5 Bangsawan Ini Idap Gangguan Mental Berat, Merasa Jadi Sapi & Suka Membunuh

10 Oktober 2021 14:19 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Raja George III Foto: Dok. Wikimedia Commons
zoom-in-whitePerbesar
Raja George III Foto: Dok. Wikimedia Commons
ADVERTISEMENT
Gangguan mental atau gangguan jiwa adalah penyakit yang memengaruhi emosi, pola pikir, dan perilaku penderitanya. Sama halnya dengan penyakit fisik, penyakit mental juga ada obatnya.
ADVERTISEMENT
Ada banyak sekali faktor yang bisa memicu terjadinya gangguan mental; mulai dari menderita penyakit tertentu sampai stres akibat peristiwa traumatis, seperti ditinggal mati orang yang disayang, kehilangan pekerjaan, atau terisolasi untuk waktu yang lama.
Gangguan mental sendiri bisa dialami siapa saja. Tak hanya rakyat biasa, namun para bangsawan dari kerajaan juga bisa mengalaminya. Ya, sepanjang sejarah, ada beberapa bangsawan yang kabarnya pernah mengidap gangguan mental serius. Siapa saja mereka? Simak informasinya seperti dikutip dari List Verse berikut ini.

1. Raja George III dari Inggris

George III dikenang sebagai raja yang kalah dari Amerika selama Perang Kemerdekaan (War Independence). Selain itu, ia juga dikenal memiliki gangguan mental berat yang membuatnya dianggap tak layak untuk memerintah.
ADVERTISEMENT
Pada saat itu, George III dilaporkan memiliki periode depresi yang membuatnya menangis dan meratap selama berjam-jam hingga berhari-hari. Karena kondisinya itu, George III pun dilaporkan menderita paranoia dan halusinasi yang akut.
Saking parahnya, ia bahkan mencoba berjabat tangan dengan pohon oak. Selain itu, urinenya juga digambarkan berwarna biru atau ungu, dan membuat beberapa ahli berpikir bahwa ia menderita porfiria akut. Porfiria sendiri adalah gangguan akibat penumpukan bahan kimia tertentu yang terkait dengan protein sel darah merah.

2. Putri Alexandra dari Bavaria

Putri Alexandra dari Bavaria dikenal sangat cerdas. Ia menolak untuk menikah dan memilih mengabdikan dirinya untuk studi. Ia juga menjadi penulis novel, esai, dan penerjemah.
Namun, di balik kecerdasan dan beragam pencapaian yang pernah didapat, Putri Alexandra ternyata berjuang dengan penyakit mental yang dimilikinya. Ia dilaporkan mengidap germaphobia atau fobia terhadap kuman,bakteri, mikroba, kontaminasi, dan infeksi. Sebagai germaphobia, ia pun tak pernah mengenakan pakaian warna apa pun kecuali putih.
ADVERTISEMENT
Selain itu, ia selalu menghindar untuk menyentuh orang dan benda-benda. Putri Alexandra juga dilaporkan sering berjalan menyamping saat melewati pintu untuk menghindari bingkai agar ia tidak memegangnya.

3. Mustafa I

Mustafa I adalah seorang sultan dari Kekaisaran Ottoman yang sering dijuluki ‘Mustafa si Gila’. Kabarnya, kondisi kejiwaan yang dialami Mustafa I itu disebabkan oleh cara ia dibesarkan.
Pada saat itu, ada tradisi Kekaisaran untuk mengeksekusi saudara laki-kaki. Namun, saat kakak Mustafa, Ahmed I, naik takhta, ia mengasihani Mustafa dan menguncinya di ruang tanpa jendela selama 14 tahun.
Karena kondisi itu, Mustafa pun jadi tidak memiliki keterampilan bersosialisasi. Ia juga dilaporkan sering mencabut janggutnya serta membuang hartanya ke hewan terdekat yang ia jumpai.
ADVERTISEMENT

4. Vlad III dari Rumania

Vlad III atau yang lebih dikenal sebagai Vlad the Impaler adalah salah satu tokoh yang paling terkenal dalam sejarah. Meski dianggap sebagai pahlawan nasional Rumania oleh beberapa orang, namun ia mendapat gelarnya karena kekejaman yang tidak manusiawi. Selain itu, pemerintahannya juga ditandai dengan banyak tindakan penyiksaan dan genosida skala besar.
Mitos seputar Vlad bahkan sering dikaitkan dengan mitologi vampir, karena aksi-aksi yang dilakukannya didorong untuk menghisap darah murni. Dalam melancarkan aksinya, ia akan mengundang utusan asing ke istana berkedok pertemuan lalu menusuk mereka hidup-hidup. Setelah itu, korban-korbannya pun akan meninggal secara perlahan dan menyakitkan.

5. Nebuchadnezzar II

Nebuchadnezzar adalah raja kedua dari Kekaisaran Neo-Babilonia. Ia dilaporkan mengidap gangguan jiwa yang sangat parah. Bahkan, kondisi itu ditulis dalam Book of Daniel dari Perjanjian Lama.
ADVERTISEMENT
Menurut buku tersebut, selama tujuh tahun ia memilih hidup di hutan sebagai sapi dan memakan rumput. Istilah psikologis untuk penyakitnya adalah boanthropy atau kelainan jiwa yang sangat aneh, di mana penderitanya merasa mereka adalah seekor sapi atau lembu.
Meski buku itu dianggap sebagai karya fiksi sejarah, namun beberapa orang percaya bahwa peristiwa tersebut mungkin benar-benar terjadi.