Belajar Sukses Side Hustling dari Co-Founder Nona Woman Nicole Jizhar

29 Juli 2022 19:57 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Belajar Sukses Side Hustling dari Co-Founder Nona Woman Nicole Jizhar. Foto: dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Belajar Sukses Side Hustling dari Co-Founder Nona Woman Nicole Jizhar. Foto: dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Workaholic adalah kata yang tepat untuk menggambarkan Nicole Jizhar, Co-Founder platform edukasi menstruasi Nona Woman. Ia sendiri mengakui hal tersebut karena sejak mengawali karier di dunia perbankan, kesibukan kerjanya begitu tinggi.
ADVERTISEMENT
Jadi tak heran kalau saat ini Nicole Jizhar memegang dua peran penting di dua bidang yang sangat berbeda. Selain menjadi co-founder Nona Woman, Nicole juga berperan sebagai executive vice president untuk Modena Indonesia.
“Saya termasuk orang yang workaholic… Saya terbiasa bekerja sampai tengah malam saat di New York dulu. Jadi kalau di sini tidak full, saya terus-terusan merasa harus melakukan hal lain,” ungkap Nicole kepada kumparanWOMAN.
Meski begitu, Nicole merasa beruntung karena dirinya tak mudah terdistraksi. Saat mengerjakan sesuatu, Nicole mudah fokus dan ia memanfaatkan itu semaksimal mungkin. Di pagi hari, perempuan 27 tahun ini bekerja untuk Modena dan malam hari, ia menggarap proyeknya bersama Nona Woman.
Nah, untuk kamu yang ingin belajar hustling menjalani pekerjaan sekaligus memberikan dampak positif lewat proyek lain, simak kisah Nicole Jizhar dalam konten Bincang Karier kumparanWOMAN berikut ini.
ADVERTISEMENT

Anda saat ini menjabat sebagai Co-Founder Nona Woman dan Executive Vice President untuk Modena. Jelaskan dengan singkat perjalanan karier Anda.

Latar belakang saya sebenarnya finansial karena kuliah di The Wharton School, University of Pennsylvania, di Philadelphia, AS, dengan jurusan finansial real estate. Kemudian bekerja kurang lebih tiga tahun di JP Morgan, salah satu bank terbesar di New York.
Setelah itu ambil S2 di sekolah bisnis, London Business School. Di sana saya bertemu Co-Founder saya di Nona Woman, Monica Pranatajaya. Kami memiliki pemikiran yang sama, saat kembali ke Indonesia ingin melakukan sesuatu yang berdampak baik.
Kebetulan dulu saya pernah magang di perusahaan tampon organik, lalu Monica juga pernah bekerja di lini kesehatan. Dari sana kami tahu bahwa isu darurat seputar perempuan adalah period poverty atau minimnya akses pada produk menstruasi hingga sanitasi bersih.
ADVERTISEMENT
Lalu kami sepakat jika perempuan tidak bisa sejahtera dalam hal menstruasi, kita tidak akan bisa achieve gender equality. Kalau perempuan tidak bekerja dan sekolah, kita tidak akan achieve women empowerment. Jadi kami membentuk Nona Woman pada 8 Maret 2021 saat perayaan Hari Perempuan Internasional.
Monica Pranatajaya dan Nicole Jizhar, Co Founder Nona Woman. Foto: dok. Istimewa

Saat ini Anda juga bekerja di Modena, apa saja peran Anda?

Saya bekerja di Modena sebagai executive vice president. Setiap hari saya mengerjakan banyak hal, mulai dari strategi perusahaan hingga operation.

Punya dua pekerjaan tentu tidak mudah, bagaimana cara Anda membagi waktu?

Jadi setiap hari saya bangun jam 6.00 pagi, setelah itu bekerja untuk Nona Woman. Mungkin mengunggah konten dan mengecek akunnya sebentar. Selanjutnya saya olahraga, sarapan, lalu masuk kantor jam 10.00 pagi dan pulang kurang lebih jam 19.00.
Kemudian saya kembali mengerjakan proyek di Nona Woman. Biasanya mengunggah konten lagi, karena selain pagi, orang-orang aktif main media sosial biasanya jam pulang kerja. Tak cuma mengunggah konten, kami juga bikin IG Live.
ADVERTISEMENT
Selain itu saat weekend saya fokuskan waktu untuk menyusun konten Nona Woman selama seminggu ke depan.

Apa saja tantangannya dalam menjalani dua pekerjaan sekaligus?

Untuk saya isunya adalah waktu. Saat weekday saya sudah padat dengan segala aktivitas, lalu di akhir pekan juga banyak fokus untuk Nona Woman. Jadi saya tidak punya banyak waktu untuk diri sendiri alias me time.
Tantangannya adalah taking time for personal self-care. Buat saya ini penting karena di Nona Woman kami membahas bahwa stres itu sangat buruk untuk hormon. Jadi saya tidak mau munafik. Saya sendiri adalah orang yang workaholic dan berusaha supaya tidak terlalu stres, kalau tidak, itu bisa berdampak pada siklus bulanan saya.
Sebagai penderita gangguan hormon Polycystic Ovary Syndrome (PCOS), stres bisa menyebabkan menstruasi berhenti. Oleh karena itu, saya sendiri berusaha keras supaya bisa mendapatkan waktu untuk personal care dan physical health.
ADVERTISEMENT

Apakah Anda pernah mengalami burnout karena aktivitas yang super padat?

Tentu saja pernah, tapi itu dulu, saat aku masih kuliah karena sekolahnya sangat kompetitif. Burnout yang terjadi waktu itu yang jadi salah satu penyebab saya mengalami PCOS.
Jadi dulu kegiatannya belajar untuk ujian, mengerjakan tugas, dan mempersiapkan wawancara kerja. Di luar itu, kalau sekolah di AS banyak sekali pesta, jadi I was partying hard too.
Sehingga pada waktu itu tubuh saya overdrive, overheat, dan ditambah makanannya tidak sehat. Akibatnya saya tidak menstruasi selama sembilan bulan, Oleh karena itu, sekarang saya berusaha semaksimal mungkin untuk lebih mengenali tubuh saya sendiri.
Saya juga belajar untuk memperhatikan level stres. Saat merasa ada tanda-tanda stres sedikit saja, sekarang saya langsung berusaha keras untuk menenangkan diri. Salah satunya dengan mengikuti terapi, journaling, hingga meditasi sebelum tidur. Menurut saya ini adalah pelajaran terbesar dalam hidup saya.
Monica Pranatajaya (kiri) dan Nicole Jizhar (kanan), Founder nona. Foto: Dok. Pribadi

Kalau terkait pekerjaan, bagaimana Anda bisa tetap fokus dan bisa menyelesaikan semua tugas tanpa burnout?

ADVERTISEMENT
Saya merasa cukup beruntung karena termasuk workaholic yang mudah fokus. Jadi ketika duduk mengerjakan sesuatu, saya akan langsung fokus. Hal ini tidak menjadi isu buat saya.
Ini juga yang jadi alasan kenapa saya mantap mengerjakan Nona Woman. Saya terbiasa bekerja sampai tengah malam saat di New York dulu. Jadi kalau di sini tidak full, saya terus-terusan merasa harus melakukan hal lain.
Nicole Jizhar (Tengah) bersama Ayla Dimitri (Kiri) di acara MODENA for Women. Foto: dok. Istimewa
Tapi di luar itu, saya memastikan untuk selalu merencanakan hari. Setiap pagi, saya melihat catatan apa saja yang harus dilakukan hari ini, besok, dan selanjutnya. Dan setiap malam saya juga cek, apa saja pekerjaan hari ini yang belum selesai dan harus dikerjakan keesokan harinya.
Setiap Senin saya juga membuat rencana untuk seminggu ke depan. Lalu bulanannya, saya membuat self-planning untuk mempersiapkan monthly atau quarter review di perusahaan. Saya pribadi juga selalu membuat goals bulanan tergantung dengan kebutuhan.
ADVERTISEMENT

Apa yang menjadi prinsip kerja Anda selama ini?

Saya meyakini bahwa mengetahui kekuatan dan making the most out of your strength itu adalah hal yang penting, itu prinsip saya.
Banyak kekuatan perempuan yang tidak dimiliki laki-laki. Saat memutuskan sesuatu, kita bisa mengambil keputusan tanpa terburu-buru atau impulsif. Selain itu, sebagai pemimpin perempuan, mentoring juga adalah hal penting.
Oleh karena itu di Modena kami punya komunitas perempuan. Fungsinya untuk saling mendukung dan kami bisa fokus untuk mentoring women future leaders di Modena.
Nicole Jizhar, Co-Founder Nona Woman dan tim Nona Woman. Foto: dok. Istimewa

Apa yang membuat Anda termotivasi untuk terus mempertahankan Nona Woman meski jadi tak punya waktu untuk diri sendiri?

Bagi saya pribadi, Nona Woman itu self-rewarding. Saya tidak menyangka kalau proyek ini bisa seperti sekarang, diikuti banyak orang dan memberikan manfaat untuk perempuan.
Jadi meski ini bikin saya sangat sibuk, tapi Nona Woman sangat worth it dan rewarding karena saya tahu orang lain mendapatkan manfaat baik dari platform ini. Hal yang paling memotivasi adalah pesan-pesan dari para pengikut Nona Woman.
ADVERTISEMENT
Saya dan Monica sengaja menyimpan pesan-pesan positif dari mereka, jadi kalau kami merasa tidak ada motivasi, kami berusaha membaca pesan-pesan tersebut. Sehingga kami yakin apa yang dilakukan saat ini membawa perubahan, terutama untuk perempuan.
Selain itu, kondisi teman-teman perempuan, terutama yang di daerah itu cukup memprihatinkan terkait edukasi menstruasi dan seks. Kondisi-kondisi ini juga yang membuat kami terus bergerak maju.
(Kiri-kanan) Peace Jemima, Nicole Jizhar, Kartika Jahja, Monica Pranatajaya, Hannah Al Rashid, Agnes Rahajeng. Foto: dok. Istimewa

Sebagai perempuan yang menjalani multi peran dalam hal karier, bagaimana pendapat Anda mengenai istilah ‘Woman can have it all’?

Menurut saya itu benar, women can have it all. Sayangnya saya belum punya anak dan belum bisa merasakan semuanya, tapi saya yakin pasti itu jadi tantangan untuk semua perempuan.
Saya sangat mengagumi ibu rumah tangga dan ibu bekerja, mereka sangat menginspirasi. I think we can do whatever we want, kalau kamu memilih menjadi ibu rumah tangga, itu adalah pekerjaan terpenting di dunia karena ibu adalah yang mendidik generasi masa depan dan pembuat perubahan.
ADVERTISEMENT
Tapi kalau mau ada yang jadi career woman dan juggling di antara keduanya, itu juga bagus selama semua itu pilihan mereka sendiri.

Adakah pesan untuk perempuan muda seperti Anda yang mau sukses berkarier sambil mengikuti kata hati membentuk platform atau komunitas?

Pesannya adalah setiap perempuan harus berusaha passion. Saat kamu tahu apa yang dilakukan sudah sesuai passion, seperti saya saat membentuk Nona Woman, rasanya akan terasa lebih mudah, mengerjakannya tidak terpaksa, rasanya tidak seperti sedang bekerja.
Untuk perempuan yang ingin cari hal lain untuk dilakukan di luar pekerjaan tetap, pastikan kamu mengenal diri sendiri dan mengetahui passion kamu. Saat waktunya tepat, semua akan menjadi lebih mudah.