5 Tahapan Burn Out yang Harus Kamu Waspadai

6 Agustus 2024 18:30 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi burnout. Foto: Grustock/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi burnout. Foto: Grustock/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Kondisi burn out memiliki 5 tahapan yang tak bisa disepelekan. Apakah kamu sudah tahu, Ladies?
ADVERTISEMENT
Dilansir Well+Good, banyak orang mengira bahwa burn out hanya berada di lingkup pekerjaan. Akan tetapi, ternyata tidak, lho. Sebab, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), burn out bisa menyebar hingga ke dalam kehidupan pribadi dan sosial.
Menurut seorang Ahli Bedah Bersertifikat, dr. Neha Amin, penting untuk kita bisa mendeteksi apa yang dirasakan sejak dini.
“Selalu lebih baik untuk mendeteksinya sejak dini, tetapi mungkin sulit untuk menyadarinya pada tahap awal karena banyak dari kita menganggap stres kerja adalah hal yang normal. Inilah sebabnya mengapa kelelahan sering terjadi secara perlahan dan berbahaya,” ungkapnya.
Lalu, apa saja tahapan burn out? Simak sampai habis, yuk, Ladies.

1. Bulan madu

Ilustrasi perempuan karier. Foto: Shutterstock
Fase pertama dari tahapan burn out adalah bulan madu. Ya, pada tahapan ini memang semuanya terlihat baik-baik saja. Masih ada sifat optimis dan semangat yang tersimpan dalam diri.
ADVERTISEMENT
Pada kondisi ini, semua gejalanya terlihat baik. Mulai dari kepuasan kerja, energi yang tinggi, mampu menerima tanggung jawab apa pun, hingga tingginya produktivitas dan mampu berpikir kreatif.

2. Timbul stres awal

Ilustrasi perempuan stres saat bekerja. Foto: David Gyung/Shutterstock
Tak semua orang bisa bertahan di fase bulan madu. Hingga akhirnya, timbul stres yang tentunya masih di tahap awal. Saat stres baru muncul, semangat dan motivasi masih ada, untuk bisa menjadi lebih baik.
Akan tetapi, stres awal harus bisa ditangani dengan tepat. Sebab kalau tidak, bisa berubah menjadi stres yang kronis atau mengkhawatirkan.
"Begitu kamu mulai menyadari stres mulai memengaruhi bagian lain kehidupan kamu, menyadari batasan yang kamu miliki mulai dilanggar, atau kamu mulai menggunakan mekanisme penanganan yang tidak sehat, inilah saatnya untuk mulai mengevaluasi ulang," kata dr. Neha Amin.
ADVERTISEMENT

3. Stres kronis

Ilustrasi burnout. Foto: Chaay_Tee/Shutterstock
Tiap orang bisa mengalami stres. Akan tetapi, kondisi ini bisa dikatakan normal jika kamu bisa mengatasinya. Namun bila sebaliknya, bisa memicu stres yang lebih parah atau kronis.
“Ini adalah tahap di mana tubuh kita mulai berbicara kepada kita dan mengirimkan sinyal peringatan, seperti insomnia, kelelahan, sakit kepala, [dan/atau] masalah pencernaan,” ungkap seorang psikoterapis, Jenna Watson.
Merasa tertekan, terancam, agresif, hingga bersikap apatis menjadi beberapa gejala dari stres yang sudah kronis.

4. Burn out

Ilustrasi burnout. Foto: Shutterstock
Setelah stres kronis, akhirnya terjadilah burn out. Tiap orang yang mengalami kondisi ini, fase dan gejalanya sudah pasti akan berbeda. Burn out bisa membuat orang merasa sulit fokus dan mudah lupa.
Adapun beberapa gejala dari fase ini adalah selalu terobsesi dengan masalah, merasa pesimis, adanya perubahan perilaku, kerap merasa sakit kepala yang cukup mengganggu, sampai mengisolasi diri.
ADVERTISEMENT

5. Burn Out berkelanjutan

Ilustrasi burnout. Foto: Shutterstock
Gejala fisik dari fase terakhir ini adalah merasakan kesedihan yang kronis, hingga merasa lelah fisik dan mental yang berat, hingga berakhir depresi.
Menurut dr. Neha Amin, jika kondisinya sudah sampai di tahap ini, bukan tidak mungkin kondisi kesehatan secara keseluruhan juga bisa ikut menurun. Alhasil, diperlukan adanya penanganan lebih lanjut.