5 Tips Mengompos untuk Pemula dari Founder Sustaination Dwi Sasetyaningtas

27 Maret 2021 18:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi mengompos. dok. Instagram/@ceritakompos
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi mengompos. dok. Instagram/@ceritakompos
ADVERTISEMENT
Semakin hari, semakin banyak orang-orang yang lebih sadar dan peduli dengan lingkungan sekitarnya. Salah satunya adalah kesadaran dalam mengurangi jumlah sampah rumah tangga dan mulai memisahkan sampah organik dan anorganik. Karena ini pula, kegiatan mengompos pun kembali banyak dilakukan oleh orang-orang di rumahnya.
ADVERTISEMENT
Untuk kamu yang belum tahu, mengompos adalah kegiatan mengelola sampah rumah tangga untuk dijadikan kompos atau hasil penguraian segala sisa sampah organik yang dihasilkan oleh manusia. Ketika sampah organik terurai dengan baik, kompos bisa berfungsi untuk menyuburkan tanah dan tanaman.
Hal ini pun juga dilakukan oleh pendiri komunitas ramah lingkungan Sustaination, Dwi Sasetyaningtyas. Saat diwawancara kumparanWOMAN untuk program spesial The Future Makers' Women's Week 2021, perempuan 28 tahun ini mengatakan bahwa ia rajin mengompos untuk mengurangi sampah rumah tangga yang bisa terurai dan tidak memenuhi tempat sampah. Terlebih sejak pandemi pada awal 2020 silam, semakin banyak orang-orang mulai belajar mengompos karena seluruh aktivitasnya dilakukan di rumah.
Ladies, apakah kamu termasuk orang yang ingin belajar mengompos sendiri di rumah? Yuk, simak tips mudah mengompos untuk pemula seperti yang dituturkan oleh Dwi Sasetyaningtyas. Apa saja?
ADVERTISEMENT

1. Pahami 4 hal dasar

Sebelum mulai mengompos, ada empat hal yang harus diketahui dan dipahami. Pertama, lakukan observasi sekeliling rumah dan tentukan area mana yang ingin dijadikan lahan kompos. Idealnya, lahan kompos adalah area yang tidak terkena hujan dan panas. Kedua, tentukan luas area yang akan dijadikan tempat mengompos. Besarnya area kompos di dalam dan di luar rumah tentu berbeda, mengompos di dalam rumah biasanya terbatas oleh ruangan.
Setelah mengobservasi dan menentukan luas area, sesuaikan alat-alat kompos yang diperlukan. Perempuan yang biasa disapa Tyas ini mengatakan bahwa mengompos di luar ruangan lebih leluasa, terlebih bila rumah kamu memiliki halaman yang besar.
"Kalau kita ada lahan di rumah, bisa gali tanah dan buat lubang biopori. Tapi kalau tidak ada lahan outdoor dan ingin mengompos di indoor, alatnya mudah dan tidak pakai modal. Kamu bisa pakai ember bekas, pot bekas, atau bak mandi plastik bekas, yang penting bisa menampung sisa sampah organik," jelas Tyas saat diwawancarai kumparanWOMAN, Jumat (26/3).
ADVERTISEMENT
Terakhir, Tyas mengatakan perlu wadah khusus untuk menampung sampah organik bila kamu memutuskan untuk mengompos di dalam rumah. Pilih wadah yang tidak menimbulkan bau, tidak mengundang belatung dan sampah tidak berceceran saat melakukan proses mengompos.
"Biasanya bisa pakai komposter ember. Dari situ bisa dipanen kompos padat dan cair, jadi tidak perlu alat fancy, yang penting ada wadah untuk menampung," katanya.

2. Ketahui jenis sampah yang bisa dijadikan kompos

Pada dasarnya, semua jenis sampah organik bisa dimasukkan ke dalam komposter (wadah untuk menampung sampah organik) yang berasal dari material makhluk hidup seperti tumbuhan dan hewani. Jangan memasukkan plastik, kaca, kaleng, aluminium hingga styrofoam ke dalam komposter karena sampah jenis ini tak akan bisa terurai untuk waktu yang lama.
ADVERTISEMENT

3. Memerlukan Mikroba untuk menguraikan sampah organik

Ibu satu anak ini mengatakan bahwa ada satu prinsip dasar mengompos, yakni harus dibantu oleh mikroba untuk material organik. Layaknya hewan peliharaan, mikroba pun perlu mendapatkan asupan air, udara dan oksigen agar bisa mengurai material organik dengan sempurna dengan cara aerob (membutuhkan oksigen untuk mengurai).
"Mikroba butuh asupan energi dari material berwarna coklat, bisa didapatkan dari daun kering, ranting pohon, sekam basah atau sekam kering. Mikroba juga butuh protein untuk tumbuh yang didapatkan dari material hijau dan warna cerah, seperti sisa makanan dapur, daun dan sayur atau buah-buahan," lanjut Tyas lagi.
Lebih lanjut Tyas mengatakan, masing-masing material coklat dan hijau ini harus dicampur dengan perbandingan 2:1. 2 mangkuk material cokelat dicampurkan dengan 1 mangkuk material hijau. Selain itu, mikroba juga perlu air yang cukup, tidak boleh berlebihan atau kekurangan.
ADVERTISEMENT
"Jangan lupa juga untuk mencacah material organik agar semakin gampang terurai," imbuhnya.

4. Harus rajin mengaduk kompos

Karena bersifat aerob, kompos membutuhkan udara dan oksigen. Agar bercampur sempurna, maka semua material tersebut harus diaduk. Frekuensi mengaduknya pun berbeda-beda, ada yang setiap hari, dua kali seminggu, atau seminggu sekali. Frekuensi pengadukan ini akan berpengaruh kepada seberapa lama kompos tersebut siap untuk dipanen.
"Kalau ngaduk kompos tiap hari atau dua kali seminggu, kamu bisa panen kompos dalam waktu dua sampai tiga minggu. Kalau ngaduk seminggu sekali, kompos bisa dipanen tiga sampai lima minggu, tergantung material organiknya. Kalau banyak sisa hewani, lebih lama terurainya. Kalau lebih banyak sayur dan tumbuhan, lebih cepat terurainya. Yang penting jangan malas diaduk karena bikin composter busuk dan belatungan," lanjut Tyas yang juga membuat akun Instagram @ceritakompos ini.
ADVERTISEMENT

5. Jangan takut mencoba

Satu hal yang Tyas tekanan untuk kamu yang ingin baru belajar mengompos, jangan ragu untuk mencoba mengompos dan jangan takut gagal bila kompos tidak sesuai ekspektasi. Justru, segala hal tentang mengompos bisa kamu pelajari sambil bereksperimen.
"Menurutku kalau kita mengompos itu lebih seru dengan teman-teman atau komunitas yang memang rajin mengompos. Kita jadi termotivasi dan merasa tidak sendirian, bisa ngobrol dan tanya-tanya satu sama lain juga. Kalau mau tahu lebih dalam tentang mengompos, bisa juga ikut workshop atau pelatihan di Sustaination," pungkasnya menutup perbincangan.