7 Mitos dan Fakta Seputar Tampon, Ladies Wajib Tahu

29 Desember 2022 21:46 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi tampon untuk menampung darah menstruasi. Foto: Kholodovskaya_a/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi tampon untuk menampung darah menstruasi. Foto: Kholodovskaya_a/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Ladies, apakah kamu pernah mendengar istilah tampon? Ya, tampon merupakan jenis sanitasi lain selain pembalut yang cukup terkenal digunakan di luar negeri. Tampon dirancang untuk menampung dan menyerap aliran darah menstruasi agar tidak bocor mengenai pakaian.
ADVERTISEMENT
Sama seperti pembalut, tampon hanya bisa digunakan sekali dan dapat membawa risiko infeksi, seperti infeksi ragi, jamur, dan bakteri bila digunakan berkali-kali. Akan tetapi, penggunaan tampon masih dinilai ekstrem oleh sebagian perempuan. Ini karena tampon dimasukkan secara langsung ke dalam vagina saat menstruasi berlangsung.
Di Indonesia, penggunaan tampon masih sangat jarang karena terdapat sejumlah mitos terkait penggunaannya sehingga menimbulkan kesalahpahaman. Salah satu mitos penggunaan tampon yang paling terkenal adalah dapat menghilangkan keperawanan perempuan.
Lantas, bagaimanakah mitos dan fakta seputar pemakaian tampon selengkapnya? Cari tahu jawabannya seperti yang telah dipaparkan oleh spesialis kesehatan perempuan asal Amerika Serikat, Sara Youngblood berikut ini.
Ilustrasi tampon untuk menampung darah menstruasi. Foto: gpointstudio/Shutterstock

Mitos dan fakta seputar tampon

1. Membuat vagina kendur

Mengutip Cleveland Clinic, pemakaian tampon saat menstruasi sama sekali tidak membuat vagina menjadi kendur atau bahkan mengubah ukurannya. Setelah kamu melepaskan tampon, vagina akan kembali ke bentuk dan ukurannya seperti semula.
ADVERTISEMENT
Ini karena vagina diciptakan dengan sifat elastis dan fleksibel sehingga otot-otot vagina bisa meregang ketika ada sesuatu yang masuk atau keluar, seperti tampon, penis, mainan seks, dan bayi.

2. Merobek selaput dara

Ladies, mungkin kamu sering mendengar anggapan bahwa memakai tampon dapat merusak atau merobek selaput dara. Faktanya, hal ini hanyalah mitos belaka. Selain bersifat fleksibel dan elastis, vagina setiap perempuan juga memiliki ketebalan yang berbeda-beda.
Selaput dara umumnya bisa robek saat berhubungan intim, jatuh dari sepeda, menunggang kuda, hingga melakukan olahraga berat sehingga tampon bukanlah satu-satunya penyebab robeknya selaput dara. "Menggunakan tampon saja tidak akan menyebabkan selaput dara Anda robek," kata Sara.

3. Menghilangkan keperawanan

Jika konsep hilangnya keperawanan adalah tentang kegiatan penetrasi saat melakukan hubungan intim, maka hal demikian tidak bisa disamakan dengan penggunaan tampon. Hal ini dikarenakan ketika memasang tampon sebagai alat sanitasi tidak bisa disamakan dengan kegiatan penetrasi.
ADVERTISEMENT
“Menggunakan tampon tidak menghilangkan keperawanan Anda. Keperawanan berhubungan dengan melakukan hubungan seksual," tambah Sara.
Jika kehilangan selaput dara merupakan tanda kehilangan keperawanan, maka hal itu tidak dibenarkan. Pasalnya, tak sedikit juga perempuan yang lahir tanpa selaput dara.
Memang penggunaan tampon dapat merusak selaput dara, akan tetapi dalam kegiatan sanitasi ini tidak bisa disamaratakan dengan konsep hilangnya keperawanan.
Ilustrasi vagina. Foto: Shutterstock

4. Memperparah kram perut

Sebagian besar perempuan menolak penggunaan tampon karena bisa membuat nyeri atau kram perut akibat menstruasi semakin parah. Padahal, hal tersebut belum terbukti secara ilmiah.
Nyeri atau kram perut saat menstruasi disebabkan oleh kontraksi dinding rahim yang lebih kuat dari biasanya. Saat siklus menstruasi berlangsung, rahim menghasilkan terlalu banyak prostaglandin atau senyawa kimia yang menyerupai hormon sehingga otot-otot rahim berkontraksi sangat kuat.
ADVERTISEMENT
Sara menambahkan, penggunaan tampon tidak berpengaruh sama sekali terhadap tingkat keparahan nyeri saat menstruasi. Dengan demikian, anggapan bahwa tampon bisa membuat kram perut semakin parah adalah mitos.
"Kram terjadi ketika tubuh Anda melepaskan bahan kimia yang disebut prostaglandin yang memicu otot-otot di rahim Anda mengerut," jelasnya.

5. Akibatkan toxic shock syndrome

Ada anggapan bahwa menggunakan tampon dalam waktu yang lama dapat meningkatkan risiko terjangkit toxic shock syndrome (TTS).
Dikutip dari National Health Service, TTS adalah komplikasi langka yang mengancam jiwa dari beberapa jenis infeksi bakteri. Kondisi ini bisa berakibat fatal dan disebabkan oleh strain bakteri Staphylococcus tertentu yang masuk ke dalam tubuh dan melepaskan racun berbahaya.
Kondisi TSS biasanya terkait dengan penggunaan tampon yang bisa menimbulkan risiko terjadinya infeksi jamur. Namun, hal tersebut bisa dihindari bila tampon rutin diganti setiap empat hingga enam jam sekali.
ADVERTISEMENT
"Kami merekomendasikan untuk mengganti tampon baru setiap empat hingga enam jam sekali dan tidak meninggalkan tampon yang sama lebih dari delapan jam," jelas Sara.

6. Sulit buang air besar saat pakai tampon

Meski pemakaian tampon dimasukkan ke dalam vagina, kamu masih bisa melakukan aktivitas buang air besar (BAB). Kendati demikian, hal tersebut akan cukup sulit karena tekanan saat buang air besar dapat menyebabkan tampon keluar.
Bila tidak berhati-hati, penggunaan tampon saat BAB dapat meningkatkan risiko penyakit akibat kontaminasi. Oleh karena itu, disarankan untuk melepaskan tampon terlebih dahulu sebelum BAB.
"Jika tali tampon atau keseluruhan tampon Anda terkena tinja, bakteri seperti E. coli dapat masuk ke dalam vagina dan menyebabkan infeksi saluran kemih," ungkap Sara.
Ilustrasi mitos sulit buang air besar saat pakai tampon. Foto: Shutterstock

7. Tampon harus dikeluarkan saat buang air kecil

Perlu kamu ketahui bahwa anggapan tampon harus dikeluarkan saat ingin buang air kecil adalah mitos. Pasalnya, urin dan darah menstruasi keluar dari lubang yang berbeda. Darah menstruasi keluar dari lubang vagina, sementara urin keluar dari saluran uretra. Di samping itu, tampon dimasukkan ke dalam lubang vagina.
ADVERTISEMENT
Meskipun lubang uretra dan vagina berdekatan sehingga tali tampon bisa sedikit basah saat buang air kecil, hal tersebut tidak perlu dikhawatirkan karena urin termasuk steril untuk tali tampon.
"Urin sangat steril, bila terkena sedikit ke dalam tampon string tidak meningkatkan risiko infeksi atau semacamnya," tutup Sara.
Ladies, itulah fakta dan mitos seputar pemakaian tampon saat menstruasi. Jadi, jangan sampai kamu salah lagi, ya.