Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Bincang Karier dengan Angelyn Bunardi, Chief Product Officer ERHA
26 Agustus 2022 19:33 WIB
·
waktu baca 8 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Bisa dibilang, untuk menduduki posisi puncak akan selalu ada ‘harga’ yang harus dibayar. Karena faktanya, sukses memang tidak datang begitu saja. Angel juga banyak bercerita bagaimana perjalanan awal kariernya, apa saja rintangan yang dihadapi, hingga akhirnya ia berani mengambil langkah untuk bergabung di ERHA Skincare.
Sebelum di ERHA, Angel pernah memiliki pengalaman bekerja di beberapa brand kecantikan ternama internasional, di antaranya Sephora dan L’Oreal Indonesia.
Lalu, bagaimana akhirnya Angel bisa bertahan, bahkan terus mengalami pertumbuhan karier di usianya yang terbilang masih muda?
ADVERTISEMENT
Ini dia obrolan Bincang Karier kumparanWOMAN bersama Angelyn Bunardi yang wajib Ladies simak. Tak hanya menginspirasi, tapi juga bisa memotivasi kamu dalam meraih mimpi dan cita-cita.
Menjabat sebagai Chief Product Officer di ERHA Skincare, seperti apa peran dan tanggung jawab pekerjaan kamu?
Pada dasarnya, semua hal yang berhubungan dengan produk over the counter (produk yang ada di pasaran dan bisa dibeli bebas tanpa resep dokter) ERHA menjadi tanggung jawab dalam divisi ini.
Tanggung jawabku meliputi banyak hal, seperti bagaimana membuat visi, strategi, hingga akhirnya sebuah produk itu diluncurkan. Lalu, aku juga bekerja untuk merencanakan pengembangan produk, desain kemasan produk, menetapkan pemasaran produk yang sesuai, dan terus melihat apa saja peluang produk baru yang konsumen butuhkan.
ADVERTISEMENT
Dulu kamu mengambil program studi Arsitek Interior saat kuliah, bagaimana ceritanya kemudian malah terjun dan bekerja di industri kecantikan?
Iya sebenarnya sedikit nyasar karier aku ini dan kalau boleh jujur, aku seperti ‘kecemplung’ di tengah jalan. Jadi, ceritanya ini lucu buatku. Waktu awal aku kuliah di Australia, dunia kecantikan belum berkembang seperti sekarang.
Aku waktu itu lagi mencari pelembap di sebuah department store. Setelah dua jam mencari dan tidak ketemu, aku justru tertarik dengan sebuah brand kecantikan Aesop, hanya karena tampilan desain produknya yang beda dari yang lain.
Sebagai anak desain, aku pun bertanya banyak soal brand dan produk tersebut. Tak disangka, awalnya mau beli produk, tapi justru ditawari untuk bekerja part time di sana.
ADVERTISEMENT
Aku pun lalu mengambil kesempatan itu dan merasa senang menjalani pekerjaanku. Dari sanalah, aku jadi semakin jatuh cinta dengan dunia kecantikan dan terus ingin belajar tentang industri ini.
Lalu, bagaimana kelanjutan perjalanan karier kamu hingga akhirnya kini bergabung di ERHA Skincare?
Saat part time di gerai Aesop, aku benar-benar memulai belajar dari bawah. Aku belajar mengurus kebutuhan toko, input stock produk, melayani pelanggan, jadi tim kasir, sampai bersih-bersih toko juga.
Setelah itu, karier aku pelan-pelan naik dan aku dipercaya menjadi Retail Manager. Kemudian, aku memutuskan untuk kembali ke Indonesia dan mendapat tawaran untuk menjadi Category Manager di Sephora, yang saat itu baru masuk di Indonesia.
Ini tantangan juga buatku karena aku harus belajar lebih banyak soal membangun identitas sebuah brand hingga juga berkomunikasi dengan para vendor.
ADVERTISEMENT
Dua tahun di Sephora, aku akhirnya mengambil kesempatan lain dengan bekerja di L’Oreal Indonesia sebagai Product Manager. Aku juga berkesempatan untuk fokus mengurus lebih dalam soal perencanaan dan pengembangan produk. Tidak hanya satu, tapi dari beberapa brand kecantikan ternama yang aku kepalai saat itu, mulai dari Lancome, Shu Uemura, serta Urban Decay.
Hingga akhirnya, datang tawaran untuk bergabung ke ERHA. Jujur, awalnya aku ragu mengambil langkah ini karena dulu ERHA hanya identik dengan klinik kecantikan.
Namun, ternyata aku dipercaya memegang untuk dua sampai tiga produk ERHA saat itu. Buatku, ini tantangan yang berbeda dan memacu aku untuk mempelajari lebih dalam brand kecantikan Indonesia.
Menjadi seorang leader di usia muda, bagaimana gaya kepemimpinan kamu?
Gaya kepemimpinan aku tidak bisa dipisahkan dari pengalaman kerjaku sejak awal berkarier. Aku merasa tumbuh menjadi perempuan yang mandiri. Aku juga dibentuk dengan baik di beberapa perusahaan yang sudah dikenal serta dipercaya banyak orang sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Jadi, dari sanalah aku belajar soal kemampuan memimpin dan menerapkan cara kerja tersebut di ERHA. Meski itu hal yang baik buatku, tapi tidak bisa dipungkiri juga, banyak yang bilang aku galak karena aku memang tipe orang yang straight forward alias tidak banyak basa-basi saat bekerja.
Namun, aku tetap berusaha menyesuaikan diri dan selalu belajar memahami perspektif yang berbeda dari orang lain.
Apa saja tantangan dan kesulitan yang kamu rasakan sebagai seorang pemimpin dan bagaimana kamu menghadapinya?
Buatku yang sangat terasa itu adalah language barrier. Banyak orang yang mungkin bisa salah paham karena hal ini. Contohnya saat aku mengatakan hal yang sebenarnya kasual dalam bahasa Inggris, tapi ternyata saat diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia akan terdengar seperti ‘direct’, dan ternyata kata-kata aku ini kurang bisa diterima dalam pengertian yang baik oleh tim.
ADVERTISEMENT
Untuk itu, aku terus berlatih berbicara dan menyampaikan sesuatu dengan kata-kata yang tepat, bisa diterima, dengan nada yang baik, serta lebih tenang. Aku juga banyak belajar dari para mentor soal tantangan dalam hal komunikasi ini.
Menyinggung soal mentor, seberapa penting menurut kamu memiliki mentor dalam perjalanan karier perempuan, terutama saat menjadi pemimpin di usia muda?
ADVERTISEMENT
Selain itu, kita bisa menjadikan pengalaman baik dan buruk mereka sebagai pelajaran buat kita dalam berkarier ke depannya.
Aku juga punya beberapa mentor hebat, seperti atasanku saat ini di ERHA, Bapak Ricardo Handoko dan Alfons Sindupranata. Selain itu, aku juga bersyukur punya mentor para perempuan tangguh selama perjalanan karierku, termasuk ketika aku di L’Oreal Indonesia dan di Aesop.
ADVERTISEMENT
Satu mentor yang tidak terlupakan juga adalah Belinda Barron. Beliau adalah seseorang yang membentuk aku sejak masih sekolah dulu dan memperkenalkan aku soal dunia kerja dan bisnis.
Apa yang menarik dari pekerjaan yang kamu jalani sekarang?
Lewat pekerjaan ini, aku dituntut untuk selalu bisa berpikir ke depan. Jadi, aku rasanya senang saat melakukan sebuah inovasi, yang tidak hanya bisa bermanfaat di hari ini, tapi juga di masa mendatang. Aku dan tim juga merasa diberi kebebasan untuk membawa produk-produk ERHA agar bisa semakin dikenal dan diterima oleh pelanggan.
Industri kecantikan lokal saat ini sedang berkembang pesat dan tampak saling bersaing. Bagaimana strategi yang dilakukan agar ERHA tetap menjadi pilihan?
Hal pertama yang paling penting adalah harus tahu apa yang menjadi kebutuhan dan minat konsumen ERHA saat ini. Ketika ingin menawarkan produk baru di pasaran, kita harus paham betul apa yang kita hadirkan itu.
ADVERTISEMENT
Jangan galau dengan produk yang kita keluarkan dan telah direncanakan dengan matang. Di saat bersamaan, penting juga untuk mengetahui identitas brand di pasaran. Dengan harapan, apa pun tren yang ada nantinya, kita jadi tidak mudah goyah karena kita tahu kualitas dan nilai brand kita sendiri.
Di tengah kesibukan, pernahkah merasa stres atau down, dan bagaimana kamu mengatasinya?
Pastinya pernah. Aku mengolah rasa itu dengan rutin melakukan pilates. Aku juga selalu menyempatkan waktu untuk ketemu teman-teman, seperti pergi ke coffee shop sampai dinner bareng. Oh iya, aku juga suka road trip. Aku senang berlibur dan mengunjungi tempat-tempat baru. Rasanya seru dan ini sangat membantuku untuk melepas stres.
Bagaimana cara kamu membagi waktu antara karier dan kehidupan pribadi?
Aku melatih diriku sendiri untuk hal ini agar tidak menjadi burnout. Aku fokus membawa pikiranku untuk benar-benar bekerja dari jam 07.30 sampai 20.00.
ADVERTISEMENT
Setelah itu, aku harus berusaha untuk switch off. Nah, di atas jam 20.00 inilah, aku sebisa mungkin menikmati waktu santaiku tanpa diganggu pekerjaan sama sekali. Aku biasanya menikmati wine, bertemu teman, sampai menonton Netflix.
Saat ini budaya overwork masih sering diglorifikasi. Apa pendapat kamu?
Menurutku, ini kembali ke diri masing-masing. Kamu perlu tahu batasan dirimu saat bekerja, harus bisa melihat apakah kegigihan kamu saat bekerja keras itu sehat atau justru jadi tidak sehat?
Adakah tips yang bisa kamu sampaikan untuk para perempuan yang bercita-cita ingin sukses di usia muda?
Perlu dimengerti dulu bahwa kesuksesan tidak selalu tentang hal yang besar.
Intinya, kamu yang tahu, apakah kamu puas menjalani hal itu dan apakah aktivitas yang kamu jalani itu bisa bermanfaat bagi banyak orang atau tidak.
Apa goals lain yang ingin kamu capai dalam hidup?
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Meski aku sangat mencintai pekerjaan di dunia kecantikan, tapi sejujurnya aku juga ingin belajar banyak hal lain di luar industri ini. Harapan lain, mungkin suatu saat aku bisa menjadi arsitek, seperti latar belakang pendidikanku.
Membentuk keluarga juga menjadi sesuatu yang ingin aku capai dalam hidup. Namun, di luar itu semua, aku sangat puas dengan apa yang telah aku capai hingga saat ini. Aku akan menjalani semua yang ada dengan sebaik mungkin.