Bincang Karier dengan Diana Riaya, Marketing Manager NIVEA Skin Care

17 Maret 2021 15:42 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Diana Riaya, Marketing Manager NIVEA Skin Care Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Diana Riaya, Marketing Manager NIVEA Skin Care Foto: Dok. Istimewa
Sudah malang melintang di bidang marketing dan selama kurang lebih 17 tahun, Diana Riaya, Marketing Manager NIVEA Skin Care, mengaku masih menjalani kariernya dengan penuh passion. Kegemarannya dalam memperhatikan hal-hal yang bersifat sosial, dan hal-hal yang berhubungan dengan antar manusia justru kini menjadi kunci suksesnya dalam berkarier.
Perempuan yang akrab disapa Diana ini memulai kariernya pada 2004 di sebuah perusahaan penyedia komunikasi media. Kala itu, ia memulai perjalanan kariernya sebagai seorang Account Manager. Setelah empat tahun bekerja sebagai Account Manager, Diana kemudian memutuskan untuk beralih profesi menjadi seorang Product Manager di perusahaan industri farmasi asal Inggris, GlaxoSmithKline (GSK).
Diana kemudian bergabung dengan Beiersdorf Indonesia (perusahaan multinasional asal Jerman yang menghasilkan berbagai macam produk kesehatan dan kecantikan; seperti Hansaplast dan NIVEA) pada 2013 dan langsung memegang jabatan sebagai Brand Manager.
Kecintaan Diana terhadap bidang marketing membuatnya belajar banyak hal. Mulai dari bagaimana proses menciptakan suatu produk dari awal, hingga bagaimana produk itu dipasarkan di market dan diterima di masyarakat.
Lalu, seperti apa pengalaman dan suka duka yang dihadapi Diana Riaya saat bekerja di bidang marketing? Untuk tahu mengenai hal itu, kumparanWOMAN pun berkesempatan berbincang singkat dengan ibu satu anak ini. Simak cerita pengalaman hingga tantangan yang dihadapi Diana saat bekerja di bidang marketing dalam sesi Bincang Karier kumparan ini.

Bagaimana kesibukan di tengah pandemi seperti sekarang ini? Apa hal yang paling berbeda dengan sebelum pandemi?

Diana Riaya (DR): Perbedaannya tentu terasa sekali ya. Kalau sebelum pandemi, kita kan menjalani aktivitas normal seperti biasa kayak pergi ke kantor, bekerja, terus pulang dan ketemu keluarga. Nah, kalau sekarang itu beda, kita harus bagi waktu antara pekerjaan kantor dan pekerjaan rumah. Itu yang kadang-kadang batasannya tidak terlalu jelas, kadang-kadang kita juga mengurus anak dahulu atau mengurus pekerjaan lainnya. Jadi itu sih, yang paling sulit mengaturnya. Tapi setelah satu tahun WFH akhirnya terbiasa juga.

Sebagai Marketing Manager NIVEA Skin Care, apa saja peran yang Anda lakukan?

DR: Tanggung jawab sebagai seorang Marketing Manager itu sebenarnya sama saja seperti pekerjaan-pekerjaan yang lain. Di mana kita dituntut ada KPI (Key Performance Indicator) yang harus di-achieve. Dalam hal ini KPI-nya berkaitan dengan hal-hal marketing ya, maksudnya supaya brand-nya NIVEA ini dan kategori yang ada di dalam tanggung jawab saya bisa memenuhi target gitu.
Jadi kalau di marketing itu, kita harus memikirkan ide (campaign) dari mulai produk tersebut launching, dipasarkan, hingga diterima oleh masyarakat. Terus kalau mau bikin apa pun, kita harus tahu dulu sebenarnya konsumen itu maunya apa, dan kita harus memikirkan bagaimana cara mengirimkan pesan itu ke konsumen.
Nah, kategori yang saya pegang di NIVEA sendiri lumayan banyak dan semua berhubungan dengan perempuan; mulai dari body care, face cleansing, face care, sun care atau sunblock, hingga lip care.
Diana Riaya, Marketing Manager NIVEA Skin Care Foto: Dok. Istimewa

Bekerja di bidang marketing untuk industri kecantikan yang kompetitif, apa tantangannya?

DR: Bagi saya, hal yang paling menantang adalah bagaimana untuk terus bisa berinovasi, bisa selangkah lebih maju dan lebih cepat dari kompetitor dan menghadirkan produk yang sesuai dan dibutuhkan konsumen. Seperti kita ketahui, tren kecantikan selalu berkembang dengan cepatnya, baik itu karena ada ingredients baru, format baru, maupun teknologi baru dalam dunia skin care yang tentunya semua didasarkan pada kebutuhan konsumen untuk memiliki kulit ideal yang diidam-idamkan.

Anda memiliki latar belakang teknik sipil, lalu apa yang membuat anda tertarik untuk terjun ke dunia marketing?

DR: Saat SMA menuju kuliah saya itu punya cita-cita ingin menjadi insinyur. Cita-cita itu akhirnya kesampaian, ketika saya diterima di S1 Teknik Sipil. Namun, pada saat saya menjalani kuliah di bidang tersebut, saya merasa itu bukan dunia saya.
Seiring berjalannya waktu, saya mulai sadar ternyata saya menyukai dunia marketing, karena pada saat itu saya lebih suka memperhatikan hal-hal yang sifatnya sosial. Setelah tahu apa yang saya suka, akhirnya saya memutuskan untuk mengambil pendidikan magister (S2) yang fokus pada marketing. Saya juga mulai pertama kali bekerja di bidang marketing pada 2004.

Saat berkarier pernah merasakan burn out?

DR: Kalau boleh jujur pastinya iya pernah merasakan burn out, karena tidak mungkin ya saat berkarier perjalanannya mulus terus. Saya pribadi lebih banyak merasa burn out saat WFH. Karena semuanya tidak ada batasan. Kita juga harus benar-benar pintar memilah waktu dan memiliki support system yang bagus, kalau enggak itu (pekerjaan) akan kecampur-campur terus. Saya juga kadang merasa hal itu melelahkan, apalagi anak saya juga butuh perhatian khusus. Tapi buat saya move on saja, karena itu risiko sebagai seorang ibu bekerja ya, jadi dihadapi saja. Sebab, besok adalah new day, dan itu akan ada rezekinya sendiri.

Sebagai seorang leader, prinsip-prinsip apa saja yang selalu Anda terapkan?

DR: Prinsipnya sebetulnya simpel ya, kalau saya lebih meng-empower tim dan make sure bahwa mereka itu bisa mandiri dan berprestasi. Intinya, men-encourage mereka untuk melakukan yang terbaik. Selain itu, saya juga selalu make sure ke tim saya untuk open communication, sehingga kalau ada apa-apa bisa diceritakan dan dibahas lebih dulu. Karena bagi saya, komunikasi itu penting apalagi di kondisi WFH seperti sekarang ini.

Sebagai perempuan yang berkarier di perusahaan yang bergerak di bidang produk kecantikan, menurut Anda seberapa penting penampilan bisa mendukung perempuan dalam berkarier?

DR: Bukan karena saya bekerja di bidang kecantikan saja ya, tapi sebagai seorang perempuan kita harus tetap tampil stylish dan cantik (saat bekerja). Karena menurut saya, penampilan yang menarik itu bisa membuat feeling happy dan mood lebih senang. Selain itu, bagi perempuan merawat kulit juga sangat penting, tujuannya untuk mencegah penuaan saat memasuki usia tua. Kalau saya biasanya merawat kulit sehari-hari cukup simple; seperti membersihkan wajah, memakai pelembap, body lotion, hingga sunscreen.

Dengan segudang kesibukan yang dijalani, bagaimana cara Anda mengatur waktu antara pekerjaan, diri sendiri, dan untuk keluarga?

DR: Sebenarnya saya juga masih belajar bagaimana bisa menyeimbangkan waktu antara pekerjaan, diri sendiri, dan keluarga. Karena kadang-kadang dengan tuntutan pekerjaan yang banyak dan back to back meeting sampai malam, itu agak sulit. Tapi untuk menyiasatinya, saya biasanya menegaskan ke tim kalau jam 7 hingga jam 8 malam itu saya off dulu untuk quality time sama keluarga. Itu yang saya lakukan setiap hari. Kalau weekend dan tidak ada hal yang penting, saya biasanya off dari handphone. Jadi, pagi olahraga sama anak dan keluarga, setelah itu melakukan aktivitas lain. Intinya berusaha untuk off dari handphone selama sekejap.
Diana Riaya, Marketing Manager NIVEA Skin Care Foto: Dok. Istimewa

Apakah masih sempat me time? Kalau masih, apa saja yang dilakukan saat me time?

DR: Biasanya saya menyiram tanaman. Karena selama pandemi ini, saya jadi lebih rajin untuk mengurus tanaman di rumah. Dan saat melakukan itu, seperti ada kesenangan sendiri ketika melihat tanaman tumbuhnya bagus. Jadi paling me time-nya itu sih menyiram atau merawat tanaman, atau paling tidak nonton Netflix sebelum tidur.

Ada pesan yang ingin disampaikan untuk perempuan yang ingin menekuni karier di perusahaan multinasional?

DR: Yang pertama, jangan pernah takut atau ragu. Karena kadang-kadang banyak yang sudah mau apply, tapi mereka minder atau takut duluan dan hal itu menurut saya salah ya. Kalau kita punya kemauan, kenapa tidak dicoba gitu.
Yang kedua, kita harus banyak bergaul dan mencari informasi-informasi. Sekarang kan informasi sudah tidak terbatas nih, maksudnya dengan dunia digital ini informasi sudah ada di mana-mana. Terus, kalau kita punya kemampuan yang cukup, kita harus percaya diri untuk mencoba. Kenapa? Karena sepengalaman saya bekerja di perusahaan multinasional, rata-rata perusahaan itu akan men-develop karyawan-karyawannya. Jadi, kalau mereka menunjukkan satu talent atau kinerja yang bagus, perusahaan itu mengembangkan talent yang dimiliki karyawan tersebut. Menurut saya itu kesempatan yang bagus, jadi jangan pernah takut atau ragu dengan kemampuan yang kita miliki.

Bagaimana dengan tips agar sukses membangun karier di bidang marketing kecantikan?

DR: Yang paling penting adalah harus menyukai dunia beauty atau skin care, karena kita harus menggunakan produknya sehari-hari dan mau untuk mencoba produk baru. Lalu yang kedua, harus selalu up to date dengan perkembangan atau tren kecantikan terkini. Misalnya, tren Korean multi-steps, double cleansing, brand-brand baru yang bermunculan, hingga natural dan organic ingredients. Intinya, harus rajin membaca riset-riset yang berhubungan dengan beauty atau skin care, review-review produk online, influencer review, dan sebagainya. Yang ketiga, usahakan untuk memperhatikan produk-produk baru (milik kompetitor); mulai dari komunikasi atau pesan yang disampaikan hingga klaim-klaim terbarunya.