7 Hal tentang Quarter Life Crisis dan Cara Menghadapinya

4 September 2019 9:09 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi quarter life crisis. Foto: Dok. Freepik
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi quarter life crisis. Foto: Dok. Freepik
ADVERTISEMENT
“Kayaknya sekarang aku sedang mengalami quarter life crisis deh. Masalah tuh datangnya barengan dan kadang aku suka engga tahu apa yang harus dilakukan. Gimana ya, susah jelasinnya. Nanti juga kamu pasti ngerasain sendiri,” ungkap salah satu teman saya beberapa waktu lalu saat kami sedang bertemu untuk sekadar ‘catching up’ dengan kehidupan masing-masing.
ADVERTISEMENT
Kata quarter life crisis sepertinya menjadi salah satu kata yang paling populer diucapkan seseorang yang berada di usia pertengahan dua puluhan. Apapun masalah yang sedang dihadapi, langsung disimpulkan bahwa itu permasalahan 'quarter life cirisis.'
Tapi sebenarnya apa sih quarter life crisis itu? Apakah ini fase yang benar-benar nyata dalam kehidupan seseorang? Kapan seseorang akan mengalaminya dan bagaimana cara mengantisipasi atau mengatasinya?
Quarter life crisis adalah istilah untuk menggambarkan sebuah periode dalam kehidupan yang membuat kita sering merasa ragu, cemas, dan bingung dengan tujuan hidup. Biasanya kondisi ini akan membuat kita menyadari bahwa ada suatu hal yang harus diubah dalam hidup, namun kita tidak tahu apa dan bagaimana cara untuk memulainya. Keadaan tersebut akan membuat kita merasa kebingungan dan tak jarang merasa kesepian.
ADVERTISEMENT
Kondisi ini merupakan sesuatu yang wajar terjadi pada seseorang yang menginjak usia 20 sampai 30-an tahun. Melansir Lifehack, survei yang dilakukan oleh LinkedIn menunjukkan 75 persen dari ribuan orang berusia 25 hingga 33 tahun di seluruh dunia mengaku pernah mengalami quarter life crisis dengan usia rata-rata terbanyak adalah 27 tahun.
Untuk mengatasinya, dibutuhkan banyak sekali tahapan yang tentunya tidak mudah. Kita harus menjalani setiap prosesnya secara alami.
Deb Johnstone, seorang Mindset Coach asal Australia menuliskan dalam artikel di situs Lifehack tersebut bahwa beberapa cara bisa kita lakukan untuk mempermudah kita dalam menghadapi quarter life crisis. Hal tersebut sekaligus mengajarkan kita bagaimana caranya untuk menerima kondisi tersebut dengan lapang dada.
ADVERTISEMENT
Jangan membandingkan quarter life crisis Anda dengan teman
Quarter life crisis bisa ditandai ketika kita sudah melakukan kerja keras, namun di akhir kita masih merasa tidak puas dan selalu merasa kecewa dengan diri sendiri. Misalnya, kita sudah memiliki pekerjaan yang sesuai dengan impian, kinerja kita di kantor cukup bagus, gaji sudah memenuhi standar, lalu di saat bersamaan kehidupan pribadi juga tetap berjalan lancar.
Namun, di balik itu semua, ketika sedang sendirian, sebagai generasi yang sudah terpapar media sosial, kita akan menggunakan waktu luang untuk melihat timeline media sosial, melihat kehidupan teman-teman yang ujung-ujungnya bisa membuat kita membandingkan kehidupan kita sendiri dengan mereka.
Harus kita akui, bahwa perasaan kecewa tersebut hadir karena kita membandingkan diri dengan teman atau orang lain. Tak jarang, perasaan tersebut juga akan membuat kita semakin merasa tertekan dan resah.
ADVERTISEMENT
Ketahuilah bahwa segala hal yang kita lihat di media sosial belum tentu benar. Bisa jadi teman-teman kita juga sedang mengalami krisis yang sama, hanya saja mereka pandai menutupinya. Karena pada dasarnya, quarter life crisis yang terjadi pada setiap orang itu berbeda-beda. Dan setiap orang juga akan menghadapinya dengan cara yang berbeda pula.
Usahakan untuk tidak mengikuti standar dalam lingkup sosial
Jika kita sering berpikir, ‘seharusnya saya begini ya’ atau ‘saya harus melakukan ini’, berarti kita sedang berusaha untuk memenuhi standar yang dibuat oleh masyarakat kebanyakan. Misalnya standar usia pernikahan, jumlah pendapatan, apa yang sudah harus dimiliki, dan lain-lain.
Nah, pemikiran seperti itu tidak akan pernah membuat Anda bahagia dan merasa puas akan hidup yang dijalani. Jika Anda terus-terusan berpikir seperti itu, lambat laun rasa percaya diri akan semakin menurun karena bisa saja proses yang Anda lalui tidak semudah itu. Sehingga Anda belum bisa mencapai sebuah kesuksesan yang ideal.
Ilustrasi quarter life crisis Foto: dok.shutterstock
Jadi, usahakan untuk tidak menilai diri Anda sendiri berdasarkan pencapaian orang lain. Fokuslah dengan hal-hal yang Anda inginkan dan apa saja yang bisa membuat Anda bahagia.
ADVERTISEMENT
Ketahui apa yang menjadi prioritas
Selanjutnya, tanyakan pada diri sendiri apa yang menjadi prioritas dalam hidup. Dr John Demartini, seorang educator dan pakar perilaku manusia internasional menyatakan dalam bukunya yang bertajuk The Values Factor, bahwa motivasi yang sesungguhnya datang dari sebuah inspirasi. Hal ini akan hadir ketika kita sudah mengetahui value diri sendiri. Dan, ketika kita bisa hidup sesuai dengan nilai-nilai yang kita inginkan, maka saat itulah hidup kita akan menjadi lebih menyenangkan.
Oleh karena itu, pastikan Anda tahu apa hal terpenting dalam hidup dan jadikan itu sebagai prioritas agar apa yang diinginkan dalam hidup semakin terlihat nyata.
Coba untuk mencari lingkungan atau suasana baru
Quarter life crisis tak jarang juga bisa membuat kita merasa terjebak lho, Ladies. Berada di tempat yang sama dalam waktu yang lama, dengan orang-orang yang sama, bisa membuat kita merasa tidak berkembang lebih jauh. Karena pada umumnya, lingkungan memiliki pengaruh yang besar terhadap pola pikir dan membuat kita kesulitan menyadari masalah apa yang sedang kita hadapi saat ini.
ADVERTISEMENT
Setelah mengetahui hal ini, bukan berarti kita harus segera pindah jauh lho. Kita bisa memulainya secara bertahap, dengan mengubah lingkungan atau suasana di sekitar. Kita bisa mulai dari yang paling mudah, seperti mengganti suasana meja kerja, meminta pindah divisi, memutuskan untuk cari pekerjaan baru, atau bisa juga sekadar mengambil cuti dan berlibur ke tempat yang belum pernah dikunjungi sebelumnya.
Apapun pilihannya, usahakan lingkungan atau suasana baru yang dipilih bisa mengubah mindset dan pola berpikir kita.
Ilustrasi quarter life. Foto: Dok. Freepik
Tanyakan pada diri sendiri apa impian terbesar dalam hidup
Menanyakan impian terbesar pada diri sendiri sama saja dengan membuat kita memikirkan masa depan. Mungkin kita bisa mencontoh Walt Disney, pemilik dari rumah produksi Walt Disney. Ia menciptakan semua karakternya dalam ruangan bernama The Dream Room, di mana ia bisa membuat segala hal menjadi nyata, tidak ada batasan, dan tidak ada penilaian.
ADVERTISEMENT
Agar lebih mudah dan realistis, kita bisa mengubahnya dengan sebutan What If Room, sebuah tempat di mana kita bisa menanyakan pada diri sendiri tentang apa yang terjadi jika akhirnya kita berani keluar dari zona nyaman.
Pikirkan dan impikan segala hal yang kita inginkan, lalu setelah itu buatlah rencana untuk mewujudkannya. Dengan begitu, kita sudah mengantongi ‘guide’ untuk menjalani tujuan hidup yang baru.
Latih kesabaran dan biarkan semuanya mengalir apa adanya
Satu hal yang perlu kita sadari adalah, tidak ada yang sempurna di dunia ini. Melakukan kesalahan itu wajar, jadi jangan terlalu berusaha mengontrol semua hal dalam hidup kita. Sesekali, biarkan semuanya berjalan apa adanya tanpa perlu dipercepat atau diperlambat. Karena pada dasarnya tidak ada yang instan, semua butuh proses. Begitu juga dengan quarter life crisis yang tengah kita hadapi ini. Bahkan kondisi ini merupakan sebuah proses kita untuk mendewasakan atau memperbaiki diri.
ADVERTISEMENT
Jalani dengan sabar, tenang, dan berhati-hati. Kalau perlu, perbanyak sharing dengan orang lain agar mereka bisa membantu kita untuk mengetahui progress yang sudah kita dapatkan.
Jangan biarkan orang lain menentukan apa yang terbaik untuk Anda
Sebagai seorang perempuan, tak jarang kemampuan kita sering diragukan oleh orang lain. Jika sudah begitu, jangankan mencoba, bermimpi saja kadang kita juga jadi tidak berani.
Memang kadang keraguan atau pertimbangan orang-orang tentang kita dilakukan karena mereka merasa khawatir. Namun kadang justru kekhawatiran itu juga yang bisa menghambat pergerakan kita untuk maju. Kadang apa yang mereka pikir bisa membuat kita bahagia, belum tentu benar.
Oleh karena itu, jika ada orang yang meragukan kita, coba yakinkan mereka. Lakukan sesuatu sebagai bukti bahwa kita akan baik-baik saja. We can do it and we can handle it. Dan katakan pada mereka, kita akan sukses jika mereka bisa menjadi support system yang baik.
ADVERTISEMENT