Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Saat pandemi COVID-19 melanda di seluruh dunia, kehidupan orang-orang pun berubah mengikuti protokol keamanan social distancing yang diberlakukan. Karena hal inilah, banyak orang yang mencoba cara lain untuk mencari cinta, salah satunya adalah mencari teman kencan lewat aplikasi kencan online.
ADVERTISEMENT
Hal ini dilaporkan oleh perusahaan kencan terbesar di Asia, Lunch Actually, yang baru saja merilis Annual Singles Dating Survey 2020. Survei ini melibatkan lebih dari 3.500 orang lajang di Indonesia, Singapura, Malaysia, Hongkong, Thailand.
Dituturkan oleh CEO dan Co-Founder Lunch Actually Group, Violet Lim, di tahun ini ada banyak sekali hal-hal yang belum pernah terjadi sebelumnya. Ia juga mengungkapkan bahwa sebagian besar para lajang di negara yang menjadi lokasi survei telah mematuhi berbagai perintah pembatasan mobilisasi yang mencegah mereka untuk berkencan dan bertemu orang baru.
"Meski demikian, survei kami juga menunjukkan bahwa pandemi telah meningkatkan keinginan mereka dalam menemukan cinta karena kondisi ini membuat mereka menyadari pentingnya memiliki pasangan dalam hidup. Akibatnya, perilaku dan ekspektasi mereka pun berubah,” kata Violet Lim dalam acara Annual Singles Dating Survey 2020 yang digelar secara virtual, Selasa (10/11).
ADVERTISEMENT
Lantas, seperti apa hasil survei yang dilakukan oleh Lunch Actually? Berikut ulasan lengkapnya.
1. 44% lajang baru menggunakan aplikasi kencan online saat pandemi
Di masa pandemi, penggunaan aplikasi kencan online ternyata semakin meningkat. Tercatat, sebanyak 44% lajang mengaku baru mengunduh aplikasi kencan online saat masa pandemi, sedangkan 69& lajang lainnya mengaku sudah pernah menggunakan aplikasi kencan online sebelum pandemi. Selain itu, 63% perempuan hanya memiliki satu aplikasi kencan online saja, namun 51% pria mengaku puya lebih dari dua aplikasi kencan online.
Adapun perubahan yang terjadi dalam berkencan selama pandemi antara lain, 23% singles di Indonesia merasa semakin masifnya profil palsu yang beredar di aplikasi kencan. Selain itu, 1 dari 2 singles juga pernah bertemu atau mengalami kasus scamming. Meskipun kasus ini selalu ada, bahkan sebelum pandemi, nyatanya penggunaan aplikasi kencan terus meningkat dengan 44% singles yang menyatakan pertama kali menggunakan aplikasi kencan di tahun ini.
ADVERTISEMENT
2. Pandemi membuat pengguna aplikasi kencan online punya tujuan berbeda
Sebanyak 74% lajang menggunakan aplikasi kencan online untuk memiliki hubungan yang serius, 57% di antaranya menyadari bahwa pentingnya melakukan kencan secara tatap muka. Selain itu, 54% pengguna aplikasi kencan online ingin memiliki interaksi yang lebih jujur dengan match yang dikenalnya dan 53% sisanya lebih teliti dalam membaca profil match-nya.
3. 3 Hal yang diperhatikan saat mencari pasangan di aplikasi kencan online
Preferensi pria dan perempuan dalam mencari pasangan di aplikasi kencan online ternyata berbeda-beda. 44% pria mencari pasangan berdasarkan bentuk tubuhnya, 72% pria mencari pasangan dari usianya dan 73% sisanya mencari pasangan berdasarkan agamanya. Sementara itu, 90% pria mengaku tidak mempermasalahkan hubungan percintaan antar ras dan 67% lainnya bersedia berkencan dengan perempuan yang sudah bercerai atau memiliki anak dari pernikahan sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Hal ini berbeda dengan perempuan, dimana 81% di antara lajang mencari pasangan berdasarkan agamanya. 61% lainnya mencari berdasarkan tingkat pendapatan dan 46% sisanya mencari pasangan berdasarkan tingkat pendidikan. Selain itu, 83% perempuan terbuka dalam hubungan antar ras dan 55% lainnya bersedia berkencan dengan pria yang sudah bercerai atau memiliki anak dari pernikahan sebelumnya.
4. Perempuan tidak tertarik berkencan dengan pria yang lebih muda dan pendapatannya rendah
Dibandingkan dengan survei tahun lalu, perempuan menjadi kurang terbuka untuk berkencan dengan pria yang lebih muda. Hanya 61% perempuan yang menyatakan bersedia berkencan dengan pria yang lebih muda (dibandingkan dengan 66% pada tahun 2019). Di sisi lain, pria Indonesia paling terbuka untuk berkencan dengan wanita yang lebih tua, yakni 73%, dibandingkan pria di wilayah Asia Tenggara.
ADVERTISEMENT
Sementara itu dari sisi pendapatan, 60% wanita Indonesia tidak akan berkencan dengan pria dengan pendapatan lebih rendah. Sedangkan 91% pria terbuka untuk berkencan dengan wanita dengan pendapatan lebih tinggi.
5. Tak ada urgensi untuk bertemu sesegera mungkin
Dalam kondisi pandemi saat ini, tak ada desakan untuk bertemu tatap muka sesegera mungkin. Maka dari itu, para lajang lebih menyesuaikan pola pikir mereka dalam mencari cinta. 53 persen lajang di Indonesia menyadari bahwa mereka harus mencoba mengenal calon kencan mereka secara lebih mendalam sebelum buru-buru swipe ke kiri. 38% mengatakan pandemi membuat mereka tidak terlalu memperhatikan atau mengutamakan ketertarikan secara fisik dan 45% lajang di Indonesia cenderung melakukan obrolan video dengan teman kencannya sebelum bertemu secara langsung.
ADVERTISEMENT
Tetapi, bila para lajang akhirnya memutuskan untuk bertemu, 67% persen lajang di Indonesia akan lebih selektif dalam memilih dengan siapa mereka akan berkencan dan 55% akan lebih berhati-hati dalam memilih tempat kencan mereka. Di antara responden lain dari 5 negara, para lajang di Indonesia (30% laki-laki dan 35% wanita) paling bersikeras untuk menggunakan masker saat berkencan.