Bekerja Tidak Sesuai Passion Tak Selalu Buruk untuk Pengembangan Karier

22 Agustus 2021 10:09 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi perempuan karier. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi perempuan karier. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Saat hendak mencari pekerjaan, kebanyakan orang kerap dihadapkan pada dua pilihan sulit. Tidak sedikit yang bingung memilih antara bekerja sesuai passion atau untuk memenuhi kebutuhan finansial.
ADVERTISEMENT
Indah Shafira (25), perempuan yang berhasil menempuh pendidikan S2 jurusan International Education Policy di Harvard University, Amerika Serikat (AS) juga memiliki pandangan tersendiri soal opsi bekerja sesuai passion atau kompensasi.
Perempuan asal Bandar Lampung ini mengaku bahwa keduanya merupakan pilihan berat. Karena masih merintis karier dan punya financial goal tersendiri, Indah mengatakan bahwa ia memilih pekerjaan yang sesuai dengan kompensasi. Hanya saja, ia beruntung karena pekerjaannya juga sesuai dengan passion-nya.
“Berat nih. Passion dan kompensasi. Mungkin karena aku masih berada di early stage karier aku, dan aku punya financial goal, saat ini mungkin aku memang lebih mementingkan kerja yang sesuai. Usaha sesuai dengan kompensasinya. Alhamdulilah-nya, aku sekarang juga tetap ada di dunia passion aku,” ujar Indah dalam wawancara dengan kumparanWOMAN, beberapa waktu lalu.
ADVERTISEMENT
Ketika ditanya soal seberapa penting bekerja sesuai passion, Indah pun memiliki pendapat tersendiri. Ia mengaku tidak setuju dengan ungkapan ‘follow your passion’ yang umum terdengar saat ini.
“Kita sering sekali mendengar orang-orang bilang follow your passion. Aku sendiri merasa kurang setuju dengan statement ini. Karena aku menemukan passion baru, saat aku tidak follow my passion,” ungkap perempuan yang menyelesaikan pendidikan S1 di Ritsumeikan Asia Pacific University (APU) Beppu, Prefektur Oita, Jepang.
Indah mengaku, ia sebenarnya pernah sangat tertarik dengan pelajaran Fisika. Ia sempat bercita-cita ingin menjadi mahasiswa teknik. Namun, ia keluar dari zona nyaman dan mencoba hal baru di dunia Hubungan Internasional (HI). Di sini, ia mulai menemukan passion baru.
ADVERTISEMENT
Lalu, saat kuliah S1 di Jepang, Indah sempat terjun ke dunia pendidikan sebagai guru paruh waktu. Ketika itu, ia mengajar untuk mendapatkan uang tambahan demi memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Melalui pengalamannya ini, Indah merasa bahwa ternyata ia sangat suka mengajar.
Sebelumnya, ia juga pernah bekerja paruh waktu sebagai tour guide. Namun, ia merasa jauh lebih menikmati pekerjaan sebagai pengajar ketimbang tour guide.
“Aku coba fokus ke pendidikan. Pada saat itu karena aku butuh buat uang di Jepang, buat biaya hidup. Akhirnya aku banyak kerja jadi guru dan ternyata di situ aku menemukan bahwa aku suka banget mengajar. Aku kerja di tempat lain jadi tour guide, itu rasanya dua jam rasanya lama banget, Pada saat mengajar, aku bisa mengajar tujuh jam nonstop dan rasanya kayak dua jam. Aku se-enjoy itu mengajar anak kecil. Aku sesenang itu mengajar,” ungkap Indah.
ADVERTISEMENT
Karena itu, ia mengaku justru menemukan passion, saat dia terpaksa harus mengerjakan suatu hal yang sebenarnya tidak ia suka di awal. Jadi, menurutnya ungkapan yang tepat bukan ‘follow your passion’, melainkan melakukan yang terbaik dengan pekerjaan apa pun yang ada saat. “Be the best in your field mungkin menurut aku daripada follow your passion,” kata Indah.
Kini, Indah pun tengah menekuni pekerjaanya sebagai research analyst di lembaga keuangan internasional World Bank atau Bank Dunia. Menurutnya, dengan fokus menekuni apa yang ada di hadapannya dan berusaha melakukan yang terbaik, hal-hal baik lainnya akan mengikuti. Hal-hal baik itu bisa berupa kesempatan, orang-orang di sekitar, dan lainnya.
“Karena pada saat kita lakukan yang terbaik, hal-hal lain akan mengikuti. Kesempatan yang lebih baik, orang-orang, dan lain-lain yang mungkin nantinya akan mengantarkan kita ke sesuatu yang kita lebih suka. Aku sendiri merasa bahwa terkadang kita tidak harus follow our passion. Terkadang yang kita kira passion itu sebenarnya comfort zone kita selama ini,” ujar Indah.
ADVERTISEMENT