Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Namun tampaknya hal tersebut tidak berlaku bagi semua perempuan Muslim . Sebab di berbagai belahan dunia terdapat perempuan hebat yang berani melawan status quo, memperjuangkan hak perempuan, anak-anak, dan masyarakat banyak serta juga mengukir prestasi dalam berbagai bidang.
Beberapa diantaranya adalah Politisi Benazir Bhutto, Arsitek Zaha Hadid, Aktivis Malala Yousafzai, Model Halima Aden, Penulis Nawal el Saadawi, Pendiri Universitas Fatima al-Fihri, dan Pengacara Shirin Ebadi. Terlepas dari status sebagai Muslimah, pemikiran mereka sangat terbuka sehingga para perempuan ini memiliki keberanian untuk membuat perubahan.
Untuk mengenal mereka lebih lanjut, berikut kumparanWOMAN telah merangkum tujuh perempuan Muslim di dunia yang bisa kamu jadikan inspirasi.
Fatima al-Fihri - Pendiri universitas tertua di dunia
Nama Fatima al-Fihri memang masih sangat asing terdengar. Perempuan kelahiran Kairouan, Tunisia ini bisa dibilang sebagai pendiri universitas pertama di dunia, yaitu Universitas Universitas Al-Qarawiyyin Fez, yang terletak di Maroko. Universitas ini didirikan oleh Fatima pada abad ke-9.
ADVERTISEMENT
Saat ini, Guinness Book of World Records dan UNESCO mengakui universitas yang didirikan oleh Fatimah ini sebagai lembaga pendidikan tinggi tertua yang masih aktif hingga kini.
Fatima sendiri merupakan anak perempuan dari pebisnis, Muhammad al-Fihri. Pada abad ke-8, sang ayah membawa Fatima dan keluarga besarnya untuk pindah ke Fez, Maroko. Di sana, usaha ayahnya berkembang pesat dan Muhammad al-Fihri pun menjadi salah satu pebisnis sukses dan kaya raya di Fez.
Menurut HuffPost, setelah ayah dan keluarganya meninggal, Fatima mendapatkan warisan dalam jumlah yang sangat banyak dari keluarganya. Ia pun ingin menggunakan uang tersebut untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat banyak.
Akhirnya, pada 859 M Fatima memutuskan untuk membangun sebuah masjid bernama Al-Qarawiyyin di Fez, Maroko. Ia melakukannya karena melihat bahwa masjid-masjid di kawasan Fez sangat kecil dan kadang tidak layak. Kemudian pada abad ke-10 sampai ke-12, masjid tersebut berkembang menjadi sebuah universitas bernama Universitas Al-Qayrawan.
ADVERTISEMENT
Benazir Bhutto- Pemimpin negara Islam terkemuka
Benazir Bhutto adalah seorang politisi perempuan asal Pakistan. Ia merupakan perempuan pertama di dunia yang terpilih menjadi Perdana Menteri Pakistan, sebuah negara yang mayoritas penduduknya adalah Muslim. Sebagai perdana menteri, Benazir memimpin dalam dua periode, yakni pada periode 1988-1990 dan 1993-1996.
Setelah menyelesaikan pendidikan awal di Pakistan, Benazir memutuskan untuk sekolah perguruan tinggi di Amerika Serikat. Dari tahun 1969 hingga 1973, ia kuliah di Radcliffe College, dan kemudian Universitas Harvard. Selanjutnya, ia kembali sekolah di Oxford dengan jurusan Hukum Internasional dan Diplomasi dari tahun 1973-1977.
Benazir merupakan anak perempuan dari pendiri Pakistan Peoples Party (PPP) dan Perdana Menteri Zulfikar Ali Bhutto. Di tahun 1978, Benazir menduduki posisi sebagai pemimpin partai setelah ayahnya digantung dengan tuduhan pembunuhan.
ADVERTISEMENT
Setelah perjalanan kariernya berakhir karena tuduhan korupsi, Benazir kemudian melakukan pengasingan di London, Inggris. Pada tahun 2008, ia berencana kembali ke Pakistan untuk mengikuti pemilu 2008, namun malangnya, ia terbunuh dalam serangan yang dilakukan Taliban di sebuah rapat umum PPP pada akhir 2007 lalu.
Perempuan yang memiliki penampilan khas dengan selendang penutup kepala ini memang seorang tokoh yang kontroversial. Ia sering dikritik sebagai orang yang tidak berpengalaman secara politik dan diduga melakukan korupsi. Dalam dunia politik, agenda-agenda kerjanya yang terbilang modern banyak ditentang oleh para Islamis di Pakistan. Namun Benazir selalu mendapat dukungan dari negara-negara Barat karena dianggap sebagai pejuang demokrasi dan hak-hak perempuan.
Dalam kepemimpinannya, Benazir memimpin orang-orangnya untuk melawan kekerasan terhadap perempuan dan menolak diskriminasi dan segala bentuk pelecehan terhadap perempuan. Ia bahkan menekankan pentingnya meninjau berbagai hukuman peradilan, terutama dengan adanya pengaruh keadaan sosial yang sulit dan buruk yang dilalui masyarakat dan menyebabkan perempuan melanggar beberapa aturan hukum.
ADVERTISEMENT
Zaha Hadid - Arsitek
Perempuan bernama lengkap Dame Zaha Mohammad Hadid ini adalah seorang arsitek kelahiran Baghdad, Irak. Lebih dikenal dengan nama Zaha Hadid, ua mendirikan perusahaan arsitektur miliknya sendiri bernama, Zaha Hadid Architect pada 1979. Karyanya mulai mendapat pengakuan dunia setelah ia merancang The Peak, sebuah tempat hiburan dan rekreasi di Hong Kong pada 1983.
Meski tak pernah terwujud, namun rancangan The Peak yang ia buat merupakan salah satu karya masterpiece yang pernah dibuat oleh Zaha Hadid. Menurut situs Britannica, Zaha Hadid kemudian banyak disebut dengan arsitek kertas, di mana karya-karyanya dianggap terlalu modern. Namun karena ciri khasnya tersebut, Zaha mendapat julukan Ratu Kurva.
Nama Zaha Hadid kemudian banyak dikenal setelah hasil rancangannya yang berupa lukisan warna-warni dipajang sebagai karya seni di museum ternama. Pada 2004, ia menjadi perempuan pertama yang meraih Penghargaan Pritzker Architecture. Sebuah penghargaan tahunan untuk menghormati arsitek yang karyanya yang dibuat dengan perpaduan bakat, visi, dan komitmen. Pada 2012, Hadid mendapat gelar Dame dari Ratu Elizabeth II atas komitmennya melayani negara dalam bidang arsitektur. Ia juga menjadi satu-satunya perempuan yang menerima penghargaan Royal Gold Medal dari Royal Institute of British Architecture.
ADVERTISEMENT
Proyek besar pertama Zaha Hadid adalah sebuah Stasiun Pemadam Kebakaran Vitra di Jerman. Bangunan ini memiliki banyak sudut lancip yang jika diperhatikan bentuknya menyerupai burung terbang.
Ia kemudian mantap menjalani profesi sebagai arsitek pada tahun 2000 ketika dirinya tengah mengerjakan proyek Pusat Seni Kontemporer Lois & Richard Rosenthal di pusat kota Cincinnati, Ohio. Bangunan ini resmi dibuka pada 2003 dan menjadi bangunan museum pertama di Amerika yang didesain oleh seorang perempuan.
Dulunya, Zaha Hadid pernah mengenyam pendidikan di Universitas Matematika Amerika, Beirut, hingga akhirnya pindah ke London pada 1972 untuk sekolah di Asosiasi Arsitektur. Kemudian pada 1977, ia berhasil meraih penghargaan Diploma.
Setelah selesai dengan pendidikannya, Zaha Hadid banyak mengajar di universitas-universitas ternama. Termasuk tempatnya sekolah dulu di Sekolah Asosiasi Arsitektur. Ia juga banyak menjadi profesor tamu di universitas seperti Harvard, Columbia, Yale, dan Universitas Seni Terapan di Wina.
ADVERTISEMENT
Kini, kontribusi Zaha Hadid dalam dunia arsitektur telah banyak diakui oleh akademisi, lembaga profesional dan masyarakat dunia. Karena kehebatannya ini, nama Zaha Hadid pun masuk ke dalam daftar Most Powerful Women versi majalah Forbes pada 2008. Zaha Hadid meninggal pada 31 Maret 2016 karena serangan jantung.
Shirin Ebadi - Pengacara dan hakim perempuan pertama di Iran
Shirin Ebadi adalah salah satu perempuan Muslim yang patut dijadikan inspirasi. Ia adalah pengacara dan aktivis hak asasi manusia asal Iran. Pada 10 Oktober 2003, Shirin Ebadi dianugerahi Penghargaan Perdamaian Nobel untuk upayanya dalam menegakkan demokrasi dan hak asasi, terutama hak-hak perempuan dan anak-anak. Ia menjadi tokoh Iran dan Muslimah pertama yang menerima penghargaan tersebut.
ADVERTISEMENT
Shirin dianggap sangat berani dalam melakukan aksi-aksinya. Meski mendapat banyak ancaman yang ditujukan padanya selama memperjuangkan hak-hak perempuan. “Penghargaan Nobel ini memberi saya kesempatan untuk memiliki lebih banyak platform supaya suara saya lebih didengar. Ini jelas sangat penting untuk keberhasilan upaya saya. Tetapi ini juga membuat saya dicurigai oleh pemerintah,’ ungkap Shirin Ebadi seperti dikutip dari The National.
Penganugerahan Nobel yang diberikan kepada Shirin oleh sebagian pengamat dinilai sebagai kritik terhadap kebijakan luar negeri Amerika Serikat di Timur Tengah, terutama Perang Irak. Sebab sebelumnya, George W. Bush juga menyebut Iran sebagai ‘poros setan’.
Shirin sendiri berasal dari keluarga akademisi Muslim. Ayahnya Mohammad Ali Ebadi, salah satu dosen hukum komersial pertama dan seorang pengacara. Shirin kemudian mengikuti jejak ayahnya menjadi pengacara. Sepanjang hidupnya, ia meraih banyak prestasi. Di usia 23 tahun, ia menjadi salah satu hakim perempuan pertama di Iran dan di usia 30 tahun, Shirin juga menjadi hakim pertama di Teheran.
ADVERTISEMENT
Nawal el Saadawi - Penulis dan aktivis perempuan
Penulis asal Mesir ini dijuluki sebagai feminis yang radikal. Hal ini juga diakui sendiri oleh Nawal el Saadawi. “Semakin bertambah usia, saya menjadi lebih radikal. Saya perhatikan bahwa para penulis, ketika mereka sudah tua, menjadi lebih mild. Tetapi bagi saya justru sebaliknya. Usia membuat saya lebih marah,” ungkap Nawal el Saadawi pada The Guardian.
Telah menulis dan menerbitkan hampir 50 novel, Saadawi menjadikan buku dan tulisannya sebagai cara untuk melawan ketidaksetaraan yang terjadi pada perempuan di Mesir. Karyanya berhasil membantu menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi perempuan di Mesir dan di seluruh dunia. Ia banyak membahas masalah kontroversial seperti prostitusi, kekerasan dalam rumah tangga dan fundamentalisme agama dalam tulisannya.
ADVERTISEMENT
Selian itu, Saadawi juga telah melakukan berbagai kampanye untuk mengakhiri tradisi sunat perempuan yang sudah dialami oleh 140 juta perempuan di seluruh dunia. Saadawi menyuarakan isu tersebut karena dulunya pernah mengalami sendiri proses sunat perempuan.
Bisa dibilang, Saadawi adalah perempuan paling lantang di Mesir. Dunia mengenalnya sebagai feminis yang tak pernah takut menyuarakan apa yang diyakini. Ia juga disebut-sebut sebagai Simone de Beauvoir dari Mesir karena tulisan-tulisannya yang menentang penindasan terhadap perempuan Arab akibat tradisi kuno.
Perjalanan hidup dan karier Saadawi tidak pernah mudah untuk memperjuangkan hak-hak perempuan. Pada 1972, buku non-fiksi karyanya yang bertajuk Women and Sex yang berisi kritikan atas sunat perempuan menyebabkan dia kehilangan pekerjaan sebagai direktur jenderal kesehatan masyarakat untuk Kementerian Kesehatan Mesir.
ADVERTISEMENT
Kemudian pada 1981, pandangan politiknya yang sangat blak-blakan menyebabkan Saadawi didakwa melakukan kejahatan terhadap negara dan dipenjara selama tiga bulan. Penjara tidak menghentikan keinginannya untuk menulis. Selama tiga bulan di penjara, Saadawi menulis buku Memoirs From The Women's Prison menggunakan pensil alis di atas gulungan kertas toilet. Di tahun 1993, ia melarikan diri ke Amerika setelah ancaman pembunuhan terhadapnya dikeluarkan oleh kelompok agama.
Malala Yousafzai - Aktivis perempuan dan Messengers of Peace PBB
Perempuan muda asal Khyber Pakhtunkhwa, Pakistan, ini sejak remaja selalu menginspirasi anak-anak perempuan untuk bersekolah. Ia menulis blog dengan nama samaran yang menceritakan penderitaannya hidup di bawah rezim Taliban. Ia kemudian menjadi sorotan dunia setelah ditembak kepalanya oleh anggota Taliban saat berusia 15 tahun.
ADVERTISEMENT
Pada 11 April 2017 lalu, Malala Yousafzai dinobatkan sebagai Pengabar Perdamaian atau Messengers of Peace Badan PBB. Ini adalah penghargaan tertinggi kedua yang diraihnya pasca mendapatkan Nobel Perdamaian pada tahun 2014. Anugerah ini membuatnya menjadi Messenger of Peace termuda yang pernah dipilih oleh PBB.
Kini, Malala telah mendirikan sebuah organisasi bernama Malala Fund yang mendukung anak-anak perempuan untuk mendapatkan pendidikan yang layak.
Halima Aden - Model dan Duta UNICEF
ADVERTISEMENT
Pada 2018 lalu, supermodel berdarah Somalia-Amerika ini baru saja ditunjuk menjadi Duta untuk UNICEF wilayah Amerika Serikat.
Berita tersebut diumumkan setelah kunjungan Halima ke pos pengungsian sekaligus tempat kelahirannya di Kakuma, Kenya, bersama dengan UNICEF dan UNHCR.
Sebagai Duta UNICEF, supermodel berhijab ini akan menggunakan suaranya untuk mengajak anak-anak muda di seluruh wilayah Amerika Serikat untuk selalu mengutamakan anak-anak dalam segala hal.
Sebagai pengungsi di masa kecilnya saat konflik Somalia, Halima begitu memahami kebutuhan, harapan, dan impian lebih dari 30 juta anak-anak yang harus menjadi pengungsi di seluruh dunia akibat dampak dari daerah konflik. Perempuan berusia 20 tahun ini mengungkapkan bah perannya sebagai Duta UNICEF ini adalah pencapaian tertinggi yang pernah ia dapatkan.
ADVERTISEMENT
Baru-baru ini, Halima sempat berkunjung ke Indonesia untuk menghadiri acara Jakarta Halal Things di Senayan City pada Desember 2019 lalu.