Apa Itu Body Positivity?

13 Februari 2021 14:58 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Body Positivity. Foto: shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Body Positivity. Foto: shutterstock
ADVERTISEMENT
Dalam beberapa tahun belakangan ini, istilah body positivity menjadi sangat populer. Banyak perempuan di media sosial maupun portal berita yang membicarakan tentang body positivity untuk membantu meningkatkan rasa percaya diri perempuan terhadap tubuhnya sendiri.
ADVERTISEMENT
Body positivity sendiri merupakan sebuah gerakan sosial yang awalnya dibuat untuk merayakan seseorang dengan bentuk tubuh plus-size. Gerakan ini juga menjadi upaya untuk mendobrak stereotip masyarakat yang banyak menilai seseorang hanya dari bentuk fisiknya saja. Jadi tidak hanya bagaimana masyarakat memandang bentuk tubuh plus-size, tapi juga kulit hitam, rambut keriting, tubuh pendek, mata sipit, dan lain sebagainya.
Intinya, body positivity adalah gerakan yang mengajak kita semua untuk menerima bentuk tubuh kita sendiri apa adanya. Dan juga tidak menilai orang lain dari gender, ras, serta penampilan. Body positivity juga berarti kita tidak mengubah penampilan demi orang lain.
Gerakan ini juga menjadi upaya perempuan untuk melawan standar kecantikan yang ada di masyarakat, membentuk kesan positif pada bentuk tubuh, dan membangun rasa percaya diri setiap perempuan.
ADVERTISEMENT

Gerakan body positivity di era victoria

Menariknya lagi, gerakan serupa seperti body positivity ini sebenarnya sudah ada sejak era victoria pada tahun 1850-an sampai 1890-an. Gerakan yang menjadi bagian dari gelombang awal feminisme tersebut bernama Victorian Dress Reform Movement.
Komik yang menggambarkan gerakan body positivity di era victorian. Foto: dok. Wikimedia Commons
Gerakan ini bertujuan untuk menghentikan tren perempuan yang bersedia mengubah bentuk tubuhnya menggunakan korset dan tali pengencang supaya bisa memenuhi standar kecantikan pinggang kecil. Tak sedikit perempuan yang berpartisipasi dalam tren tersebut. Namun tak sedikit juga yang di-bully saat mereka tidak berhasil mendapatkan bentuk pinggang kecil sesuai standar. Selain mengikuti tren, bentuk pinggang kecil juga dianggap bisa menyenangkan hati pasangan.
Padahal, untuk bisa mendapatkan pinggang berukuran kecil, perempuan harus menahan tubuhnya dengan korset dan tali pengikat yang memiliki dampak buruk bagi kesehatan, serta membuat mereka tidak nyaman. Untuk menentang itu semua, sekelompok perempuan pejuang reformasi yang berasal dari kelas menengah kemudian mengusulkan, mendesain, dan mengenakan busana yang lebih praktis dan nyaman untuk perempuan. Gerakan Victorian Dress Reform ini menjadi salah satu gerakan body positivity paling awal.
ADVERTISEMENT

Body positivity di era modern

Sejak munculnya media sosial seperti Instagram, ada banyak gerakan atau kampanye mengenai perempuan yang berkembang. Salah satunya yang semakin gencar disuarakan adalah body positivity. Dalam jurnal yang ditulis oleh Jessica Cwynar-Horta dari Universitas York, Toronto, Kanada, perempuan berusaha mendobrak standar kecantikan dan mengimbau agar para perempuan lebih percaya diri dengan bentuk tubuhnya sendiri.
Body Positivity. Foto: shutterstock
Banyak perempuan mulai mengunggah foto masing-masing dan menceritakan pengalaman perubahan bentuk tubuh dan wajah yang disebabkan oleh berbagai momen kehidupan. Mulai dari melahirkan, perubahan hormon, gangguan makan, menstruasi, penuaan, dan lain sebagainya.
Seiring berjalannya waktu, media fashion internasional juga turut mendukung gerakan tersebut. Menurut laporan Psychology Today, pada 2012 Majalah Seventeen menghentikan penggunaan air brush untuk mengubah warna kulit model. Kemudian pada 2015, Women's Health bersumpah untuk melarang penggunaan kata penurunan berat badan dan bikini body pada judul sampul. Selain itu, ada juga majalah Sport Illustrated yang memfitur model plus-size Ashley Graham sebagai salah satu model sampul edisi baju renang pada 2016. Bahkan Miss Teen Amerika, ajang kecantikan remaja, juga menghapus kompetisi baju renang dan lebih mengutamakan menilai pesertanya berdasarkan kemampuan, kekuatan, kepercayaan diri dan kecantikan yang beragam.
Ilustrasi warna kulit perempuan. Foto: Shutterstock
Kemajuan ini kemudian juga diikuti oleh berbagai brand kecantikan yang mulai menghadirkan model dengan bentuk rambut dan warna kulit yang berbeda. Di Indonesia sendiri, body positivity juga sudah mulai terlihat dari berbagai brand kecantikan yang memilih model dengan warna kulit beragam serta menghadirkan produk yang sesuai dengan warna kulit perempuan Indonesia.
ADVERTISEMENT