Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0

ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Banyak yang percaya bahwa warna bulu vagina bikin pria tidak bergairah, atau ada juga yang percaya bahwa bulu vagina bisa melindungi kita dari bakteri. Tetapi rupanya, hal tersebut hanyalah mitos belaka.
Selain dua hal itu, masih ada banyak mitos lain seputar bulu vagina. Agar kamu tidak salah informasi, berikut kumparanWOMAN telah merangkum lima mitos soal bulu vagina. Dilansir berbagai sumber, simak selengkapnya berikut ini.
1. Mengurangi gairah bercinta
Mitos pertama mengenai bulu vagina adalah bisa mengurangi gairah bercinta. Pernyataan yang satu ini dinilai kurang tepat. Menurut Sejal Shah, M.D., dermatolog asal New York, stimulasi bisa terjadi langsung tanpa adanya gangguan dari bulu vagina. Semua tergantung keinginan dari masing-masing kita untuk mendapatkan stimulasi dan penekanan yang bisa menghasilkan orgasme.
ADVERTISEMENT
2. Warnanya sama dengan rambut di kepala
Salah satu mitos yang banyak diyakini adalah kesamaan warna antara bulu vagina dan rambut di kepala. Sebenarnya, hal ini tidak benar. Dokter kandungan Wendy Askew, M.D dari Institute for Women’s Health di San Antonio, Amerika Serikat mengatakan, warna bulu vagina kurang lebih sama dengan warna alis.
"Rambut kemaluan cenderung memiliki warna yang akurat dengan warna alis, namun cenderung sedikit lebih berwarna kecokelatan," jelas Wendy lagi.
3. Tidak boleh dicukur
Boleh dicukur atau tidak boleh dicukur menjadi perdebatan yang kerap terjadi jika berbicara soal bulu vagina. Sebagian dari kita mungkin masih bertanya-tanya, bagaimana cara yang aman untuk mencukur bulu vagina.
Sesungguhnya, pemilik kulit sensitif sekalipun tak masalah jika ingin melakukan cukur bulu vagina. Namun, usahakan agar jangan mencukur terlalu dekat dengan kulit dan tidak menggunakan krim pencukur yang mengandung emolien karena akan berpotensi membuat kulit iritasi.
ADVERTISEMENT
Selain itu, bakteri yang hidup di dalam vagina akan mudah masuk ke lapisan bawah kulit dan menyebabkan benjolan atau infeksi. Untuk itu, gunakan krim pencukur dengan bahan organik atau pertimbangkan metode penghilang lain seperti waxing atau laser hair removal.
4. Melindungi vagina dari penyakit menular seksual
Sejal Shah, M.D., mengatakan bahwa banyak perempuan yang keliru dengan menganggap rambut kemaluan melindungi mereka dari penyakit kulit kelamin dan PMS yang disebabkan oleh kontak kulit ke kulit.
Hingga saat ini, belum ada banyak penelitian khusus yang mempelajari tentang bakteri pada rambut kemaluan baik pada pria maupun perempuan. Tetapi, sebuah penelitian China menyimpulkan bahwa Human papillomavirus atau HPV yang ada pada rambut kemaluan pria dapat menyebabkan masalah yang terkait HPV pada pasangan perempuannya.
ADVERTISEMENT
"Faktanya, bulu vagina justru mengundang bakteri," jelas Wendy Askew, M.D..
5. Bikin pria tidak bergairah
Sebenarnya, hal yang satu ini tergantung pada pasangan kita masing-masing. Namun ada sejumlah penelitian yang menyebutkan bahwa bulu vagina justru meningkatkan gairah karena dipenuhi dengan feromon atau zat kimia yang berfungsi merangsang dan memiliki daya pikat seksual pada perempuan atau pria.
"Kelenjar sabasea yang berada pada kulit tempat tumbuhnya rambut menghasilkan suatu proses yang disebut sebagai sekresi tanpa bau. Kemudian kelenjar tersebut akan bercampur dengan bakteri yang ada pada bulu kemaluan dan kulit. Perpaduan tersebut menghasilkan aroma yang disebut feromon. Orang yang sensitif terhadap aroma tubuh, bisa terpikat dengan aroma tersebut," pungkas Wendy Askew M.D..
ADVERTISEMENT