Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Boah Sartika, Komika Perempuan yang Berani Dobrak Batasan di Dunia Komedi
30 Maret 2022 10:58 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
Panggung stand up comedy semakin ramai dengan kehadiran komika (sebutan untuk stand up comedian) perempuan asal Cikarang, Boah Sartika. Boah, yang baru-baru ini beraksi di program spesial Women in Comedy, ternyata memiliki kepedulian terhadap isu yang dihadapi para perempuan.
ADVERTISEMENT
kumparanWOMAN berkesempatan untuk berbincang-bincang langsung dengan komedian berusia 22 tahun ini. Boah menceritakan berbagai hal, mulai dari perjalanan menjadi seorang stand up comedian perempuan, batasan yang dihadapi sebagai seorang komika perempuan, hingga akhirnya mengatasi tantangan itu.
Perempuan kelahiran 8 Maret 2000 ini terjun ke dalam dunia stand up comedy pada akhir 2015. Keputusan yang diambil Boah untuk menjadi stand up comedian terbilang cukup nekat. Pasalnya, belum banyak perempuan yang mendalami bidang ini. Terlebih, saat itu Boah masih berusia 15 tahun.
Cerita masuknya Boah ke dalam bidang ini ternyata cukup unik. Mulai dari terpesona dengan lawakan Raditya Dika, hingga diiming-imingi tiket masuk kolam renang.
Perjalanan menjadi stand up comedian
Boah mengaku, dirinya sejak lama memang sering tampil di berbagai pengajian, pidato-pidato, atau sesi ceramah. Saat itu, Boah bahkan tidak tahu apa itu stand up comedy.
ADVERTISEMENT
“Jadi, Boah, tuh, sering tampil. Sering kayak di pengajian, pidato, ceramah gitu. Akhirnya, Boah ngelihat Raditya Dika tampil, kan, di YouTube. ‘Ini orang ngapain, ngomong doang lucu.’ Setelah itu Boah ikut komunitas Stand Up Comedy Cikarang, mencoba menjajal stand up dengan tidak tahu tulisan materi itu bener apa enggak,” ungkap Boah kepada kumparanWOMAN pada Jumat (25/3).
Tak lama setelah bergabung dengan komunitasnya, Boah pun dipaksa oleh temannya untuk tampil di panggung, dengan diiming-imingi hadiah tiket kolam renang.
“Dia [teman] enggak bilang [Boah] lucu, tapi dia bilang, ‘Maju aja yakin, soalnya dapat tiket berenang.’ Jadi Boah dibuat taruhan, nih. Alhamdulillah menang, akhirnya diangkat sama Stand Up Comedy Cikarang dan ikut pelatihan, sampai sekarang,” beber dia.
ADVERTISEMENT
Batasan dan tantangan di dunia stand up comedy
Jalan berliku Boah di dunia stand up tak hanya dilewati di awal, tetapi juga di sepanjang tujuh tahun kariernya sebagai stand up comedian perempuan. Menurut Boah, stigma terhadap komika perempuan membuat dirinya cukup kesulitan.
“Agak susah kalau perempuan ngomongin [yang] sensitif, tentang [topik] 18+. ‘Eh, kok cewek ngomong gitu?’ Kan, kita bahas itu [saat stand up] karena kita penasaran,” ungkap Boah.
Selain itu, stigma lainnya yang dihadapi Boah adalah bahwa perempuan tidak boleh berkata kasar.
“Nah, itu kayak sedikit keterbatasan karena, kayak apalagi kalau show gitu, kan, sudah ada kelepasan ngomong kasar, kadang-kadang ada yang [bilang], “Kok perempuan ngomong kasar, apalagi berhijab?’ Padahal itu [kata kasar] penambah punchline aja, enggak full kasar gitu,” jelas dia.
ADVERTISEMENT
Satu stigma lainnya yang kerap membuat Boah geram adalah tudingan bahwa stand up comedian perempuan itu tidak lucu seperti para lelaki.
“Kadang ada penonton tuh kayak, ‘Stand up comedian perempuan, mah, enggak ada yang lucu, enggak kayak cowok yang lebih berani’. Lagi pula, selera humor orang beda-beda. Buat selera humor, ngapain harus berdebat? Kalau enggak suka, ya, enggak harus ditonton.”
Mendobrak batasan dan melewati tantangan
Boah pun tidak tinggal diam menghadapi stigma dan batasan tersebut. Lewat caranya sendiri, yaitu stand up comedy show secara offline, Boah menanamkan pemahaman bahwa tak ada salahnya perempuan berkata kasar atau membahas soal isu sensitif, selama masih dalam konteks stand up.
“Pertama, ya itu tadi soal enggak boleh kasar, Boah berusaha pertama ngejelasin dulu, ‘Boleh, lho, begini. Maksudnya kita cuma pengin keluarin unek-unek.’ Kalau cerita kayak gitu, Boah lakukan di special show yang offline. Jadi orang yang mau nonton Boah saja, nih, yang boleh denger,” jelas dia.
ADVERTISEMENT
Kemudian, bagaimana soal stigma bahwa stand up comedian perempuan itu tidak lucu? Boah mengungkapkan, ia memilih untuk menjauhkan diri dari orang-orang yang memang tidak menyukai stand up-nya.
“Lalu, soal selera humor ya, kan itu batasan dan halangan ya. Ya sudah, makanya agar Boah bisa bebas, ya, Boah ngadain special show offline. Jadi, orang yang mau beli tiket, berarti dia yang mau denger Boah,” beber Boah.
Hingga saat ini, ia pun merasa berhasil mendobrak batasan dan tantangan yang dihadapinya, meskipun belum 100 persen tuntas. “Kalau 100% berhasil, sih, belum, karena masih mengikuti perubahan zaman, apalagi komedi makin sensitif. Jadi, 75 persen sudah merasa berhasil.”
Merasa nyaman di komunitas Stand Up Comedy Cikarang
Kendati menghadapi berbagai batasan dan tantangan, Boah mengaku sangat senang dapat menjadi bagian dari komunitasnya, Stand Up Comedy Cikarang. Hal ini disebabkan oleh kesetaraan yang dia rasakan antara komika perempuan dan laki-laki.
ADVERTISEMENT
Komunitas ini juga menjadi safe space bagi Boah untuk saling berpendapat atau bercerita dengan bebas, dan pastinya akan didengar.
“Memang ada, sih, beberapa oknum yang nyebelin. Tapi, banyak juga di Stand Up Comedy Cikarang yang [anggota] lelaki melindungi komika-komika cewek, humble. Boah merasa dijaga. Jadi sebelumnya Boah anak rumahan, enggak pernah kemana-mana. Setelah stand up comedy, Boah bisa ke mana saja,” tutup dia.
–
Ikuti artikel menarik lainnya tentang upaya perempuan mendobrak batasan dalam topik Break the Barriers.