Apakah Utang Selalu Buruk? Ini Kata Financial Planner

25 Agustus 2022 12:11 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
com-Ilustrasi terlilit utang. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
com-Ilustrasi terlilit utang. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Ladies, pernahkah kamu merasa stres akibat cicilan utang menunggak yang harus dibayar? Atau mungkin, kamu pernah melihat orang di sekitarmu menjadi lebih mudah emosi ketika tengah terlilit utang?
ADVERTISEMENT
Berutang, atau keadaan meminjam uang untuk suatu alasan tertentu, memang bisa membawa dampak buruk bagi yang melakukannya. Mengutip Health, utang disebut bisa meningkatkan kecemasan dan tekanan darah, menyebabkan stres dan tekanan bagi pelakunya, hingga menurunkan imunitas. Dengan adanya dampak buruk tersebut, maka tak heran bila berutang mendapat stigma yang buruk di masyarakat.
Namun, tahukah kamu bahwa dampak buruk berutang biasanya terjadi jika utang diambil secara gegabah, tanpa perencanaan yang baik? Ya, menurut Certified Financial Planner, Rista Zwestika, berutang ternyata tidak selalu buruk, lho.
Ada sejumlah faktor yang menyebabkan utang menjadi buruk. Salah satunya adalah pengelolaan uang yang kurang baik. Jika kita tidak mampu melakukan pembayaran utang di waktu yang tepat karena pengaturan finansial yang kurang baik, maka itu menjadi utang yang buruk.
ADVERTISEMENT
“Utang itu tidak selamanya buruk. Semua orang sudah pasti pernah berutang. Cuma, pada saat kita berutang, apakah kita mampu melakukan pembayaran di waktu yang tepat?” papar Rista ketika diwawancarai kumparanWOMAN pada Sabtu (20/8).
Ketika kamu tidak bisa konsisten membayar utang setiap bulannya, ini bisa berdampak pada reputasi kamu di BI Checking. BI Checking adalah riwayat utang kamu yang mencatat lancar atau tidaknya pembayaran kredit atau utang yang terdahulu.
Jika reputasi kamu kurang baik di BI Checking, maka kamu berpotensi menghadapi kesulitan ketika akan melakukan permohonan kartu kredit, kredit pemilikan rumah (KPR), atau kredit tanpa agunan (KPA) di kemudian hari.
Ilustrasi membayar berbagai macam cicilan. Foto: Shutter Stock
Rista menambahkan, utang akan menjadi buruk jika kamu membeli barang tersebut berdasarkan keinginan semata, bukan kebutuhan apalagi kewajiban.
ADVERTISEMENT
“Misal, kita sudah memiliki baju merah, tetapi karena ada promo buy 1 get 1 atau misalnya beli satu dapat tiga, hanya tergoda keinginan semata, akan menjadi utang buruk ketika dibeli dengan sistem cicilan. Ini juga akan jadi habit yang buruk,” imbuh founder dari jasa konsultasi finansial Finante.Id ini.

Apakah ada utang yang baik?

Karena utang tidak selamanya buruk, apakah artinya ada utang yang baik? Bagi Rista, ada utang yang bisa dikatakan sebagai utang produktif. Namun, ada syarat tertentu agar suatu utang bisa dikategorikan produktif.
“Kalau kita [berutang untuk] membeli handphone tapi digunakan untuk membuat konten atau bekerja, handphone ini bisa menghasilkan uang per bulannya. Uangnya bisa digunakan untuk membayar cicilan dan juga bisa membantu mendapatkan pendapatan tiap bulan. Jadi, [handphone ini] bisa memiliki dua keuntungan. Nah, kalau begini, baru bisa dibilang utang produktif,” jelas Rista.
Ilustrasi keuangan. Foto: Shutter Stock
Oleh karena itu, sebelum kamu berutang untuk membeli barang atau gadget, pastikan dulu barang tersebut bisa menguntungkan dan keuntungannya dapat dipakai membayar cicilan. Jika tidak bisa membawa keuntungan bagi kamu, maka hindarilah berutang.
ADVERTISEMENT

3 Hal yang harus dipertimbangkan sebelum berutang

Berutang datang dengan beragam risiko. Untuk itu, perlu pertimbangan matang sebelum melakukannya. Rista pun menjelaskan tiga pertimbangan yang harus kamu pikirkan terlebih dahulu. Apa saja?

1. Memiliki dana yang cukup untuk membayar cicilan

Menurut Rista, pastikan kamu memiliki dana untuk membayar cicilan utang beserta bunganya.
“Yang pasti, ketika kita memutuskan untuk berutang, cek dulu keuangan kita. Kira-kira, ada enggak dananya untuk melakukan pembayaran ke depannya? Kalau tidak ada dananya, maka tidak perlu berutang,” tegas dia.

2. Barang yang dibeli sangat dibutuhkan

Rista menjelaskan, jika barang yang ingin dibeli tidak terlalu penting dan tidak menimbulkan kerugian saat tak dibeli, maka kamu tidak boleh berutang. Pun sebaliknya: Jika kamu mengalami kerugian saat barang tersebut tidak dibeli, maka kamu boleh berutang.
Ilustrasi mengatur keuangan. Foto: fizkes/Shutterstock
“Apakah barang yang ingin dibeli itu benar-benar kita butuhkan saat ini, sehingga jika kita tidak membelinya sekarang itu akan terjadi sesuatu yang efeknya buruk? Misalnya, kalau kita enggak beli makan, bisa saja perut atau lambung kita sakit. Kalau bisa menimbulkan penderitaan atau ada efek samping berlebih, maka bolehlah dibeli. Namun, kalau hanya bersifat keinginan semata, jangan dulu,” ucap Rista.
ADVERTISEMENT

3. Bisa konsisten melakukan pembayaran

Pertimbangan terakhir adalah konsistensi kamu dalam melakukan pembayaran cicilan. Jika dirasa tidak bisa konsisten, maka jangan berutang. Sebab, ini bisa berdampak langsung pada reputasi kamu di BI Checking.
“Pastikan apakah kita tipe yang bisa konsisten melakukan pembayaran utang setiap bulan atau tidak? Kalau kita berutang di tempat yang terdaftar di OJK (Otoritas Jasa Keuangan), lalu kita tidak konsisten [dalam melakukan pembayaran], itu akan memengaruhi nama kita di BI Checking,” tutup Rista.