5 Fakta Taliban Larang Perempuan Afghanistan Berkuliah di Universitas

22 Desember 2022 18:03 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Siswa perempuan Afghanistan tiba untuk ujian masuk di Universitas Kabul, Afghanistan. Foto: Wakil Kohsar/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Siswa perempuan Afghanistan tiba untuk ujian masuk di Universitas Kabul, Afghanistan. Foto: Wakil Kohsar/AFP
ADVERTISEMENT
Kelompok Taliban kembali mengeluarkan aturan baru bagi perempuan Afghanistan, Ladies. Pada Selasa (20/12), pemerintahan yang dikuasai Taliban mengumumkan bahwa perempuan tidak diizinkan untuk mengenyam pendidikan tinggi di universitas.
ADVERTISEMENT
Aturan ini dikeluarkan oleh Kementerian Pendidikan Tinggi Afghanistan. Dilansir AFP, dalam keterangan oleh Menteri Pendidikan Tinggi, Neda Mohammad Nadeem, larangan berkuliah bagi perempuan ini diterapkan sampai waktu yang belum ditentukan.
“Anda diminta untuk segera mengimplementasikan aturan penangguhan pendidikan bagi perempuan hingga waktu yang belum ditentukan,” ucap Neda dalam surat yang ditujukan kepada seluruh badan pemerintahan dan universitas swasta Afghanistan.
Dikutip dari The Guardian, larangan oleh Taliban ini tentunya mengejutkan banyak perempuan dan para tenaga pengajar. Bahkan, organisasi dunia seperti PBB hingga tokoh pemimpin negara lain langsung mengkritik aturan ini.
Untuk mengetahui detail lebih lanjut mengenai larangan berkuliah bagi perempuan Afghanistan, simak fakta-fakta yang sudah dirangkum oleh kumparanWOMAN berikut ini.

1. Dikeluarkan tak lama usai perempuan ikut ujian masuk universitas

Mahasiswi Afghanistan mengikuti ujian masuk di Universitas Kabul di Kabul, Afghanistan. Foto: Wakil Kohsar/AFP
Menurut BBC, larangan berkuliah ini dikeluarkan tak lama setelah perempuan diizinkan untuk mengikuti ujian masuk universitas.
ADVERTISEMENT
Ya, pada Oktober lalu, ribuan perempuan berbondong-bondong mengikuti ujian untuk mengenyam pendidikan tinggi. Ini merupakan ujian masuk universitas pertama di bawah pemerintahan Taliban yang diikuti oleh perempuan.
Kendati demikian, jurusan yang bisa diambil oleh perempuan terbatas. Perempuan Afghanistan dilarang berkuliah jurusan teknik, ekonomi, dan ilmu kedokteran hewan dan agrikultur. Sementara, jurusan jurnalisme sangat dibatasi.
Larangan ini diumumkan di tengah libur musim dingin tahun ajaran. Pendidikan tinggi di Afghanistan dijadwalkan kembali mulai pada Maret 2023 mendatang.

2. Para perempuan Afghanistan kecewa

Mahasiswa Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer menghadiri upacara wisuda mereka di Universitas Benawa di Kandahar, Afghanistan. Foto: JAVED TANVEER/AFP
Tak ada yang lebih kecewa akibat larangan ini selain para perempuan Afghanistan, baik para mahasiswi, orang tua, maupun para tenaga pengajar. Dikutip dari The Guardian, salah satu mahasiswi jurusan jurnalistik, Madina, mengungkapkan ia masih belum bisa menerima aturan ini.
ADVERTISEMENT
“Saya tidak bisa berkata apa-apa. Bukan cuma saya, tetapi seluruh teman saya kehabisan kata-kata untuk menunjukkan perasaan kami. Semuanya memikirkan soal masa depan yang tak diketahui. Mereka [Taliban] mengubur mimpi-mimpi kami,” ungkap Madina.
Kemudian, seorang mahasiswi di Kabul University menegaskan bahwa Taliban menghancurkan kesempatan mereka untuk memiliki masa depan yang baik.
Siswa menghadiri kelas mereka setelah universitas swasta dibuka kembali di Kabul, Afghanistan, Senin (6/9). Foto: Aamir Qureshi/AFP
“Mereka menghancurkan satu-satunya jembatan yang bisa menghubungkan saya dengan masa depan saya. Bagaimana saya bisa bereaksi? Saya percaya bahwa saya bisa belajar dan mengubah masa depan saya, atau membawa cahaya ke kehidupan saya, tetapi mereka menghancurkannya,” ucap mahasiswi tersebut, dilansir BBC.
Menurut Reuters, seorang ibu dari mahasiswi yang tidak disebutkan namanya mengatakan bahwa putrinya menelepon sambil menangis ketika mendengar larangan tersebut.
ADVERTISEMENT
“Rasa sakit yang tidak hanya saya dan ibu-ibu lainnya rasakan dalam hati kami, tidak bisa digambarkan. Kami merasakan rasa sakit ini, mereka [para ibu] mengkhawatirkan masa depan anak-anak mereka,” kata ibu tersebut.

3. Aturan ini dikecam dunia

Seorang mahasiswi berjalan di depan sebuah universitas di Provinsi Kandahar, Afghanistan. Foto: Stringer/AFP
Larangan ini sontak memicu respons keras dari dunia. Juru bicara Sekretaris Jenderal PBB, Stephane Dujarric, mengatakan bahwa Antonio Guterres sangat khawatir dengan aturan yang disebut diskriminatif ini.
“Sekretaris Jenderal menegaskan bahwa penolakan pendidikan tidak hanya melanggar hak kesetaraan bagi perempuan dan anak-anak perempuan, tetapi juga akan menyebabkan dampak yang menghancurkan bagi masa depan negara,” ucap Stephane dalam keterangannya, dikutip dari AFP.
Kemudian, Duta Besar Amerika Serikat untuk PBB, Robert Wood menekankan bahwa Taliban tidak akan dianggap sebagai anggota masyarakat internasional jika masih melanggar hak-hak asasi manusia di Afghanistan.
ADVERTISEMENT
“Taliban tidak bisa menjadi anggota resmi masyarakat internasional sampai mereka menghormati hak-hak seluruh rakyat Afghanistan, terutama hak-hak asasi serta kebebasan perempuan dan anak-anak perempuan,” kata Robert, dilansir CNN.

4. Dianggap semakin membatasi hak pendidikan perempuan

Ilustrasi wanita Afghanistan. Foto: Shutterstock
Sebelum larangan pendidikan tinggi bagi perempuan Afghanistan, Taliban telah membatasi sekolah bagi anak-anak perempuan. Pada Maret 2022, Taliban melarang anak-anak perempuan masuk sekolah, tepat di hari pertama tahun ajaran baru.
Pemerintah Afghanistan di bawah Taliban mengatakan bahwa aturan ini hanya berlaku sementara, karena mereka ingin menyesuaikan silabus pendidikan untuk perempuan. Namun, menurut Aljazeera, hingga kini masih belum ada kepastian soal keberlanjutan pendidikan bagi anak perempuan.
Menurut AFP, sejak anak perempuan dilarang bersekolah, angka pernikahan dini di Afghanistan meroket. Banyak dari mereka yang dinikahkan dengan laki-laki pilihan ayahnya, dengan usia yang jauh lebih tua.
ADVERTISEMENT

5. Perempuan yang mencoba masuk kampus dihalangi pasukan bersenjata

Mahasiswa perempuan Afghanistan dihentikan oleh petugas keamanan Taliban yang berdiri di samping sebuah universitas di Kabul, Afghanistan. Foto: Wakil Kohsar/AFP
Satu hari setelah Taliban melarang perempuan berkuliah, ratusan perempuan dilarang untuk memasuki kampus-kampus. Dilansir AFP, para perempuan bahkan dihalangi oleh pasukan bersenjata.
Seorang mahasiswi di Ibu Kota Kabul, Setara Farahmand, mengatakan bahwa ia merasa perempuan sangat dikekang oleh Taliban.
“Mereka hanya ingin perempuan untuk diam di rumah dan melahirkan anak. Itu saja, mereka tidak ingin apa pun lebih dari perempuan,” tegas Setara.