Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Ladies, kekerasan tidak selalu berwujud fisik, tapi bisa juga menyerang sisi emosional. Dalam suatu hubungan percintaan, kerap ditemukan contoh emotional abuse. Sayangnya, korban kadang tidak sadar bahwa ia tengah mengalami kekerasan tersebut.
ADVERTISEMENT
Mengutip Simply Psychology, emotional abuse adalah suatu bentuk manipulasi untuk mengontrol orang lain. Namun, caranya dengan menyerang sisi emosional seseorang, seperti menyalahkan, mempermalukan, mengkritik, atau mengucilkan korban.
Mengidentifikasi emotional abuse dalam suatu hubungan cukup sulit dilakukan karena sering terjadi secara halus dan penuh selubung. Namun, ada beberapa tanda dan contoh emotional abuse yang bisa dijadikan petunjuk agar kamu tidak menjadi korbannya.
Contoh Emotional Abuse
Berbeda dengan kekerasan fisik, kekerasan emosional tidak bisa terlihat jelas sehingga sulit untuk dikenali. Selain itu, prosesnya selalu terjadi secara bertahap dan dimulai dari hal-hal kecil, sehingga korbannya cenderung menormalisasi kekerasan itu.
Namun, dalam laman Very Well Mind disebutkan beberapa tanda sekaligus contoh emotional abuse yang bisa dijadikan rujukan untuk mengidentifikasi bentuk kekerasan ini. Berikut di antaranya:
ADVERTISEMENT
1. Menetapkan Ekspektasi yang Tidak Masuk Akal
Salah satu tanda emotional abuse yang kerap tidak disadari adalah ekspektasi tidak realistis yang dibebankan kepada pasangan . Misalnya, pelaku mengharapkan pasangannya mengesampingkan segala hal dan hanya fokus memenuhi kebutuhannya.
Contoh lainnya adalah pelaku merasa tidak puas terhadap apa pun yang dikerjakan pasangan dan selalu mengkritik meskipun pasangannya sudah berusaha keras. Pasangannya juga biasanya tidak diperbolehkan memiliki pendapat yang berbeda dengan pelaku.
2. Tidak Memvalidasi Perasaanmu
Maksud dari tidak memvalidasi perasaan adalah meremehkan perasaan yang sedang dikemukakan pasangan. Misalnya, kamu sedang marah karena pelaku selalu berbohong. Namun, mereka menuduh kembali dengan mengatakan, “Kamu terlalu emosional.”
Pelaku emotional abuse juga dapat dengan mudah mengabaikan permintaan, keinginan, dan kebutuhan pasangannya. Alasannya seringkali karena permintaan tersebut tidak penting atau konyol.
ADVERTISEMENT
3. Emotional Blackmail
Emotional blackmail berarti pelaku menyerang dengan memanfaatkan emosi korban . Misalnya, dia membuatmu merasa bersalah lalu memintamu memenuhi permintaannya.
Silent treatment atau mendiamkan seseorang tanpa penjelasan juga termasuk emotional blackmail. Hal ini dilakukan pelaku agar pasangannya merasa frustrasi dan akhirnya memenuhi permintaannya.
4. Bertindak Superior
Pelaku emotional abuse sering bertindak superior dan memperlakukan pasangannya seolah-olah lebih rendah. Contoh bertindak superior adalah menyalahkan pasangan meskipun itu kesalahannya sendiri.
Orang yang merasa superior juga sering meragukan apa pun ucapan atau tindakan pasangan. Tak jarang, mereka juga membuat lelucon yang akan membuat pasangan malu.
5. Mengisolasi Korban
Seseorang yang melakukan emotional abuse akan cenderung mengisolasi pasangannya agar lebih mudah dikontrol. Mereka akan melarang pasangan bertemu teman dan bahkan keluarga.
Bentuk isolasi ini awalnya mungkin tidak terlalu kentara. Bisa jadi mereka beralasan ingin menghabiskan waktu yang lebih banyak dengan pasangan atau karena cemburu.
ADVERTISEMENT
Namun, lama-kelamaan, pelaku akan mulai mengawasi media sosial pasangan, mengkritik teman-teman atau keluarganya, hingga melayangkan ancaman jika pasangan nekat bertemu orang lain.