Alasan Pentingnya Punya Dana Darurat untuk Selamatkan Keuangan di Tengah Krisis

26 Maret 2020 19:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
com-Ilustrasi membuat buku tabungan Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
com-Ilustrasi membuat buku tabungan Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Ladies, menghadapi wabah virus corona ini tak hanya kesehatan tubuh saja yang perlu diperhatikan, tetapi kesehatan keuangan juga.
ADVERTISEMENT
Sebab seiring dengan berkembangnya pandemi ini, banyak sekali dampak yang diakibatkan oleh pandemi ini. Salah satunya adalah dampak ekonomi yang cukup signifikan. Tak perlu bicara bisnis besar, dalam menghadapi wabah seperti sekarang ini, keuangan kita pribadi juga turut terkena dampak.
Pengeluaran bisa membengkak karena terlalu banyak membeli kebutuhan untuk stok makan sehari-hari, beli sabun cuci tangan yang biasanya sebulan bisa satu botol, tapi kini harus dua botol, hingga kebutuhan lainnya yang kurang terkontrol. Apalagi jika ada di antara kita yang harus kehilangan penghasilan atau pekerjaan akibat banyaknya bisnis yang tutup.
ilustrasi masalah keuangan Foto: Shutterstock
Nah Ladies, sebenarnya kondisi krisis seperti sekarang ini tidak akan membuat khawatir jika kita memiliki dana darurat yang cukup untuk membantu semua keperluan mendadak.
ADVERTISEMENT
Dana darurat sendiri adalah tabungan khusus yang harus Anda miliki dan bisa digunakan sewaktu-waktu ketika mengalami musibah atau suatu hal yang membuat Anda menghadapi krisis keuangan. Selain itu, dana darurat juga bisa menjadi pertanda bahwa Anda memiliki keuangan yang sehat dan terjamin.
Dalam acara Media Gathering: Bijak Finansial dengan #BelanjaDariRumah bersama Shopee Indonesia, Farah Dini Novita, Co-Founder dan Vice-CEO dari Jouska Indonesia menjelaskan bahwa seperti apapun kondisinya, kita harus memprioritaskan dana darurat. Sebab dana darurat ini merupakan pondasi utama dalam keuangan kita.
com-Ilustrasi menyiapkan dana darurat Foto: Shutterstock
“Ada COVID-19 atau enggak, dana darurat itu memang harus dipersiapkan. Sebelum memutuskan untuk beli rumah, mobil, atau hal lain. Jangan sampai kita lalai dan enggak punya dana cadangan ketika berada dalam fase darurat seperti sekarang ini,” ungkap Farah Dini dalam acara yang diadakan secara livestreaming tersebut.
ADVERTISEMENT
Namun sayangnya, selama ini kita seringkali menyepelekan dana darurat dan lebih memilih investasi yang risikonya jauh lebih tinggi.
“Dari yang saya lihat, ada dua tipe orang. Pertama adalah orang yang tidak bisa menabung sama sekali, makanya dana daruratnya tidak terbentuk. Dan yang kedua adalah mereka yang lebih memilih sebaiknya uang itu diputar saja. Biasanya mereka pakai untuk investasi yang risikonya jauh lebih tinggi sebab pasar saham itu kan bisa naik turun ya,” tutur Farah.
Sesuai dengan namanya, dana darurat memang hanya boleh dipakai untuk situasi yang darurat. Oleh karena itu penyimpanan dana ini juga harus dibedakan dari tabungan biasa dan uang keperluan sehari-hari.
Farah Dini menyarankan untuk menyimpan dana darurat di deposito. “Penyimpanan dana darurat ini harus dipisahkan dengan tabungan biasa dan uang untuk kebutuhan sehari-hari. Dan tentunya tidak boleh dipakai kecuali memang benar-benar dalam kondisi darurat,” jelasnya.
ADVERTISEMENT
Ia juga mengingatkan agar kita tidak mendahulukan investasi jika dana darurat kita masih kosong. Sebab kalau investasi, kita tidak bisa mengambil uangnya kapan saja, termasuk saat kita dalam kondisi darurat. Sedangkan saat darurat, seringnya kita membutuhkan uang cash dengan cepat.
Di tengah wabah corona seperti sekarang ini, Farah Dini menyarankan agar kita bisa mengelola keuangan seperti biasa. Tetap penuhi kebutuhan konsumsi seperti biasanya. Hal terpenting yang harus diutamakan adalah kebutuhan pokok kita apa saja, kemudian tentukan kebutuhan sekunder.
“Saya tidak bilang kita harus hemat ya, karena kita tetap butuh konsumsi untuk menggerakkan ekonomi. Tapi kita bisa beli seperlunya saja. Utamakan kebutuhan pokok seperti belanja makanan dan kebutuhan pokok lainnya. Kemudian penuhi kewajiban yang harus dibayar. Mulai dari asuransi, biaya sekolah anak, dan cicilan. Setelah itu baru atur pengeluaran sekunder,” jelasnya.
Menabung dana darurat untuk selamatkan keuangan. Foto: Shutterstock
Nah, pengeluaran sekunder ini yang menurut Farah Dini harus diwaspadai karena seringnya pengeluaran sekunder bisa jadi lebih banyak daripada pengeluaran primer. Di masa krisis seperti sekarang ini, sebisa mungkin pengeluaran sekunder seperti nonton film, jajan, belanja skin care dan makeup itu sebaiknya dibatasi saja. Kemudian alokasikan dananya untuk dana darurat atau anggaran kesehatan.
ADVERTISEMENT
“Dengan adanya COVID-19 ini sebenarnya ada banyak hal yang bisa ditekan dalam pengeluaran sekunder. Dana itu bisa dialihkan untuk dua hal. Pertama menabung dana darurat, karena kita tidak tahu sampai kapan pandemi ini berlangsung. Lalu yang kedua kita tetap bisa belanja untuk membantu perekonomian Indonesia dengan membantu UMKM. Cari produk atau promo apa saja yang mereka tawarkan dan beli sesuai dengan kebutuhan kita. Tapi kalau tidak butuh, kita bisa tetap beli tapi untuk dibagikan bagi yang lebih membutuhkan. Karena kalau kita punya dana berlebih kenapa enggak, jadi kita bisa saling membantu sekaligus juga bisa tetap membuat ekonomi tetap jalan,” tutup Farah Dini.