01gn9122vvz9cgq7wh8yskmfrv.jpg

7 Dampak Psikologis Korban KDRT pada Perempuan dan Anak-Anak

15 Mei 2024 11:00 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi dampak psikologis korban KDRT. Foto: shutterstock.com.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi dampak psikologis korban KDRT. Foto: shutterstock.com.
ADVERTISEMENT
Dampak psikologis korban KDRT dapat mengarah pada gangguan kesehatan mental. Fenomena kekerasan dalam rumah tangga yang terjadi di kalangan masyarakat memang bukan hal asing lagi.
ADVERTISEMENT
Ada berbagai kasus KDRT yang selalu diberitakan di berbagai media setiap harinya. Perilaku KDRT dapat membawa dampak jangka panjang serta berbagai permasalahan kesehatan terhadap korban dan keluarganya.
Artikel ini akan mengungkap berbagai dampak psikologi korban KDRT khususnya pada perempuan dan anak-anak. Penjelasan lengkapnya dapat disimak pada uraian berikut ini.

Dampak Psikologis Korban KDRT Perempuan

Ilustrasi dampak psikologis korban KDRT. Foto: shutterstock.com.
Menyadur buku Menilik Kupasan Kasus-Kasus KDRT karya Saptosih Ismiati, KDRT perempuan dapat terjadi dalam berbagai bentuk mulai dari kekerasan fisik, kekerasan psikis, kekerasan ekonomi, hingga gabungan dari ketiga kekerasan tersebut.
Berdasarkan jurnal Dampak Psikologis Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga Di Kota Jambi karya Maisah dan Yeti, berikut beberapa dampak psikologis korban KDRT perempuan yang berpengaruh pada kesehatan mental.
ADVERTISEMENT

1. Depresi

Dampak dari peristiwa traumatis yang terjadi pada korban KDRT perempuan dapat menyebabkan depresi. Jika tidak segera ditolong, masalah tersebut dapat berkembang menjadi faktor penyebab terjadinya bunuh diri. Faktor tersebut berhubungan erat dengan usia, tingkat pendidikan, status sosial ekonomi, hingga sosial.

2. PTSD (Post Traumatic Stress Disorder)

PTSD atau Post Traumatic Stress Disorder yang terjadi akibat kekerasan dalam rumah tangga ditandai dengan berbagai gejala, seperti ketakutan, kerentanan, hingga ketidakberdayaan. Ketakutan tersebut dapat menjadi suatu yang traumatis.
Seseorang yang mengalami masalah ini perlu segera mendapatkan penanganan. Jika tidak, hal ini dapat memunculkan gangguan mental yang lebih besar. Terlebih jika pelaku masih tinggal di lingkungan yang berdekatan.

3. Anxiety Disorder

KDRT juga dapat menyebabkan korban mengalami kecemasan atau anxiety disorder. Penderitanya akan mengalami rasa takut secara tiba-tiba jika teringat kekerasan yang mereka alami atau bahkan tanpa sebab yang jelas.
ADVERTISEMENT

4. Penyalahgunaan Zat

Kekerasan dalam rumah tangga dapat membuat korbannya terpicu melakukan penyalahgunaan zat. Menyadur laman Addiction Center, perempuan yang pernah mengalami KDRT kemungkinan 15 kali lebih besar untuk penyalahgunaan alkohol dan sembilan kali lebih rentan mengonsumsi narkoba.

5. Hilangnya Rasa Percaya Diri

Korban KDRT akan merasa dirinya tak berdaya. Rasa rendah diri akan meningkat dan tidak yakin dengan kemampuan yang dimiliki. Korban tidak akan berani mengeluarkan pendapat dan bertindak.
Hilangnya rasa percaya diri juga dapat menyebabkan korban menjadi pendiam dan lebih murung, enggan mengobrol, sering mengurung diri.

6. Sulit untuk Berkonsentrasi

Karena ketakutan dan kekhawatiran yang dirasakan setiap hari, korban KDRT akan mengalami penurunan konsentrasi. Korban juga selalu merasa kebingungan dan mudah lupa.

7. Melakukan Tindakan Agresif

Korban KDRT yang tidak segera mendapat penanganan akan sering menyakiti diri sendiri dan melakukan percobaan bunuh diri. Terkadang mereka juga menjadi karakter yang temperamen seperti kasar dalam berbicara maupun bertindak.
ADVERTISEMENT

Dampak Psikologis Korban KDRT Anak

Ilustrasi dampak psikologis korban KDRT pada anak. Foto: pixabay.com.
Menyadur buku Kekerasan dalam Rumah Tangga yang disusun oleh Joko Subroto, dampak psikologis korban KDRT anak dapat dijabarkan secara rinci berdasarkan tahap perkembangan. Berikut uraiannya:

1. Dampak KDRT terhadap Bayi

Bayi yang menyaksikan terjadinya kekerasan antara ayah dan ibu biasanya memiliki kesehatan yang buruk atau terjadinya pertumbuhan yang tidak normal, seperti emosi yang berlebihan dan perkembangan komunikasi yang terhambat.

2. Dampak KDRT terhadap Balita

Dampak KDRT psikologis pada anak usia balita sering digambarkan dengan masalah perilaku. Mereka akan sering sakit, memiliki rasa malu yang serius, memiliki harga diri yang rendah, dan memiliki masalah selama dalam pengasuhan.

3. Dampak KDRT pada Anak Usia Pra-Sekolah

Anak usia pra-sekolah yang ditelantarkan akan menunjukkan kesulitan untuk mengatasi dan mengatur emosi. Anak-anak yang dilecehkan akan menunjukkan kepercayaan diri dan harga diri yang rendah.
ADVERTISEMENT

4. Dampak KDRT pada Anak Usia Sekolah Dasar

Anak SD yang sering menyaksikan KDRT akan memahami bahwa kekerasan adalah cara yang paling tepat untuk menyelesaikan suatu konflik dalam hubungan kemanusiaan.
Selain itu, hal ini juga berdampak pada kecakapan adaptif di bawah rata-rata, kemampuan membaca yang lambat, hingga memiliki kecemasan tingkat menengah sampai tingkat tinggi.

5. Dampak KDRT pada Anak Remaja

Ramaja yang menyaksikan KDRT dapat bertindak dengan cara yang negatif. Mereka juga berisiko melakukan seks bebas dan mengonsumsi alkohol atau narkoba. Selain itu, mereka memiliki self-esteem yang rendah dan memiliki masalah dalam pertemanan.
Anak remaja yang menyaksikan KDRT atau kekerasan berisiko mengulangi siklus kekerasan tersebut ketika mereka dewasa dengan menjadi pelaku ataupun korban dari KDRT.

Tips Pemulihan Psikologis Korban KDRT

ilustrasi tips pemulihan psikologis korban KDRT. Foto: unsplash.com.
Menyadur buku Bunga Rampai Keluarga Tangguh 2 oleh Jenny Lukoto Setiawan, dkk., pemulihan secara psikologi untuk mengatasi gangguan psikologis korban KDRT sangatlah penting. Proses ini membutuhkan tingkat resiliensi yang baik dari korban.
ADVERTISEMENT
Resiliensi adalah kapasitas yang dimiliki oleh individu untuk mengatasi situasi kekerasan atau kesengsaraan yang dialaminya, termasuk bangkit untuk memulihkan diri dari keterpurukan yang dialami agar mencapai perkembangan yang optimal.
Berikut tips untuk meningkatkan resiliensi yang bisa dicoba:

1. Bangga pada diri sendiri

Menerapkan sikap bangga pada diri sendiri dapat membantu meningkatkan rasa kepercayaan diri. Hal ini membantu seseorang untuk bertahan dan mengatasi suatu masalah.

2. Mencari Hubungan yang Dapat Dipercaya

Temukan orang yang dapat dipercayai seperti orang tua, saudara, teman, sahabat, dan orang terdekat lainnya untuk meminta pertolongan jika dalam situasi kekerasan.
Orang-orang tersebut juga dapat dijadikan tempat berbagi perasaan dan tempat berdiskusi mencari solusi untuk menyelesaikan masalah.

3. Menjadi Pribadi yang Mandiri dan Tanggung Jawab

Meningkatkan resiliensi dapat dilakukan dengan berlatih dengan menentukan keputusan yang ingin dilakukan dan bertanggung jawab dengan konsekuensi yang timbul dari keputusan tersebut.
ADVERTISEMENT

4. Mengendalikan Diri dengan Baik

Ekpresikan perasaan atau emosi dengan cara-cara yang dapat dikendalikan, sehingga tidak merusak orang lain atau diri sendiri.
Apabila mengalami atau melihat tindak kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), segera hubungi hotline pengaduan kekerasan pada perempuan dan anak di nomor 129 (telepon) atau 081111129129 (WhatsApp).
(IPT)
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten