Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Dari sekian banyaknya agenda dalam penyelenggaraan Jakarta Fashion Week (JFW), Dewi Fashion Knights (DFK) menjadi salah satu acara puncak sekaligus penutup yang selalu dinanti-nanti. Apalagi kehadiran sosok-sosok desainer (dalam hal ini disebut kesatria) yang digaet dalam agenda tersebut juga selalu bikin penasaran. Di tahun ini, DFK akan menggandeng tiga kesatria dengan tema yang diusung GAIA atau Mother Earth: Kembali ke Ibu, ke Akar, dan Nurani.
ADVERTISEMENT
Editor in Chief Dewi Magazine, Margaretha Untoro, mengatakan bahwa tema itu sengaja diambil sebagai bentuk refleksi diri atau kembali menengok perjalanan selama situasi pandemi COVID-19.
“Pandemi dan gejolak lainnya yang terjadi secara global tahun ini membuat banyak pihak mempertanyakan hal-hal yang esensial dalam hidup. Jadi istilahnya back to basic. Kita lalu membawa pemikiran itu untuk menjadi tema besar DFK 2020. Pemikiran itu juga sangat dipertanyakan di dunia mode internasional,” kata Margaretha saat konferensi pers virtual, pada Selasa (17/11).
Sementara itu, ketiga desainer atau kesatria mode yang akan mempersembahkan karya busana sebagai wujud nyata refleksi mereka adalah; Chitra Subyakto selaku Creative Director Sejauh Mata Memandang, Toton Januar, dan Lulu Lutfi Labibi.
ADVERTISEMENT
Margaretha mengatakan, ketiganya dipilih karena memiliki keselarasan visi misi dengan tema DFK dan JFW tahun ini, terutama soal praktik mode berkelanjutan (sustainable).
“Selain karena mereka sudah sangat dikenal dan punya penggemar yang selalu menunggu tiap tahunnya, ketiganya juga dinilai oleh tim Dewi Fashion Knights dan JFW karena punya visi misi yang sama. Di mana ketiganya melakukan praktik berkelanjutan yang bisa dipertanggungjawabkan,” tambahnya.
Chitra Subyakto, Inspirasi dari Kesederhanaan Busana Zaman dulu
Di DFK tahun ini, Chitra Subyakto dengan Sejauh Mata Memandang akan menampilkan karya yang terinspirasi dari kesederhanaan busana zaman dulu.
“Saya cukup hobi memperhatikan kebiasaan orang berpakaian di zaman dulu. Hampir semua bersih, tipe pakaian terbatas, tipe warna, itu semua akan hadir di DFK kali ini. Intinya, semua kesederhanaan dan proses lebih ramah terhadap ibu bumi,” papar Chitra.
ADVERTISEMENT
Mengingat industri mode jadi penyumbang polusi dunia, Chitra juga tidak ingin menambah ‘tangisan’ terhadap bumi tersebut. Karena itu, ia memilih memanfaatkan kembali pre-consumer waste (limba prakonsumen) juga mempertahankan DNA Sejauh Mata Memandang lewat kain yang cukup ramah lingkungan, seperti katun juga linen organik. Pre-consumer waste ini sendiri menurut Chitra berupa sampah sisa konveksi yang dikumpulkan, diproses jadi benang dan ditenun kembali menjadi kain.
Toton Januar dengan Busana Religius
Koleksi Toton untuk DFK 2020 adalah bentuk renungan yang berangkat dari pemikiran tentang sistem kepercayaan di Indonesia. Sebagai bangsa dengan adat istiadat yang beragam, Indonesia juga punya sejarah cara melihat spritual yang kaya. Salah satu aspek yang menjadi inspirasi untuk koleksi ini adalah arca-arca peninggalan agama Hindu dan Buddha yang penuh makna.
ADVERTISEMENT
“Biasanya kalau manusia sedang kesusahan, kita mencari sesuatu untuk berpegangan. Kebanyakan kita akan berpegang ke hal-hal yang sifatnya religius. Itu jadi salah satu inspirasi bagaimana hal spiritual saya coba terjemahkan ke dalam bentuk karya busana,” kata Toton.
Lulu Lutfi Labibi Coba Padukan Pakaian dengan Puisi
Sementara itu, di DFK tahun ini Lulu Lutfi Labibi menampilkan koleksi yang terinspirasi dari karya puisi Joko Pinurbo yang bercerita tentang sandang. “Jadi pada akhirnya kebutuhan manusia tentang sandang lari ke hal yang lebih sederhana. Makanya di DFK kali ini secara cutting, secara visual, pada akhirnya baju yang kembali ke basic, kembali ke potongan sederhana untuk menutup badan tapi secara estetika tertakar dengan indah,” kata Lulu.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, kekuatan karyanya terletak pada puisi Joko Pinurbo tentang manusia dan sandang yang terselip pesan untuk kehidupan keseharian. Lulu juga menambahkan kalau nantinya ia akan menyembunyikan penggalan puisi Joko Pinurbo tersebut dalam saku kantong baju, celana, dan sarung pada setiap karyanya.
“Salah satu penggalan puisi yang saya sembunyikan di kantong celana, berbunyi ‘Kebahagiaan saya terbuat dari kesedihan yang sudah merdeka’. Tahun ini mungkin semua orang sedang merasakan bagaimana mengelola emosional. Dan pandemi ini memang jadi bagian dari perjalanan hidup. Kesedihan itulah yang bisa dikelola menjadi kebahagiaan. Itu pesan Joko Pinurbo yang saya coba angkat ke dalam koleksi ini,” tutup Lulu.
Untuk diketahui, gelaran Dewi Fashion Knights (DFK) akan menutup rangkaian perhelatan JFW pada 29 November 2020. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya di mana acara ini hanya disaksikan oleh mereka yang bisa hadir di Fashion Tent JFW, kali ini DFK justru akan hadir secara virtual dan bisa disaksikan melalui JFW TV, siaran langsung dari media sosial, serta partner yang ikut berpartisipasi menyiarkan peragaan ini. Sementara itu, ketiga kesatria DFK 2020 akan memadukan unsur visual yang berbeda sebagai elemen penutup empat hari peragaan JFW 2021 .
ADVERTISEMENT
Bagaimana Ladies, tak sabar menantikan karya-karya spektakuler hasil ketiga desainer di Dewi Fashion Knights (DFK)?
----
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona )