Atasi Kesenjangan Kepuasan, Durex Dorong Pasangan untuk Aktif Komunikasi

9 Oktober 2022 11:50 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Acara Durex Intimate Soiree #ComeTogether di The Moon at Hotel Monopoli, Kemang, Jakarta, Kamis (06/10/2022). Foto: kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Acara Durex Intimate Soiree #ComeTogether di The Moon at Hotel Monopoli, Kemang, Jakarta, Kamis (06/10/2022). Foto: kumparan
ADVERTISEMENT
Ladies, tahukah kamu bahwa saat ini, kesenjangan kepuasan atau pleasure gap saat bercinta masih banyak terjadi pada pasangan
ADVERTISEMENT
Istilah ini merujuk pada timpangnya perasaan puas ketika berhubungan intim antara pasangan. Biasanya, ketika laki-laki sudah merasa puas, perempuan justru tidak merasakannya.
Kesenjangan kepuasan ternyata bisa menjadi masalah tersendiri, karena bisa berimbas pada berkurangnya keharmonisan dalam hubungan. Nah, merek kontrasepsi modern dari Reckitt Indonesia, Durex, melihat adanya fenomena ini di tengah-tengah masyarakat Indonesia.
Durex pun bekerja sama dengan Toluna untuk melakukan survei bertajuk The Pleasure Gap Study 2022 yang melibatkan 535 responden laki-laki dan perempuan Indonesia, dengan rentang usia 18–34 tahun. Hasilnya?
Terdapat kesenjangan kepuasan yang cukup signifikan antara laki-laki dan perempuan. Survei ini dibagi ke dalam empat kategori, yakni diskusi aktivitas seksual dengan pasangan; pentingnya foreplay dalam aktivitas seksual; pengalaman orgasme; dan penggunaan kondom sebagai alat kontrasepsi. Dalam beberapa kategori, terlihat adanya perbedaan pendapat antara laki-laki dan perempuan.
Acara Durex Intimate Soiree #ComeTogether di The Moon at Hotel Monopoli, Kemang, Jakarta, Kamis (06/10/2022). Foto: kumparan
Contohnya, dalam kategori soal pengalaman orgasme, sebanyak 31 persen perempuan pernah memalsukan orgasme karena beberapa faktor, seperti kurang puas ketika bercinta.
ADVERTISEMENT
Kemudian, pada kategori penggunaan kondom, sebanyak 56 persen laki-laki menolak untuk selalu memakai kondom, sementara 48 persen perempuan berharap kondom selalu digunakan ketika melakukan aktivitas seksual.
Ini disebabkan oleh minimnya pendidikan seksual dan reproduksi, serta tabu dan stigma terhadap diskusi mengenai seksualitas. Stigma dan tabu ini berujung pada keengganan perempuan untuk berkomunikasi seputar seks dengan pasangannya.
Sebagai upaya mengatasi pleasure gap di Indonesia, Durex pun mendorong para pasangan untuk mulai berkomunikasi secara efektif soal seks.
Lewat acara intimate soiree Durex #ComeTogether yang dilaksanakan di The Moon at Hotel Monopoli Jakarta, Kamis (6/10), Durex menghadirkan para ahli untuk berbagi pengetahuan seputar pleasure gap, fake orgasm atau orgasme palsu, hingga komunikasi antarpasangan yang baik.
ADVERTISEMENT

Orgasme palsu, faktor pendorong pleasure gap

Acara Durex Intimate Soiree #ComeTogether di The Moon at Hotel Monopoli, Kemang, Jakarta, Kamis (06/10/2022). Foto: kumparan
Pada acara tersebut, dokter spesialis obstetri dan ginekologi (Obgyn) dr. Sandy Prasetyo, Sp.OG mengungkapkan bahwa salah satu faktor penyebab terciptanya pleasure gap adalah fake orgasm atau orgasme palsu. Sandy menyebut, 31 persen perempuan yang menjadi responden survei Durex pernah memalsukan orgasme.
Menurutnya, ada sejumlah faktor yang menyebabkan perempuan memalsukan orgasme. Di antaranya adalah kurangnya pengetahuan soal orgasme, rasa ingin membuat pasangan senang, hingga rasa takut akan risiko berhubungan intim.
“Kenapa sih bisa orgasme palsu? Karena tidak tercapai fase orgasmenya. Banyak yang menjadi pertimbangan perempuan [ketika berhubungan intim]. Contohnya, dia merasa tidak aman ketika berhubungan seksual. Takut tertular penyakit dari pasangan atau takut hamil,” ucap Sandy.
ADVERTISEMENT

Durex dorong pasangan untuk berkomunikasi dengan efektif

Nah, untuk bisa mengatasi masalah orgasme palsu dan kesenjangan kepuasan tersebut, Sandy berpendapat bahwa pasangan harus melakukan komunikasi dengan efektif.
Lewat komunikasi yang baik, pasangan akan tahu apa yang mengganggu pikiran mereka ketika bercinta hingga apa yang mereka inginkan satu sama lain—termasuk soal foreplay seperti apa yang diinginkan.
Menurut Sandy, menggunakan kondom pun bisa menjadi salah satu faktor yang bisa membuat perempuan merasa aman dan nyaman saat bercinta, sehingga membantu perempuan mencapai fase orgasme.
Acara Durex Intimate Soiree #ComeTogether di The Moon at Hotel Monopoli, Kemang, Jakarta, Kamis (06/10/2022). Foto: kumparan
Ketika komunikasi terjalin, pasangan akan mengetahui apa yang saling diinginkan oleh satu sama lain. Nah, inilah yang bisa menciptakan rasa nyaman ketika bercinta, sehingga berujung pada kepuasan bersama.
Durex, sebagai brand alat kontrasepsi ternama di Indonesia, memutuskan untuk meluncurkan kampanye bertajuk #ComeTogether.
ADVERTISEMENT
Marketing Director Reckitt Indonesia, Rahul Bibhuti, menegaskan, dengan adanya kampanye ini, Durex berharap perbincangan mengenai seks yang aman dan sehat bisa tercipta di antara pasangan-pasangan Indonesia.
“Kami mencoba untuk mengangkat perbincangan soal seks, sehingga baik laki-laki dan perempuan merasa percaya diri ketika membicarakan soal topik ini. Dan saya yakin, kita sedang memulai perjalanan hebat bersama Durex dalam membangun pembicaraan soal seks, mengatasi kesenjangan kepuasan, sehingga perempuan dan laki-laki bisa come together,” ucap Rahul pada kata sambutannya.
“Durex Invisible, kondom paling tipis dari Durex, adalah produk yang tepat bagi para pasangan untuk bereksplorasi namun tetap merasa aman, sehingga bisa mencapai kepuasan yang setara,” imbuhnya.
Acara Durex Intimate Soiree #ComeTogether di The Moon at Hotel Monopoli, Kemang, Jakarta, Kamis (06/10/2022). Foto: kumparan
Psikolog klinis Inez Kristanti, yang turut hadir dalam intimate soiree ini juga mendukung pemakaian kondom dalam hubungan seksual. Inez mengatakan, perempuan berhak meminta pasangannya untuk memakai kondom saat bercinta. Begitupun sebaliknya; perempuan juga berhak menolak bercinta jika pasangan tak mau memakai kondom.
ADVERTISEMENT
“Seks yang indah adalah ketika keduanya merasa aman dan nyaman. Di situlah kuncinya. Perempuan sangat boleh menolak kalau misalkan pasangannya tidak mau pakai pengaman,” tegas Inez.