Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.101.0
4 Fakta Rumeysa Gelgi, Perempuan Tertinggi di Dunia yang Perdana Naik Pesawat
9 November 2022 18:27 WIB
·
waktu baca 4 menit
ADVERTISEMENT
Perempuan tertinggi di dunia, Rumeysa Gelgi, baru-baru ini kembali menjadi perbincangan hangat di dunia maya. Untuk pertama kalinya, perempuan asal Turki ini mencicipi rasanya bepergian dengan pesawat.
ADVERTISEMENT
Untuk mengakomodasi tinggi badan Rumeysa, maskapai Turkish Airlines harus mengosongkan enam baris kursi, Ladies. Dilansir Independent, penerbangan pada tanggal 30 September lalu tersebut bertolak dari Istanbul, Turki, ke San Fransisco, Amerika Serikat.
Rumeysa, yang memiliki tinggi badan hingga 2,15 meter itu harus dibopong ke dalam pesawat. Selama penerbangan, Rumeysa tidak bisa duduk maupun berdiri, sehingga ia harus berbaring.
Perempuan berusia 25 tahun ini ditetapkan sebagai perempuan tertinggi di dunia oleh Guinness World Records pada Oktober 2021 lalu. Saat itu, tinggi badan Rumeysa tercatat mencapai 7 kaki dan 0,7 inci, atau setara dengan 2,15 meter.
Akibat tinggi badannya ini, Rumeysa harus menggunakan alat bantu seperti kursi roda untuk bergerak sehari-hari. Namun, tinggi badan bukanlah satu-satunya hal menarik soal Rumeysa, Ladies.
ADVERTISEMENT
Buat Ladies yang penasaran dengan sosok perempuan tertinggi di dunia ini, simak fakta-fakta Rumeysa Gelgi yang telah kumparanWOMAN rangkum berikut ini, ya!
1. Tinggi badannya disebabkan oleh kondisi genetik langka
Rumeysa Gelgi terlahir dengan kondisi genetik langka yang menyebabkan pertumbuhan tinggi badan yang sangat cepat dan abnormal. Dilansir Insider, kondisi ini bernama Weaver Syndrome.
Ia merupakan satu-satunya anak dalam keluarganya yang mengidap kondisi ini. Mutasi genetik langka ini menyebabkan Rumeysa terlahir dengan ukuran tubuh yang terlalu besar, pertumbuhan yang terlalu cepat, tangan dan kaki yang besar, deformitas tulang belakang, lemah tulang dan otot, dan sebagainya.
Perempuan yang lahir pada 1 Januari 1997 ini merupakan pengidap Weaver Syndrome pertama di Turki dan ke-27 di dunia. Saking langkanya kondisi ini, diperkirakan hanya sekitar 50 orang di dunia yang dilaporkan mengidap Weaver Syndrome, menurut National Organization of Rare Diseases.
ADVERTISEMENT
Rumeysa baru bisa berjalan pada usia lima tahun. Saat itu, ia harus menjalani fisioterapi selama lima bulan. Ia akhirnya bisa berjalan dengan bantuan alat khusus. Kemudian, pada usia enam tahun, tinggi badan Rumeysa sudah mencapai 5 kaki 8 inci, atau 176 cm.
Saat ini, tinggi badan Rumeysa tidak lagi bertambah. Ini semua berkat perawatan yang dilakukan pada September 2003 hingga Mei 2006.
Selain mengidap Weaver Syndrome, Rumeysa juga mengalami skoliosis. Ia menjalani dua kali operasi skoliosis pada 2013 lalu. Sejak operasi itu, ia tidak pernah mengalami cedera serius yang membutuhkan perawatan khusus.
2. Rumeysa punya lebih dari satu rekor dunia
Rumeysa tidak hanya memegang rekor sebagai perempuan tertinggi di dunia, Ladies. Sebelumnya, pada 2014, Rumeysa dinobatkan sebagai remaja tertinggi di dunia oleh Guinness World Records. Saat itu, usianya masih 17 tahun. Pada 2021, barulah ia ditetapkan sebagai perempuan tertinggi di dunia.
ADVERTISEMENT
Kemudian, dikutip dari situs resmi Rumeysa, ia menyebutkan bahwa Guinnes World Records juga menobatkannya sebagai perempuan dengan ukuran tangan terbesar, ukuran jari terbesar, dan punggung terpanjang. Ketiga rekor dunia ini dianugerahkan kepada Rumeysa pada 2022.
3. Rumeysa berkarier di dunia teknologi informasi
Identitas Rumeysa bukan sekadar ‘perempuan tertinggi di dunia’ belaka. Rumeysa merupakan seorang perempuan yang berkecimpung di industri teknologi informasi, Ladies. Ia mempelajari Web Development sejak 2020. Menurut Rumeysa, berkarier di dunia teknologi sudah menjadi cita-citanya sejak kecil.
Dikutip dari Insider, Rumeysa adalah seorang Front-End Developer dengan sertifikasi profesional dari Harvard University. Ia juga pernah berpartisipasi dalam program magang bagian media sosial di agensi rekrutmen bernama HHK GmbH.
4. Ingin mengangkat kesadaran masyarakat soal penyakit genetik langka
Saat dinobatkan sebagai perempuan tertinggi di dunia, Rumeysa menegaskan bahwa ia ingin menggunakan platformnya untuk meningkatkan kesadaran dunia soal kondisi genetik langka.
ADVERTISEMENT
“Menjadi seseorang yang berbeda ternyata tidak seburuk yang kamu pikirkan. Hal tersebut bisa membawa kesuksesan yang tidak terkira,” kata Rumeysa saat itu, dikutip dari Reuters.
“Saya sendiri berpikir bahwa perbedaan dan karakteristik lainnya yang dianggap sebagai kekurangan bisa diubah menjadi kelebihan, jika kamu menginginkannya dan jika kamu ingin berjuang melakukannya. Dan itu adalah apa yang saya lakukan,” lanjut Rumeysa.
Dalam situs resminya, Rumeysa mengungkapkan bahwa ia terus melakukan riset dan advokasi mengenai Weaver Syndrome dan skoliosis. Ia juga selalu menceritakan pengalamannya di media sosial. Harapannya, ia bisa mengangkat kesadaran masyarakat serta mendukung orang lain yang juga mengidap kondisi genetik langka.