kumplus- Opini Wanda Roxanne- Male Entitlement- kekerasan

7 Efek KDRT pada Anak yang Dapat Pengaruhi Mentalnya

20 Mei 2024 12:00 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Foto: Nugroho Sejati/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Foto: Nugroho Sejati/kumparan
ADVERTISEMENT
Efek KDRT pada anak bisa cukup serius hingga berdampak jangka panjang, meskipun hanya dengan menyaksikan peristiwanya. Melihat kejadian yang menakutkan di rumah hampir setiap hari dapat membuat anak-anak mengalami trauma dan mengganggu kesehatan mentalnya.
ADVERTISEMENT
Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat, pada rumah tangga dengan KDRT, kemungkinan 40 sampai 40 persen anak-anak ikut mengalami kekerasan atau pelecehan. Sementara itu, meskipun tak diserang secara langsung, anak-anak menyaksikan 68 sampai 80 persen kekerasan yang dilakukan orang tuanya.
Hal tersebut tentunya memberikan efek yang serius pada anak-anak. Adapun efek KDRT pada anak secara lengkap akan diuraikan di artikel ini.

Efek KDRT pada Anak dalam Jangka Pendek

Ilustrasi kekerasan pada anak. Foto: MIA Studio/Shutterstock
Anak-anak yang tinggal di rumah di mana salah satu orang tuanya mengalami kekerasan domestik mungkin akan merasa takut dan cemas. Anak-anak tersebut akan merasa lebih waspada dan bertanya-tanya kapan kejadian berikutnya bisa terjadi.
Dikutip dari Very Well Mind, efek KDRT pada anak dalam waktu dekat mungkin berbeda-beda, berikut uraiannya:
ADVERTISEMENT

1. Kecemasan atau Anxiety

Anak-anak akan gelisah apabila mereka tinggal di lingkungan yang penuh kekerasan. Hal ini karena mereka merasa hidup dalam keadaan tertahan saat terjadi kekerasan yang dilakukan orang tuanya di rumah mereka. Ini bisa menimbulkan kecemasan atau anxiety yang berkepanjangan.
Pada anak-anak usia balita yang menyaksikan kekerasan di rumahnya, KDRT bisa berakibat pada perilaku mereka yang lebih sering mengisap jempol, mengompol, semakin sering menangis, atau merengek. Sementara pada anak-anak usia sekolah, menyaksikan kekerasan dapat membuat mereka memiliki sifat anti-sosial.

2. Stres

Dampak paling buruk dari KDRT pada anak adalah membuat mereka mengalami gangguan stres. Meski mereka tak langsung merasakan KDRT, dengan menyaksikannya saja cukup menimbulkan perubahan berbahaya untuk perkembangan otak anak.
Perubahan-perubahan tersebut dapat menyebabkan mimpi buruk, perubahan pola tidur, kemarahan, mudah tersinggung, kesulitan berkonsentrasi, dan lainnya.
ADVERTISEMENT

3. Kesehatan Buruk

Gangguan mental yang dialami anak-anak akibat menyaksikan KDRT yang dilakukan orang tuanya bisa membuat kesehatan mereka memburuk. Anak-anak usia sekolah dapat mudah mengalami sakit kepala dan sakit perut.
Apalagi jika mereka mengalami kekerasan secara langsung. Anak-anak memiliki risiko lebih tinggi untuk mendapatkan cedera fisik.

4. Memiliki Sifat Agresif

Anak usia remaja yang menyaksikan kekerasan dalam rumah tangga cenderung bertindak agresif terhadap situasi tersebut, seperti berkelahi, membolos, melakukan aktivitas yang berisiko, dan lainnya.

Efek KDRT pada Anak dalam Jangka Panjang

Ilustrasi anak kecil laki-laki menjadi korban pelecehan. Foto: Ann in the uk/Shutterstock
Anak-anak yang tumbuh besar dengan menyaksikan kekerasan di rumahnya kemungkinan besar akan menghadapi dampak yang bertahan hingga mereka dewasa. Dikutip dari Very Well Mind, berikut ini beberapa dampak jangka panjang yang dialami anak-anak setelah menyaksikan ataupun mengalami KDRT.
ADVERTISEMENT

1. Depresi

Anak yang dibesarkan di lingkungan yang penuh kekerasan dapat tumbuh menjadi orang dewasa yang depresi. Trauma karena sering menyaksikan ataupun mengalami kekerasan di rumah membuat mereka lebih berisiko depresi, kesedihan jangka panjang, gangguan konsentrasi, dan lainnya di saat dewasa.

2. Masalah Kesehatan saat Dewasa

Efek KDRT pada anak selanjutnya adalah membuat kesehatannya terganggu karena pola makan yang buruk. Beberapa masalah kesehatan yang mungkin bisa muncul, yaitu penyakit jantung, obesitas, dan diabetes di saat dewasa.
Menurut penelitian berjudul Long Term Physical Health Consequences of Adverse Childhood Experiences, penyakit-penyakit tersebut sangat mungkin berkaitan langsung dengan kekerasan fisik, emosional, dan verbal yang dialami anak-anak.

3. Mengulangi Kekerasan yang Dilakukan Orang Tua

Anak-anak yang tumbuh dengan selalu menyaksikan ataupun mengalami kekerasan tak selalu menjamin ia akan menghentikan apa yang dilakukan orang tuanya. Dalam beberapa kasus, beberapa anak akan melakukan hal yang sama saat dewasa.
ADVERTISEMENT

Cara Menolong Anak yang Mengalami KDRT

Ilustrasi ibu dan anak bersedih. Foto: Shutterstock
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan orang dewasa untuk menolong anak yang mengalami atau menyaksikan KDRT. Dirangkum dari Office on Women’s Health, berikut uraiannya:

1. Beri Rasa Aman

Anak-anak yang menyaksikan atau mengalami KDRT membutuhkan rasa aman. Anda bisa mempertimbangkan untuk berpisah dengan pasangan yang melakukan tindak KDRT demi membantu anak merasa aman. Lalu, Anda dapat meminta bantuan ke keluarga atau layanan perlindungan KDRT.

2. Berbicara dengan Anak

Selanjutnya, ajak anak berbicara tentang ketakutannya. Pastikan anak-anak memahami bahwa apa yang dilihatnya bukan kesalahan mereka.
Anda juga bisa memberi tahu bagaimana hubungan yang sehat dan seharusnya terjadi. Dengan begitu, diharapkan anak-anak bisa memulai hubungan yang sehat dengan pasangannya di masa depan.

3. Beri Pengertian tentang Batasan

Kemudian, beritahu anak-anak tentang batasan-batasan, yakni tak ada seorang pun yang berhak menyakiti mereka dan memberi rasa tak nyaman. Sebaliknya, anak-anak juga tak boleh melakukan hal tersebut.
ADVERTISEMENT

4. Bawa ke Profesional

Anak yang sudah terlalu jauh menyaksikan atau mengalami tindak KDRT bisa jadi mentalnya terganggu. Oleh karena itu, penting untuk membawa mereka ke profesional, seperti psikolog atau psikiater.
Tujuannya adalah membantu anak-anak untuk mengubah pikiran negatif menjadi positif. Para profesional juga akan membantu anak untuk mempelajari cara-cara yang baik dalam menghadapi stres.
Selain itu, anak-anak dapat dibawa ke tempat penampungan atau organisasi yang melayani korban-korban kekerasan dalam rumah tangga. Organisasi tersebut bisa membantu anak-anak merasa tak sendirian serta memberikan lingkungan yang baik dan tak menghakimi.
Apabila mengalami atau melihat tindak kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), segera hubungi hotline pengaduan kekerasan pada perempuan dan anak di nomor 129 (telepon) atau 081111129129 (WhatsApp).
ADVERTISEMENT
(NSF)
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten