Bincang dengan Mira Lesmana di Hari Perempuan Sedunia 2020

8 Maret 2020 15:21 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sutradara dan produser film Indonesia, Mira Lesmana. Foto: Dok. Netflix
zoom-in-whitePerbesar
Sutradara dan produser film Indonesia, Mira Lesmana. Foto: Dok. Netflix
ADVERTISEMENT
Dalam beberapa tahun terakhir, kita mulai melihat peningkatan representasi perempuan di dunia perfilman Indonesia. Beragam film berkualitas dihasilkan dan berfokus pada penggambaran isu perempuan; sebut saja film seperti 'Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak', 'Perempuan Tanah Jahanam', hingga 'Dua Garis Biru'.
ADVERTISEMENT
Hal ini tentu menjadi angin segar bagi para mereka yang sudah lama menginginkan partisipasi dan penggambaran yang berkualitas mengenai perempuan di industri film lokal. Dengan karya-karya ini, akhirnya industri film tidak hanya didominasi oleh karya-karya dari sineas pria berbakat.
Namun, seperti apakah pendapat para sineas perempuan mengenai isu dan representasi perempuan dalam dunia perfilman saat ini?
Sutradara dan produser film Indonesia, Mira Lesmana. Foto: Dok. Netflix
Baru-baru ini, Mira Lesmana, sutradara sekaligus produser film ternama, berbagi pandangannya mengenai peran dan eksistensi perempuan di dunia perfilman Indonesia. Sutradara film 'Ada Apa dengan Cinta?' ini mengatakan, peran perempuan sangat terasa di dunia perfilman Indonesia, khususnya dalam kurun waktu empat tahun terakhir.
Ini tak lepas dari film yang disutradarai ataupun diproduseri oleh perempuan, seperti 'Ada Apa dengan Cinta? 2' (Mira Lesmana), 'My Stupid Boss' (Upi Avianto), 'Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak' (Mouly Surya), hingga film 'Dua Garis Biru' (Gina S. Noer). Karya-karya ini berhasil mendapatkan jumlah penonton yang sangat banyak atau mendapatkan pengakuan dari dunia perfilman internasional.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, Mira menyoroti mengenai beberapa aspek yang masih bisa ditingkatkan di industri film lokal. Salah satunya, mengenai isu pelecehan seksual dan jaminan akan ruang aman bagi para pekerja film perempuan.
Mira mencatat, isu mengenai pelecehan seksual mulai santer terdengar di industri lokal, salah satunya setelah Mian Tiara, seorang penyanyi sekaligus aktris yang membintangi 'Perempuan Tanah Jahanam', membuka suara di Twitter. Pada Januari 2020, Mian bercerita mengenai pelecehan seksual yang dilakukan oleh seorang aktor senior terhadapnya di set film.
"Pembicaraan ini mulai bergulir sekarang, supaya perempuan-perempuan memastikan (mengenai keamanannya di lingkungan kerja)," ungkap Mira Lesmana dalam wawancara melalui video call yang difasilitasi oleh Netflix di Jakarta, Rabu (4/3).
Mira menjelaskan, pihaknya sendiri telah berusaha menjaga keamanan perempuan di set film, termasuk dengan menyertakan klausul pelecehan seksual dalam kontrak kerja Miles Film sejak 2017. Ia mengatakan, hal ini dilakukan untuk setidaknya mencoba menciptakan ruang kerja yang aman bagi perempuan.
ADVERTISEMENT
"Ini yang harus kita pastikan, bahwa perempuan merasa nyaman, aman dalam bekerja, karena mereka memang memberikan sudut pandang, kreativitas, dan hasil ekonomi yang baik kepada dunia perfilman," tutur Mira.
Mira Lesmana Foto: Munady
Selain masalah pelecehan seksual bagi pekerja film, Mira juga menyoroti soal penggambaran karakter perempuan di dalam film. Ia berpendapat, penting untuk meletakkan perempuan dalam posisi yang terhormat dan bukan sekadar pemanis dalam film. Dulu, ini pernah terjadi di tahun 70-80-an, ketika industri perfilman Indonesia masih bersifat sangat macho.
"Seorang perempuan itu diletakkan di posisi yang terhormat, dalam cerita apa pun yang kita buat. Dia bisa saja kita perlihatkan struggle-nya, tapi tidak menjadi objek hanya karena tubuhnya atau hanya untuk pemanis (dalam film). Dia harus punya role, tapi bukan sesuatu yang (dibuat) supaya laki-laki nyaman dan senang melihatnya," ungkap produser dari film 'Petualangan Sherina' tersebut.
ADVERTISEMENT
"Dunia akan lebih aman, lebih punya banyak value, lebih naik juga ekonominya, kalau perempuan itu ikut serta," ujarnya menambahkan.
Selain itu, Mira Lesmana mengatakan bahwa diperlukan lebih banyak perempuan di dunia perfilman. Meski saat ini sudah ada lebih banyak perempuan yang berkontribusi, diperlukan lebih banyak lagi perempuan yang turut berpartisipasi di dunia film.
"Ini bukan cuma soal narasi tentang perempuan, tapi saya yakin ketika perempuan menulis cerita, dia akan lebih sensitif, juga menambahkan nilai education dan beauty. Jadi, enggak cuma persoalan perempuannya aja, tapi secara keseluruhan, balance ceritanya, pasti value-nya bisa lebih baik," tegasnya.
Terakhir, Mira Lesmana juga mengajak agar baik laki-laki maupun perempuan bersama-sama mendukung kontribusi perempuan di dunia perfilman.
ADVERTISEMENT
"Saya ingin mengajak laki-laki untuk jadi pintar, memberikan ruang supaya perempuan bisa lebih berdaya dan berada di lingkungan kerja mereka. Karena, ini akan menciptakan berbagai hal yang lebih baik, juga bagi perekonomian," pungkasnya.
Bagaimana menurut Anda, Ladies?