5 Fakta Pernikahan RA Kartini yang Kamu Wajib Ketahui

22 April 2022 9:06 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi R.A. Kartini. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi R.A. Kartini. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Setiap tanggal 21 April, masyarakat Indonesia memperingati Hari Kartini. Raden Adjeng Kartini atau RA Kartini berperan penting dalam kemajuan pendidikan perempuan Tanah Air. Berkat perjuangannya, perempuan dapat mengenyam pendidikan yang setara dengan laki-laki.
ADVERTISEMENT
Perjuangannya terkait emansipasi perempuan terus menginspirasi banyak orang, bahkan hingga saat ini. Namun, tak banyak yang tahu bahwa Kartini ternyata dipaksa menikah oleh keluarganya dengan sesama bangsawan.
Pada tanggal 12 November 1903, RA Kartini, yang masih berusia 24 tahun, menikah dengan Bupati Rembang, K.R.M Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat. Untuk mengetahui selengkapnya, berikut adalah fakta tentang pernikahan Kartini yang dirangkum oleh kumparanWOMAN.

1. Kartini menikah di usia 24 tahun

Berasal dari keluarga bangsawan dan putri dari bupati Jepara bernama Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat dengan M.A. Ngasirah, Kartini lahir di Jepara, Jawa Tengah.
Karena merupakan keturunan bangsawan, Kartini pun diperbolehkan mengenyam pendidikan di Europese Lagere School atau ELS. Sayangnya di masa itu, hanya anak-anak keturunan bangsawan yang boleh menempuh pendidikan dasar. Bahkan, tradisi Jawa juga hanya memperbolehkan perempuan untuk bersekolah hingga umur 12 tahun.
ADVERTISEMENT
Setelah lulus dari ELS, Kartini tidak diizinkan melanjutkan studi. Ketika itu, perempuan hanya boleh bersekolah hingga usia 12 tahun. Setelah mencapai usia tersebut, perempuan harus dipingit dan menunggu waktu untuk dinikahkan.
Sering menolak untuk dinikahkan, akhirnya Kartini menikah dengan K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat pada tanggal 12 November 1903. Bahkan, kala itu di usianya yang menginjak 24 tahun, perempuan sudah dianggap perawan tua jika tidak segera menikah.

2. Terpaksa menikah untuk menghormati sang ayah

Ayah Kartini adalah seorang bangsawan yang saat itu menjabat sebagai Bupati Jepara, Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat. Sebagai keturunan bangsawan, Kartini diharuskan menikah dengan seseorang yang juga berdarah bangsawan, sehingga ia dipaksa menikah dengan K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat yang saat itu menjabat sebagai Bupati Rembang. Akhirnya, untuk menghormati sang Ayah, Kartini terpaksa menerima pernikahan tersebut.
ADVERTISEMENT

3. Kartini menikah dengan mengajukan beberapa syarat

Ketika menerima pernikahan itu, Kartini mengajukan beberapa persyaratan untuk dipenuhi oleh calon suaminya. Salah satu syarat yang diajukan adalah Kartini tidak ingin melakukan prosesi adat dengan berjalan jongkok, berlutut, hingga mencium kaki suami. Ini merupakan keputusannya yang mengedepankan kesetaraan gender, Ladies.
Syarat lainnya adalah Kartini ingin tetap diperbolehkan mengejar cita-cita untuk memajukan perempuan Hindia Belanda, dengan dibuatkan sekolah khusus perempuan dan menjadi seorang guru di Rembang. Syarat-syarat ini pun disetujui oleh suaminya.
Ketika syarat-syarat pernikahannya dipenuhi, Kartini rela dirinya dipoligami dan menjadi istri keempat. Padahal, Kartini menentang keras adanya poligami ini.
Sejak kecil, ia memahami rasanya hidup di keluarga yang memperbolehkan poligami, karena ia merupakan anak dari seorang selir. Ayah Kartini menikah dengan orang lain lagi, selain ibunya Kartini, yang membuat Kartini melihat adanya perbedaan hak antara istri yang sah dan bukan.
ADVERTISEMENT

4. Suami Kartini menikahinya atas permintaan mendiang sang istri

Dari cerita yang beredar, kabarnya K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat menikahi Kartini atas permintaan mendiang istrinya, Sukarmilah. Ternyata, Sukarmilah mengagumi Kartini karena pemikiran-pemikiran cerdasnya, sehingga ia berharap anak-anaknya akan mendapatkan pendidikan yang baik jika dididik oleh Kartini.

5. Pernikahannya dikaruniai satu anak laki-laki

Pernikahan Kartini dan suaminya dikaruniai seorang anak laki-laki bernama Soesalit Djojoadhiningrat pada 13 September 1904. Sayangnya, empat hari setelah melahirkan, Kartini wafat pada 17 September 1904 di usia 25 tahun.