Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Bincang Karier dengan Vina Muliana, Content Creator & Staff di BUMN MIND ID
21 September 2021 13:08 WIB
·
waktu baca 9 menitCantik, pintar, dan energik. Tiga hal itu cocok untuk menggambarkan sosok Vina A. Muliana Omar. Nama Vina Muliana sendiri cukup akrab di telinga. Sosoknya sangat populer di jejaring TikTok, karena sering membagikan konten seputar tips karier di BUMN . Selain membagikan konten seputar tips karier di BUMN, Vina juga sering membagikan konten seputar kiat-kiat saat melamar kerja; mulai dari membuat CV hingga proses wawancara. Konten-konten itu dikemas Vina dengan unik dan menyenangkan.
Vina merupakan Pegawai BUMN di Mining Industry Indonesia (MIND ID ). MIND ID sendiri adalah Holding Industri Pertambangan Indonesia. Dengan kata lain, MIND ID merupakan perusahaan induk yang membawahi lima perusahaan pertambangan terbesar di Indonesia; seperti PT ANTAM Tbk., PT Bukit Asam Tbk, PT Freeport Indonesia, PT Inalum (Persero), dan PT Timah Tbk. Sementara itu, di MIND ID, Vina sendiri menjabat sebagai Executive Assistant to Group CEO.
Namun, sebelum bekerja di Mining Industry Indonesia, Vina tercatat pernah menjadi asisten Wakil Menteri BUMN 1 dan pernah menjabat sebagai Communication Specialist di Kementerian Badan Usaha Milik Negara . Selain itu, ia rupanya juga pernah menjadi reporter di Liputan.6.com selama lebih dari tiga tahun.
Sebelum terjun ke dunia profesional, perempuan lulusan S1 Pertanian di Universitas Padjadjaran itu ternyata pernah dinobatkan sebagai None Jakarta, pada Agustus 2014. Konon, penobatannya itu sempat mencetak sejarah di kontes Abang dan None (Abnon) Jakarta karena menjadi pemenang pertama dan satu-satunya di None Jakarta yang berhijab.
Di tengah kesibukannya bekerja, Vina dengan senang hati meluangkan waktunya untuk berbincang virtual bersama kumparanWOMAN. Kepada kami, Vina bercerita banyak hal; mulai dari pengalaman dan suka duka yang dialami saat bekerja di BUMN, hingga cerita bagaimana Vina bisa terjun ke dunia content creator.
Seperti apa kisahnya? Simak perbincangan hangat kami dengan Vina Muliana untuk rubrik Bincang Karier berikut ini!
Apa saja kesibukan Anda saat ini?
Vina Muliana (VM): Jadi, kesibukan aku sehari-hari paling bekerja. Sekarang aku bekerja full time di Mining Industry Indonesia sebagai Executive Assistant to Group CEO.
Nah, di waktu senggang aku juga sering bikin konten. Mostly kontentnya tentang karier, tips kerja, dan lain-lain. Awalnya aku bikin konten-konten itu di TikTok, tapi sekarang aku masukkan juga ke Instagram.
Jika dilihat dari riwayat pendidikan, Anda lulus dari Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, lalu setelah itu memutuskan untuk memulai karier sebagai seorang jurnalis. Kenapa memilih jalan karier yang berbeda dari bidang studi yang diambil?
VM: Jadi sebelum lulus kuliah, kira-kira waktu semester 5 atau 6, aku sempet ngobrol sama diri sendiri tentang rencana karier aku ke depan. Setelah itu, aku sadar bahwa aku punya bakat di bidang komunikasi, dan bakat ini sudah aku punya sejak kecil. Misalnya, sejak kecil aku senang sekali menulis, lalu pas SMP aku juga sering ikut pidato bahasa Inggris.
Bakat ini terus aku bawa hingga kuliah, di mana semua kegiatan yang aku ikuti pasti bidangnya komunikasi. Dari situlah, aku pun berani ikut kontes Abang None Jakarta, karena merasa bahwa aku memiliki skill di bidang komunikasi. Kontes ini aku ikuti saat akhir-akhir masa semester kuliah.
Nah, sejak ikut Abang None Jakarta, aku pun langsung menetapkan diri untuk bekerja di bidang komunikasi, bukan pertanian. Singkat cerita, setelah lulus kuliah, aku pun memutuskan untuk jadi wartawan yang memang berkaitan dengan bidang komunikasi. Setelah 3,5 tahun jadi wartawan, aku pun mendapatkan kesempatan kerja di Kementerian BUMN sebagai Communication Specialist. Jadi, aku ambil kesempatan itu, karena aku pikir ranahnya masih sama yaitu komunikasi.
Dari sanalah akhirnya kemudian aku berkarier di BUMN hingga sekarang. Jadi memang terlihat industrinya berbeda-beda ya, tapi kalau ditarik benang lurus, bidangnya itu tetap sama yaitu komunikasi cuma industrinya saja yang berbeda.
Memiliki gelar None Jakarta 2014, adakah privilege yang didapatkan dari penobatan itu terhadap kehidupan karier Anda?
VM: Pastinya ada, karena ketika dinobatkan sebagai pemenang berarti kita dianggap memiliki kompetensi lebih kan. Tapi, di sisi lain, aku merasa bahwa ini menjadi tantangan tersendiri ya. Karena, predikat None Jakarta itu kan tidak selamanya orang akan ingat terus, soalnya pasti ada pemenang baru lagi setiap tahunnya. Intinya, enggak semua orang itu akan kenal dengan sosok kamu.
Saat ini Anda memegang jabatan Executive Assistant to Group CEO di Mining Industry Indonesia. Bisa dijelaskan apa saja yang menjadi tugas dan tanggung jawab Anda terkait posisi tersebut?
VM: Jadi, aku bertanggung jawab untuk mengurus semua hal yang berkaitan dengan CEO kami; mulai dari administrasi, penjadwalan, rapat kantor, hingga menyortir beberapa tanggung jawab, kira-kira mana yang harus dikerjakan lebih dulu dan mana yang dikerjakan belakangan.
Aku juga sering terlibat dengan data-data rahasia. Jadi, aku bertanggung jawab untuk memilah mana saja data atau informasi yang harus diketahui semua orang, mana yang harus diketahui oleh sebagian orang, dan mana yang tidak boleh diketahui sama siapa-siapa. Jadi intinya pekerjaannya ini tuh aku berada di bawah Corporate Secretary, tapi membantu dalam hal managing day to day bisnisnya.
Tantangan atau kesulitan apa saja yang kerap dihadapi saat berkarier di BUMN? Adakah tantangan khusus bagi perempuan untuk mendaki jenjang karier di BUMN?
VM: Menurut aku, tantangan terbesar ketika bekerja di BUMN adalah kita harus tahu stakeholder mana saja yang kira-kira sesuai dengan bisnis perusahaan. Contohnya, aku kan bekerja di BUMN tambang, jadi aku harus tahu stakeholder apa saja yang berhubungan dengan industri pertambangan, misalnya Kementerian ESDM, dll.
Untuk tantangan sebagai perempuan, aku rasa tidak banyak ya. Justru aku merasa bekerja di BUMN itu lebih safe, ibaratnya kayak PNS lah, karena dari segi kompensasi, remunerasi itu sangat menjanjikan.
Lalu, bagaimana dengan tantangan bekerja selama WFH? Adakah tantangan khusus yang Anda rasakan selama WFH?
VM: Menurutku tantangan paling berat sebenarnya saat WFH itu adalah setting up boundaries ya, jadi kayak batasan antara pekerjaan dan istirahat itu jadi blur. Karena itu, kita pun harus pintar-pintar membagi waktu, kapan waktu untuk bekerja, kapan waktu untuk mengurus rumah tangga, kapan waktu istirahat, hingga waktu untuk diri sendiri. Jadi, bener-bener harus pintar mengatur waktu. Apalagi kita sebagai perempuan ya, kita itu kan dituntut harus multitasking. Nah, untuk itu kita pun harus bisa setting up boundaries.
Banyak yang mengenal Anda sebagai career content creator, boleh diceritakan secara singkat bagaimana Anda terjun ke dunia content creator? Apa yang membuat Anda tertarik untuk terjun ke dunia tersebut?
VM: Content creator HR itu kan sebetulnya banyak banget ya, enggak cuma aku saja. Tapi aku sadar, bahwa di antara mereka itu belum ada yang spesialisasinya di BUMN. Maksudnya yang memberikan informasi seputar rekrutmen di BUMN itu sangat sedikit.
Dari situlah, aku pun berpikir untuk membuat konten-konten tentang tips berkarier di BUMN, karena aku sendiri memiliki pengalaman pribadi bekerja di BUMN. Aku merasa bahwa semua orang itu perlu tahu informasi tentang rekrutmen, cara melamar, hingga berkarier di BUMN. Nah, informasi ini bisa mereka miliki salah satunya lewat chanel aku.
Sejak kapan tepatnya Anda terjun ke dunia content creator?
VM: Aku mulai bikin konten di TikTok itu Februari 2021. Sebetulnya, sudah download TikTok sejak 2020, pas lagi booming banget ketika awal pandemi. Tapi, saat itu aku hanya jadi penonton atau penikmat saja.
Tapi, lama-kelamaan aku berpikir, pengguna TikTok dan Instagram itu kan beda banget ya, dan di TikTok itu kebanyakan gen Z yang masih awam banget tentang karier. Aku pernah lihat ada pengguna yang curhat nangis-nangis karena dipecat pas lagi pandemi, terus dia jadi sedih sendiri. Dari sana lah aku berpikir mereka kok bisa seperti itu ya?
Dari akhirnya aku buat konten video tentang karier. Video pertama aku juga simpel banget. Terus seminggu kemudian, aku buat konten tentang Kementerian BUMN dan kebetulan mereka punya fasilitas baru jadi aku buat konten tentang ‘Kerja di Kementerian rasa Start Up Check’. Setelah itu, videonya pun jadi booming. Terus, dari sana aku jadi rajin bikin konten tentang tips dan cara kerja di BUMN.
Sebetulnya enggak pernah kepikiran tuh jadi content creator, tadinya cuma iseng dan ingin memberikan solusi buat pengguna TikTok soal karier.
Apakah semua konten video yang Anda buat diproduksi oleh Anda sendiri? Atau ada tim khusus yang membuat konten-konten tersebut?
VM: Sejauh ini, aku sendiri yang mengurus content creating-nya. Dari riset konten, setting lampu, setting kamera, sampe edit video juga aku sendiri yang handle. Dulu kan aku sempat jadi reporter ya, jadi aku tahu bikin konten yang baik itu seperti apa, lalu konten-konten yang disukai itu seperti apa. Terus, aku juga dulu jadi reporter bisnis dan ekonomi, jadi sebenarnya bahasannya tidak beda jauh.
Lalu, bagaimana Anda membagi waktu antara pekerjaan di kantor dan membuat konten di media sosial?
VM: Kalau aku pribadi, ketika kerja ya aku akan full untuk bekerja. Jadi, Senin-Jumat aku akan fokus bekerja dan jarang buka TikTok. Aku bener-bener baru fokus ke TikTok itu setelah selesai kerja atau after hour sekitar jam 8 sampai 10 malam saat weekdays. Baru full itu saat weekend, aku akan nabung buat konten. Aku bisa bikin 5-7 video saat weekend, baru setelah itu tinggal di post saja.
Terakhir, ada pesan buat para perempuan yang ingin berkarier di BUMN? Hal-hal apa saja yang harus dipersiapkan saat melamar ke BUMN?
VM: Hal pertama yang harus dipahami ketika melamar kerja ke BUMN itu adalah proses atau tahapan seleksinya lebih panjang dibanding perusahaan swasta. Jadi, aku menyarankan teman-teman harus punya stamina yang cukup, dan kesabaran yang ekstra.
Terus, saat melamar kerja ke BUMN, pastikan untuk melengkapi berkas secara detail. Pastikan juga sebelum kirim file atau berkas lamaran harus dibaca lagi dengan saksama.
Selanjutnya, di BUMN itu kan ada tes dulu ya saat rekrutmennya dan ini yang bikin beda dengan rekrutmen di perusahaan swasta. Kalau di perusahaan swasta, setelah CV dinyatakan lolos lalu dipanggil wawancara, nah kalau di BUMN itu pasti ada test dulu. Jadi, usahakan untuk belajar atau latihan-latihan dulu sebelum ikut test.
Lalu, ketika masuk ke tahapan wawancara, aku menyarankan teman-teman untuk mempersiapkan diri dengan maksimal. Karena, proses wawancara di BUMN itu enggak sekali dua kali, apalagi kalau ikut Management Trainee (MT) itu wawancaranya bisa sampai 3-4 kali. Ketika masuk tahapan ini, teman-teman disarankan belajar dengan detail; mulai dari perusahaannya apa, bergerak di bidang apa, bisnisnya di mana, hingga industrinya tentang apa.
Setelah itu, baru nanti ada yang namanya tes kesehatan atau medical check up. Saat mengikuti tes ini, aku menyarankan untuk tidur cukup dan menjaga kesehatan selama proses itu. Kira-kira seperti itu kah gambaran melamar kerja di BUMN, itu bisa menghabiskan waktu antara tiga hingga enam bulan, tergantung BUMN-nya.