkan,” ungkapnya.
ADVERTISEMENT

2. Perempuan bisa merasa tidak percaya diri saat kembali bekerja

Ilustrasi Perempuan Karier. Foto: Shutterstock
Hal lain yang juga menjadi dampak dari cuti melahirkan 6 bulan adalah perempuan merasa tidak percaya diri saat kembali ke kantor.
“Kalau dari sisi career coach, salah satu kendalanya, ibu atau perempuan ini perlu merasa confident bahwa dia tetap bisa menjalani karier. Karena beberapa perempuan setelah cuti hamil merasa tidak relevan,” ungkapnya.
Saat merasa tidak relevan dan tidak percaya diri, perempuan akan sulit dilihat nilai jualnya oleh perusahaan. Sebaliknya, bila merasa percaya diri, perempuan akan tahu apa yang diinginkan ketika kembali berkarier.
“Tapi beda cerita dengan perempuan yang mungkin bersenang-senang saat mengurus anak, maksudnya, sambil baca buku dan masih tetap ngambil kursus untuk tidak membuang waktu,” kata Rastrianez.
Bila perempuan tetap melakukan kegiatan yang produktif di sela-sela cuti melahirkan, ini bisa menjadi nilai lebih. Jadi saat harus kembali bekerja, perempuan sudah mempersiapkan diri dari jauh-jauh hari.
ADVERTISEMENT