Arti Ready to Wear dalam Industri Fashion dan Bedanya dengan Haute Couture

14 Februari 2025 15:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi memilih baju ready to wear. Foto: GaudiLab/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi memilih baju ready to wear. Foto: GaudiLab/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Ketika menelusuri situs toko online brand pakaian, label ready to wear biasanya disematkan ke beberapa busana. Secara harfiah, arti ready to wear adalah siap pakai. Tapi bukankah setiap pakaian memang siap dipakai?
ADVERTISEMENT
Faktanya, dalam industri fashion, ada dua kategori pakaian yang diproduksi secara umum, yakni kategori pakaian ready to wear (pret-a-porter) dan pakaian high end yang eksklusif (haute couture).
Lantas, apa perbedaan keduanya? Simak penjelasan selengkapnya tentang konsep pakaian ready to wear hingga sejarahnya dalam artikel ini.

Apa Itu Ready to Wear?

Ilustrasi baju ready to wear. Foto: Shutterstock
Merujuk laman Master Class, “ready to wear" adalah istilah dalam industri mode yang menandakan bahwa suatu pakaian diproduksi secara massal. Ukuran pakaiannya dibuat standar karena diperuntukkan bagi semua orang, bukan dirancang dan dijahit untuk satu orang saja.
Sebagian besar pakaian yang tersedia di etalase toko offline maupun online saat ini adalah pakaian ready to wear. Tapi ternyata konsep pakaian langsung jadi ini baru eksis di tahun 1800-an.
ADVERTISEMENT
Dijelaskan dalam laman Byrdie bahwa faktanya hampir semua pakaian dibuat khusus atau haute couture sebelum tahun 1800-an. Pada saat itu, orang-orang kelas bawah membuat bajunya sendiri di rumah, sedangkan orang kaya memiliki penjahit khusus yang merancang baju untuk mereka.
Seiring dengan perkembangan teknologi dan keinginan orang-orang untuk lebih efisiensi, koleksi pakaian ready to wear akhirnya diproduksi. Sejumlah department store seperti Marshall Field's dan Lord & Taylor pun mulai melayani konsumen kelas bawah.
Gagasan pakaian hasil produksi massal yang awalnya dipandang sebelah mata, perlahan mulai diminati banyak orang. Apalagi ketika brand mewah mulai ikutan untuk ambil bagian dalam konsep produksi ini.
Salah satunya brand pakaian mewah Yves Saint Laurent (YSL). Brand asal Paris ini termasuk pelopor yang membuka butik khusus koleksi pakaian ready to wear pada tahun 1966.
ADVERTISEMENT

Perbedaan Ready to Wear dan Haute Couture

Ilustrasi Baju Haute Couture. Foto: Shutterstock
Hampir semua brand pakaian tersohor seperti Gucci, Prada, atau Dior membuat dan memamerkan koleksi ready to wear mereka di panggung fashion show. Namun, mereka juga memiliki lini pakaian haute couture. Lantas, apa perbedaan antara keduanya?
Setidaknya terdapat tiga aspek utama yang membedakan ready to wear dan haute couture menurut laman Master Class, berikut penjelasannya:

1. Produksi

Produsen memproduksi pakaian ready to wear di pabrik yang dibuat dengan bantuan mesin otomatis. Sedangkan haute couture biasanya dibuat dengan tangan manusia, mulai dari proses perancangan, penjahitan, hingga akhirnya siap dipakai oleh satu orang tertentu.

2. Ukuran

Pakaian siap pakai tersedia dalam "ukuran standar", biasanya mulai dari XXS hingga XXL untuk memperlancar proses produksi. Sedangkan haute couture dibuat sesuai ukuran tubuh yang akan memakainya.
ADVERTISEMENT

3. Biaya

Biaya produksi pakaian ready to wear lebih rendah sehingga bisa dijual dengan harga rendah. Sementara pakaian haute couture yang harganya didasarkan pada eksklusivitasnya, bahan, serta tenaga kerja desainer maupun penjahit. Jadi, harganya pun cenderung lebih mahal.