7 Pahlawan Perempuan Indonesia Selain Kartini yang Menginspirasi

23 April 2025 12:00 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi R.A. Kartini, salah satu pahlawan perempuan Indonesia. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi R.A. Kartini, salah satu pahlawan perempuan Indonesia. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Meski zaman dahulu sering mendapat diskriminasi, tapi tidak semua perempuan berkutat di sumur dan dapur. Banyak di antara mereka yang turut melawan dan memberi sumbangsih besar dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.
ADVERTISEMENT
Salah satunya R.A Kartini yang jasanya diperingati setiap 21 April. Beliau adalah ikon emansipasi wanita, karena berjuang agar kaum hawa mendapatkan pendidikan yang setara dengan pria.
Namun, pahlawan nasional perempuan bukan hanya R.A Kartini. Yuk, simak sederet pahlawan perempuan Indonesia lainnya dalam artikel ini.

Daftar Pahlawan Perempuan Indonesia

Ilustrasi bendera merah putih yang menjadi simbol perlawanan bangsa Indonesia terhadap penjajah. Foto: Shutterstock
Dikutip dari buku Sekolah Perempuan susunan Sekolah Perempuan, berikut sejumlah pahlawan nasional perempuan yang tangguh dan memberikan sumbangsih besar dalam mengangkat harkat dan martabat bangsa Indonesia.

1. Cut Nyak Dhien

Cut Nyak Dhien merupakan sosok perempuan hebat dari Aceh yang berperang melawan kolonial Belanda pada masa perang Aceh 1873-1904.
Istri pahlawan nasional Teuku Umar ini juga tokoh yang memegang peranan penting di bidang politik. Beliau ditetapkan sebagai pahlawan nasional pada 1964 bersama dengan R.A Kartini.
ADVERTISEMENT

2. Cut Meutia

Cut Meutia juga berkontribusi dalam perjuangan masyarakat Aceh melawan Belanda. Bahkan, ia menjadi pemimpin dan berdiri di garis terdepan dalam Gerilya Aceh.
Keberaniannya itu membuatnya menjadi martir setelah mendapat tiga tembakan dari musuh. Cut Meutia dianugerahi gelar pahlawan nasional pada tahun 1964.

3. Raden Dewi Sartika

Raden Dewi Sartika merupakan pahlawan dari Jawa Barat yang menjadi tokoh perintis pendidikan untuk kaum hawa. Ia mendirikan sekolah pertama untuk perempuan, serta membuat tulisan berjudul "De Inlandsche Vrouw" yang berarti "Wanita Bumiputera".
Cita-cita Raden Dewi Sartika adalah mewujudkan persamaan hak antara laki-laki dan perempuan dalam hal pekerjaan dan pendidikan. Beliau mendapatkan gelar pahlawan nasional pada 1966 dari pemerintah.

4. Martha Christina Tijahahu

Ilustrasi berkebaya untuk merayakan budaya perempuan di zaman dahulu. Foto: Shutterstock
Martha Christina Tijahahu adalah pejuang kemerdekaan dari Maluku. Beliau merupakan anak Kapiten Paulus Tijahahu dan memilih untuk selalu menemani sang ayah dalam setiap pertempuran.
ADVERTISEMENT
Beberapa pertempuran yang beliau ikuti adalah perlawanan di Saparua 1817, perlawanan merebut benteng Beverwijk, serta pertempuran di daerah Ulat dan Ouw. Perempuan pemberani ini mendapatkan gelar pahlawan nasional pada tahun 1969.

5. Maria Walanda Maramis

Berasal dari Sulawesi Utara, Marla Walanda Maramis merupakan pendidik dan penggiat hak-hak perempuan yang berani. Ia juga pendobrak adat, pejuang kemajuan, dan emasipasi perempuan di dunia politik serta pendidikan.
Maria mendirikan organisasi bernama Percintaan Ibu Kepada Anak Temurunannya (PIKAT) pada 8 Juli 1917. Dua tahun setelahnya, ia berhasil memperjuangkan kaum perempuan Minahasa untuk mendapatkan hak suaranya dalam memilih wakil rakyat. Beliau dianugerahi gelar pahlawan nasional pada tahun 1969.

6. Nyai Ahmad Dahlan

Lahir dengan nama Siti Walidah, Nyai Ahmad Dahlan merupakan tokoh emansipasi perempuan yang berpartisipasi dalam diskusi perang bersama Jenderal Sudirman dan Soekarno.
ADVERTISEMENT
Nyai Ahmad Dahlan juga memprakarsai berdirinya perkumpulan Sopo Tresno pada tahun 1914 untuk perempuan Islam. Perempuan ini ditetapkan sebagai pahlawan nasional pada 1971.

7. H. Rangkayo Rasuna Said

H.R. Rasuna Said dikenal sebagai tokoh pejuang kemerdekaan dari tanah Minangkabau yang berani. Ia merintis gerakan kaum perempuan Minangkabau yang tidak menyalahi adat dan agama.
Usahanya di bidang pendidikan juga membuat masyarakat pedesaan mengenal PERMI (Partai Muslimin Indonesia). Gelar pahlawan nasional diperoleh perempuan hebat ini pada tahun 1974.