news-card-video
26 Ramadhan 1446 HRabu, 26 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45

Ahli Ungkap Memendam Emosi Bisa Sebabkan Berbagai Penyakit pada Perempuan

25 Maret 2025 21:02 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Marah Foto: fizkes/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Marah Foto: fizkes/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Ladies, siapa di sini yang sering menahan emosi dan memendam amarah? Alih-alih meluapkan emosi membuncah, tak sedikit perempuan yang memilih untuk menelannya bulat-bulat dengan berbagai alasan tertentu. Kamu mungkin pernah melakukannya.
ADVERTISEMENT
Meskipun hal ini terkesan lazim dialami oleh banyak perempuan, memendam amarah bisa berdampak buruk pada kesehatan fisik serta mental. Bahkan, dilansir Independent, ada beberapa penyakit yang ternyata berkaitan dengan emosi terpendam ini.
Psikolog Amerika Serikat Dana Jack menelurkan penelitian pada akhir 1980-an yang mengidentifikasi pola pada pasien perempuannya. Pola tersebut adalah kecenderungan untuk self-silencing atau memerintahkan diri sendiri untuk diam; menekan kebutuhannya; menyenangkan orang lain; dan menghindari konflik. Dana Jack pun mengaitkan perilaku tersebut dengan peningkatan risiko depresi.
ilustrasi wanita cemas, stres atau depresi Foto: Shutterstock
Studi terbaru dari University of Pittsburgh kemudian mengungkap, amarah yang tertahan dalam tubuh perempuan non-kulit putih (women of colour) punya korelasi dengan 70 persen peningkatan risiko aterosklerosis (penyempitan pembuluh darah arteri). Ini kemudian meningkatkan risiko perempuan mengalami penyakit jantung.
ADVERTISEMENT
Menurut Dokter Spesialis Endokrin Dr Jolene Brighten, emosi terpendam juga berkaitan dengan perburukan kondisi penyakit autoimun. Sebab, amarah yang tertahan ini berkaitan dengan disfungsi fungsi imun. Akhirnya, kondisi seperti lupus, sklerosis, dan rheumatoid arthritis bisa semakin buruk.
“Menahan emosi, terutama amarah, memiliki hubungan dengan peningkatan stres, fungsi imun yang terganggu, dan peradangan kronis yang bisa berkontribusi pada terjadinya atau memburuknya penyakit autoimun,” kata Jolene, dikutip dari Independent.
Ilustrasi perempuan mengalami gangguan jantung. Foto: Doucefleur/Shutterstock
Memang, bagaimana caranya tubuh merespons emosi dan amarah yang terpendam? Emosi merupakan fenomena biologis yang dimediasi lewat aktivitas otak, perubahan sistem saraf, dan sekresi hormon. Emosi itu tidak berbahaya, tetapi yang bisa berbahaya adalah bagaimana kita merespons dan mengolah emosi tersebut.
Menurut Psikolog Kesehatan Dr Sula Windgassen, ketika seseorang memendam dan menahan emosinya, perilaku ini mengaktivasi bagian-bagian otak tertentu seperti prefrontal cortex. Di waktu yang bersamaan, otak menurunkan aktivitas di bagian yang bertugas memproses emosi, seperti amigdala. Alhasil, sekresi kortisol meningkat dan berpotensi mengganggu fungsi imun.
ADVERTISEMENT
“Kortisol bisa mengganggu respons imun, membuat sistem bereaksi dengan lambat atau bahkan mengaktifkannya secara berlebih. Ini bisa berujung pada inflamasi, yang merupakan tanda disfungsi imun,” papar Sula.
Ilustrasi perempuan menulis buku harian. Foto: Shutter Stock
Lantas, apa yang bisa dilakukan agar kita tidak memendam emosi? Tentunya, emosi dan amarah harus disalurkan lewat cara yang sehat. Marah-marah, membentak, dan menjadikan orang lain sebagai “samsak” emosi sama sekali tidak dibenarkan.
Para ahli menyarankan perempuan untuk banyak berolahraga, melakukan latihan pernapasan, mempraktikkan mindfulness yang menenangkan, serta menjalani hobi-hobi menyenangkan. Jika membutuhkan intervensi lebih, kita bisa menemui ahli profesional seperti psikolog atau konselor untuk menjalani terapi.
“Mengekspresikan rasa marah dengan cara yang konstruktif bisa mengurangi risiko disfungsi imun dan inflamasi yang berkaitan dengan stres,” tegas Dr Sula.
ADVERTISEMENT